Pertemuan takdir

1090 Words
    Tanpa terasa Ming Yue semakin besar. Ia sering pergi ke kebun bersama dengan ibunya. Saat itu ibunya sedang fokus menanam buah dan sayuran, sementara Ming Yue sendiri asyik bermain. Dia sangat senang melihat seekor burung yang berkicau di atas pohon. Tiba-tiba burung itu terbang ke arah Ming Yue, Ming Yue segera mengulurkan tangannya untuk dihinggapi burung tersebut. Tak lama ketika burung hinggap di tangannya, burung itu pun langsung terbang menjauh. Karena kegirangan Ming Yue mengikuti ke mana arah burung itu terbang. "Burung kecil kau mau kemana? Tunggu aku, jangan pergi!" ucap Ming Yue mengejar terus burung yang di lihatnya. Tanpa sadar Ming Yue sudah berada di hutan yang sangat besar dan jauh dari perkebunan ibunya. Ia melihat di sekelilingnya hanyalah pepohonan yang sangat besar dan tinggi, dia pun mulai merasa takut dan menangis. "Huuu, huuuu, huuu, huuuu. Ibu, Ibu dimana? Ming Yue takut Ibu," teriaknya, menangis terisak saat memperhatikan di sekelilingnya. Ming Yue sudah tak kuat lagi untuk berteriak, dia langsung terduduk dan bersandar di batang pohon yang besar. Saat itu terdengar suara hentakkan kaki kuda, dan benar saja dua ekor kuda mendekat ke arahnya. Di salah satu kuda tersebut turunlah seorang pria dengan penampilan yang gagah berani memakai baju zirah, dan seorang anak kecil laki-laki yang terlihat lebih besar dari Ming Yue ... "Ayahanda, kenapa ada seorang gadis kecil di tengah hutan ini, sedang apa dia disini, apa dia tersesat?" tanya anak laki-laki itu sambil menunjuk ke arah Ming Yue. "Syukurlah ada orang yang lewat di tempat ini, aku tidak perlu takut lagi. Tapi siapa mereka, apa mereka orang jahat. Dan siapa kakak laki-laki itu?" gumam Ming Yue memperhatikan kedua orang yang ada di depannya. "Hei, adik kecil jangan menangis, kenapa kamu sendirian di hutan ini, apa kamu tersesat?" tanya anak laki-laki itu kepada Ming Yue, sambil memberikan sapu tangannya ke arah Ming Yue. "Kakak, aku takut, huu, huu, huu. Tadi aku mengejar burung yang sangat cantik lalu tiba-tiba aku sudah disini. Aku tak tau jalan pulang kak, tolong aku. Ibuku pasti sangat cemas mencariku." ucap Ming Yue tersedu. "Sudah tenang saja adik kecil. Saya akan mengantarkan kamu kembali ke ibumu. Siapa nama kamu, dan dimana kamu tinggal?" tanya anak laki-laki itu. "Nama saya Ming Yue. Saya tinggal di daerah Mohan," jawab Ming Yue, sambil mengusap air matanya. Ming Yue mengikuti kedua lelaki itu yang hendak mengantarkan dia kembali ke ibunya. Saat itu Ming Yue melihat ibunya yang berdiri di depan rumahnya, dengan wajah yang sangat cemas. Seketika itu juga Ming Yue langsung turun dari kuda dan berlari ke arah ibunya sambil menangis ... "Ibu, Ming Yue pulang. Maafkan Ming Yue, Ibu. Ming Yue janji tidak akan membuat Ibu cemas lagi," ucap Ming Yue sambil memeluk ibunya. "Yue'er, yang penting kamu tidak apa-apa Ibu sudah sangat senang. Siapa yang mengantar kamu pulang?" tanya ibunya. Saat itu juga Ibu Ming Yue melihat ke arah dua orang yang duduk di atas kuda. Ibunya sangat terkejut dan langsung berlutut. Ternyata orang yang ada di atas kuda adalah sang penguasa negeri alias Kaisar dan Putera Mahkota ... "Mohon ampun baginda Raja, anakku masih kecil, maafkan dia karena sudah menyinggung baginda. Hambamu siap menerima hukuman," ucap Ibu Ming Yue. Setelah kaisar dan Putera mahkota pergi. Tiba-tiba Ming Yue baru tersadar kalau dia lupa menanyakan nama kakak laki-laki itu. "Eh, ini kan sapu tangan kakak laki-laki itu, aku lupa mengembalikannya,” ucap Ming Yue sambil melihat sapu tangan yang di dipegangnya. "Ming Yue, apa yang kau pegang itu, Nak? sini Ibu lihat," Kata Ibu Ming Yue sambil mengambil sapu tangan dari tangan Ming Yue. Ibu Ming Yue memperhatikan dengan seksama sapu tangan itu, dan dilihatnya di atas sapu tangan ada pola matahari yang tergambar di sudut sapu tangan dan di bawah pola itu tertulis "YANG GUANG". "Oh, jadi ini sapu tangan milik Putera mahkota Yang Guang,” ucap Ibu Ming Yue. "Jadi kakak laki-laki tadi namanya Yang Guang, dia Putera mahkota?" tanya Ming Yue pada ibunya. "Ia benar, kakak laki-laki yang mengantar kamu pulang tadi adalah Putera mahkota negeri ini. Namanya pangeran Yang Guang. Yue'er, ke depannya kamu tidak boleh sembarangan bergaul dengan orang kerajaan apalagi sampai menyinggung mereka. Pokoknya jika kamu bertemu dengan bangsawan kerajaan, lebih baik kamu menghindar," kata Ibu Ming Yue dengan suara yang tegas dan wajah yang serius. "Tapi Ibu, pangeran Yang Guang berbeda. Dia sangat baik padaku, dia sudah menolongku. Ibu selalu mengajarkanku untuk membalas kebaikan orang karena itu adalah hutang budi," ucap Ming Yue dengan polos. "Yue'er, Ibu tau kamu baik hati, tapi kamu masih kecil dan kamu belum mengerti apa-apa. Nanti kalau kamu sudah besar kamu pasti akan mengerti. Tidak semua kebaikan yang kamu berikan akan dibalas dengan kebaikan, bahkan ada orang yang memanfaatkan kebaikanmu dan membuat kamu celaka," ucap Ibu Ming Yue sembari menasihatinya. "Ia Ibu, Yue'er pasti mengingat apa yang Ibu katakan." Seperti biasa setiap malam Ming Yue tidak bisa tertidur sementara ibunya tidur terlelap. Ia duduk di samping jendela yang terbuka lebar. Angin bertiup dengan sangat lembut menghantarkan suara yang samar-samar memanggil namanya. "Yuuee, eerrr, yuuuee, eerrr." (Suara bisikan yang berdengung di telinga Ming Yue) Ming Yue terkejut dengan suara yang di dengarnya, ia mengikuti arah suara itu yang sepertinya berasal dari luar rumah. Saat berada di depan rumahnya, ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tak ada siapapun. Saat itu bulan bersinar sangat terang, ketika dia melihat ke atas, dilihatnya bulan yang begitu cantik dengan cahayanya yang terang dan semakin lama semakin menyilaukan mata. Tiba-tiba ada bayangan yang keluar dari bulan tampak tidak terlalu jelas, sehingga membuat Ming Yue terpaku tak bisa berjalan, dia merasa takut akan apa yang dilihatnya. Bayangan itu pun semakin jelas, dan tampak di depan Ming Yue seorang wanita yang sangat cantik memakai pakaian China yang terbuat dari sutra berkualitas layaknya seorang Dewi yang turun dari kayangan. Dengan kulit sebening porselen, wajah yang memukau, sepasang mata berwarna perak, dan rambut panjang berwarna perak. "Yue'er, jangan takut! Aku tidak akan melukaimu, aku hanya ingin bermain denganmu,” kata wanita itu dengan suaranya yang begitu lembut. "Siapa kamu? Apakah kamu hantu?" tanya Ming Yue memberanikan diri. Wanita yang ada di depannya, tersenyum sambil mengedipkan matanya dengan lembut. "Tidak! Kamu tidak boleh bermain denganku. Hantu dan manusia tidak boleh bermain bersama. Jangan ganggu aku, aku hanya anak kecil, tolong pergilah!" ucap Ming Yue dengan nada yang sedikit takut. Ming Yue ingin segera lari ke dalam rumahnya tapi kakinya tidak bisa bergerak sama sekali, bahkan untuk memanggil ibunya suaranya pun tidak bisa keluar. ‘Ibu tolong aku, aku akan mati. Hantu ini akan membawaku,” pikir Ming Yue berusaha mengeluarkan suaranya dan menggerakkan kakinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD