Ratu Yang Feng

1070 Words
    "Hantu, manusia? Siapa yang hantu, siapa yang manusia? Tidak ada manusia dan hantu disini. Aku adalah Kamu, dan Kamu adalah Aku! Kita adalah satu. Aku bukan hantu dan kamu bukanlah manusia,” ucap wanita itu dengan tersenyum. "Kamu bohong! Kalau bukan hantu, kamu siapa? Dan aku adalah manusia. Terus apa maksudmu dengan aku adalah kamu?" balas Ming Yue dengan nada sedikit berani. " Aku adalah dirimu dimasa lalu dan dimasa yang akan datang. Kamu seorang Dewi! 'Dewi Bulan'." "Tidak mungkin! Ibuku seorang manusia, dia sedang tidur di dalam. Aku tidak percaya dengan apa yang kau katakan,” bantah Ming Yue dengan polosnya. "Kalau begitu aku akan membuktikan kalau kamu adalah seorang dewi. Sekarang arahkan jarimu ke bulan, dan pikirkan akan kau pindahkan ke mana bulan itu, atau pikirkan seterang apa kau ingin dia bercahaya,” ucap Sang Dewi bulan. Ming Yue sedikit ragu, tapi ada satu dorongan yang membuat jari tangannya terarah ke langit, tepat menunjuk ke arah bulan. M3lihat kejadian yang mustahil baginya membuat Ming Yue merasa takut dan bahagia, semua perasaan bercampur aduk saat itu. "Menakjubkan! Aku bisa memindahkan bulan, dan mengatur terangnya bulan. Apa ini mimpi?" kata Ming Yue dengan nada yang bimbang. "Sekarang apa kau percaya?" tanya Dewi bulan. "Baiklah, sekarang aku percaya.” “Kemarilah, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu,” pintah Dewi bulan sambil mengarahkan telunjuknya ke dahi Ming Yue dan menyentuhnya. Dewi bulan memperlihatkan awal mula bagaimana dia boleh berada di bumi. Tapi, potongan-potongan adegan membuatnya bingung. “Ternyata ini adalah alasan mengapa aku tidak bisa tertidur di malam hari, dan mengapa rambutku berwarna perak, ternyata aku adalah Dewi Bulan. Itukah sebabnya Ibu mengatakan kalau aku anak yang unik dan berbeda. Sehingga ibu melarangku untuk jangan keluar rumah dan bermain terlalu jauh. Karena dia tau aku adalah Dewi Bulan, benarkah itu Dewi?" tanya Ming Yue kepada Dewi. "Kamu benar tapi tidak sepenuhnya. Ibumu tidak tau kalau kamu Dewi bulan. Dia hanya merasa kalau kamu berbeda dari orang lain, ibumu takut kalau nanti perbedaanmu itu akan mencelakakan dirimu,” jawab Dewi bulan. "Yue'er, ini adalah kesempatan terakhirku bertemu denganmu, kamu harus mengingat dengan baik apa yang akan aku katakan. Saat umurmu genap 17 Tahun, aura dan kekuatan Dewimu akan keluar, pada saat itu kecantikanmu akan begitu memukau. Tapi kekuatanmu belum sempurna, dan untuk menyempurnakannya kamu harus berkultivasi di sungai yang ada di gunung suci. Tapi hanya pada saat bulan penuh dan bersinar dengan terang supaya kamu bisa menyerap energi bulan untuk menyempurnakan kekuatanmu. Kamu harus berhati-hati saat dalam penyerapan energi bulan tidak boleh ada gangguan dan tidak boleh terputus. Penyerapan energi bulan harus dilakukan saat pertama kali bulan muncul dengan penuh, dan harus diselesaikan sampai bulan menghilang atau sampai pagi hari. Jika kamu gagal, maka usahamu untuk menyempurnakan kekuatanmu sia-sia. Karena kamu hanya bisa menyerap energi bulan saat umurmu 17 Tahun, setelah itu tidak lagi." Ucap dewi bulan dengan nada yang sangat serius. "Baiklah, aku mengerti dan akan aku ingat. Tapi, seandainya aku gagal atau ada yang menggangguku saat berkultivasi apa yang harus aku lakukan?" tanya Ming Yue kembali. "Hmmmmm ... rupanya kamu sudah bisa memprediksikannya. Aku akan memberikan kalung ini padamu supaya kamu bisa berjaga-jaga dan melindungi kamu di saat bahaya. Kalung ini mempunyai kekuatan untuk mengabulkan tiga permintaan kamu. Tapi, kekuatannya tidak bisa mengubah takdir seseorang, ucap Dewi bulan sambil mengalungkan kalung itu di leher Ming Yue. Tiba-tiba Ming Yue terbangun dari mimpinya, karena matahari pagi yang begitu hangat menyinari wajahnya. "Ternyata cuma mimpi. Ini aneh, baru sekarang aku bermimpi, dan ini yang pertama kalinya aku tertidur di malam hari dan bangun di pagi hari. Tapi ... kenapa aku tertidur di luar?" gumam Ming Yue dengan raut wajah kebingungan. "Yue'er, Ibu mencarimu di dalam ternyata kamu di sini. Kamu tidak tidur?" tanya Ibu Ming Yue yang merasakan keanehan dengan Ming Yue. "Ehh Ibu, ia Bu aku tidak mengantuk, “ jawabnya dengan nada yang masih kebingungan. "Ya sudah kalau begitu kamu pergi mandi, dan temani iIbu mengambil buah dan sayur lalu kita jual ke pasar." Saat sedang bersiap-siap, tiba-tiba Ming Yue merasa ada yang aneh dengan lehernya. Ternyata dia baru menyadari ada kalung di lehernya, dengan liontin batu permata berwarna perak dan bulat seperti bulan. "Ternyata tadi malam aku tidak bermimpi, apa semua yang dikatakan Dewi bulan itu benar? Mungkinkah aku Dewi bulan?" ucap Ming Yue sambil memegang kalung yang ada di lehernya. "Yue'er, kamu sudah selesai? Ayo cepat! Nanti kita kesiangan ke pasar," panggil Ibu Ming Yue dari luar kamar. "Ia bu, aku datang,” sahutnya dan segera berlari keluar. Sesampainya di perkebunan Ming Yue membantu ibunya dengan bersemangat. Meskipun Ming Yue masih kecil, tapi sifat dan karakternya tidak seperti anak kecil, dia memiliki kelebihan karena dia seorang Dewi. Itulah sebabnya mengapa ibunya selalu mengatakan kalau dia anak yang unik dan berbeda. Setelah selesai memanen buah dan sayur, Ming Yue dan ibunya bergegas ke pasar. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan kereta mewah yang di atasnya terpasang bendera dengan lambang matahari. "Ibu sepertinya lambang itu tidak asing bagiku. Tapi, dimana yah aku melihatnya?" kata Ming Yue kepada ibunya sambil menunjukkan tangannya ke arah kereta itu. "Ohh ia Bu, aku ingat sekarang. Lambang itu ada di sapu tangan, itu kereta pangeran Yang Guang,” ucapnya lagi sambil tersenyum. "Lancang! Kalau kalian sudah tau ini kereta pangeran Yang Guang, kenapa kalian masih berdiri. Berlutut!" teriak seorang pria berbadan besar yang menunggangi kuda di depan kereta mewah. Karena terkejut, Ibu Ming Yue langsung berlutut dan menarik Ming Yue yang masih berdiri untuk berlutut. "Mohon maafkan atas kelancanganku dan anakku. Anakku masih kecil, ini salahku karena tidak mengajarinya dengan baik,” kata ibu Ming Yue kepada pria yang berada di atas kuda. Lalu di dalam kereta keluarlah seorang wanita yang cantik dan terlihat tegas dengan hiasan rambut seperti Puteri Raja. Wanita itu adalah Ratu kerajaan ‘YANG’, Ratu ‘YANG FENG’. "Ada apa. Siapa yang berani membuat keributan dan menghalangi jalanku?" kata Ratu Yang Feng. "Mohon ampun yang mulia Ratu. Anakku tidak bermaksud menyinggung Yang Mulia. Dia masih kecil dan ini adalah kelalaianku, karena tidak mengajarinya dengan baik,” ucap Ibu Ming Yue dengan menundukkan kepalanya tak berani untuk menatap wajah Ratu. "Oh, maksudmu ini kesalahan anakmu karena dia masih kecil, atau ini kesalahanmu karena kamu lalai mengajarkan anakmu?" tanya sang ratu. "Ini, ini salahku yang mulia Ratu. Silakan hukumlah aku,” jawab Ibu Ming Yue. "Tidak! Ibuku tidak bersalah. Ibu kesalahan apa yang kita buat?" tanya Ming Yue sambil menggoyangkan bahu ibunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD