12. AKHIRNYA KETEMU

1877 Words
Jebakan, rintangan, dan sesuatu yang berbahaya silih berganti datang, tapi hebatnya, Stev mampu melewati itu semua meski dengan susah payah. *** Meski sudah banyak rintangan yang dilewati Stev, dia masih belum menemukan keberadaan kesatria hebat. Apakah mungkin Stev mampu menemukan gua dan kesatria hebat itu? Semoga saja mampu, namun waktu menuju turnamen semakin dekat. Stev harus segera menemukan kesatria hebat tersebut. Saat ini Stev berjalan dengan waspada, itu karena mungkin masih ada jebakan atau penghalang lain. Tak jauh di depan, Stev melihat sesuatu yang menarik. "Hah, bukankah itu ...," ucap Stev masih kurang yakin, dia terus mendekat. "Kambing hutan. Ya, tidak salah lagi, sekumpulan kambing hutan. Tapi ... kenapa bisa jantan semua? Sungguh aneh," lanjutnya saat agak dekat. Ya, itu adalah sekumpulan kambing jantan, karena semua memiliki tanduk yang cukup panjang. Terlihat sekumpulan kambing hutan jantan tersebut sedang melakukan berbagai hal, ada yang sedang makan rumput, ada yang saling beradu tanduk, ada yang saling kejar-kejaran, dan ada juga yang sedang bersantai. Stev merasa heran kenapa bisa jantan semua, di mana kambing yang betina, sungguh membingungkan. Ketika Stev sedang mengintip sambil memperhatikan kawanan kambing hutan itu, tiba-tiba ada sebuah biji rambutan mengenai kepalanya. "Aduh, apa ini? Siapa yang melempari aku dengan sesuatu?" keluh Stev sambil menengok ke kanan dan ke kiri, kemudian ingin tahu dia dilempar dengan apa. "Hah, biji rambutan?" "Aww, sakit!" keluhnya terkena lemparan biji rambutan lagi. "Hey, siapa ini?" tanya Stev agak teriak hingga kambing hutan mendengar. "Mbekk!!" suara kambing hutan siap menyeruduk Stev, tapi tidak langsung berlari, para kambing jantan itu hanya bersiap sambil memandang Stev dengan serius. "Waduh, kambing-kambing itu siap menghajar dan mengeroyokku. Ini bahaya ...," ucapnya khawatir. "Kyek kyek kek kyiek!" Tiba-tiba ada suara berisik binatang lain, Stev langsung mencari sumber suara. "Monyet? Oh, jadi yang melempari ku tadi para monyet." Stev melihat di atas pohon banyak sekumpulan monyet, sepertinya semua monyet jantan, dan di sekitar hutan ini memang ada pohon rambutan. Kawanan monyet itu berjumlah 10 ekor, dan mereka malah tertawa puas, sepertinya merasa senang bisa menjahili Stev. Beberapa dari monyet melempari lagi dengan biji rambutan, mengetahui itu Stev berusaha menghindar. "Dasar para monyet! Sungguh menjengkelkan," kesalnya sambil bersembunyi. Para monyet berusaha menyebar dan melempari sesuatu pada Stev. Sebatang ranting melesat ke arah Stev. "Whoaaa!" Stev berusaha menghindar, tapi terkena ranting yang lain di punggung. "Ughh, siaal!" Para monyet tertawa senang, kali ini para kambing juga mengembek senang, semua binatang itu tampak menertawakan Stev. Situasi Stev cukup sulit, dia tidak bisa bersembunyi untuk mengatur rencana, karena ada banyak monyet siap mengganggu, sementara jika maju sudah ditunggu kawanan kambing yang siap menyeruduk Stev, pasti sakit serudukan kambing jantan karena tanduk sangat keras, ditambah ukuran para kambing itu tampak lebih besar dari ukuran tubuh Stev. Namun lebih aman dibandingkan dengan macan, singa, dan buaya sebelumnya. Akan tetapi Stev tidak boleh meremehkan para kambing jantan, karena jumlahnya cukup banyak, yaitu 20 ekor. Jika Stev dikeroyok habis-habisan, bisa saja Stev berakhir. Apabila naik ke pohon, akan menjadi incaran para monyet lebih mudah. "Siaal, aku diketawain binatang-binatang itu. Sungguh keterlaluan, gak sopan semua," gumam Stev merasa kesal. "Diam kalian! Aku bukan lelucon," teriak Stev hingga membuat para binatang itu berhenti bersuara, namun tidak lama kemudian, tertawa puas lagi. "Cihh, sungguh gak sopan," lanjutnya bergumam. Stev segera bergerak sambil waspada dengan para monyet, dia berpikir para binatang itu tidak biasa, mungkinkah ada yang melatih mereka, apalagi semua kambing dan monyet adalah jantan. Kalau bukan manusia yang mengatur itu, siapa lagi. Sepertinya tidak mungkin berkelompok dengan naluri mereka sendiri. "Mungkinkah para binatang ini dilatih kesatria hebat? Semoga memang begitu, berarti keberadaan kesatria hebat tidak jauh dari sini," batin Stev menduga-duga. Di tempat lain yang gelap, ada sesosok manusia namun tidak terlihat jelas, karena sangat gelap. Sepertinya ini di dalam gua. "Hmm, hebat juga ada anak muda yang sampai di situ. Aku akan melihat, apakah dia mampu melewati para binatang bawahan ku? Ini menarik," gumam orang tersebut dalam kegelapan. Mungkinkah dia kesatria hebat yang dibicarakan Kakek Chimon dan dicari-cari Stev? Kemungkinan besar memang dia, tapi wujudnya tidak terlihat jelas. Di tempat Stev, dia memberanikan diri maju menghadapi para kambing, dia juga berusaha menghindari lemparan para monyet. Stev tidak ingin memakai senjata, karena kasihan dengan para binatang unik tersebut. "Hey, para monyet! Jangan main keroyokan. Aku akan melawan para kambing jantan itu, mengerti?" pinta Stev mencoba berbicara dengan kawanan monyet. Sungguh menarik, para monyet tersebut berhenti melempari Stev, seolah-olah mengerti perkataan Stev, dan menuruti keinginan Stev. Mungkin para monyet itu sedikit mengerti karena Stev juga memberi isyarat dengan tangan. "Apa mereka mengerti apa keinginanku?" batin Stev diakhiri tersenyum. Tampaknya monyet ingin melihat Stev melawan para kambing jantan, bahkan kawanan monyet itu mendekat di pohon yang bisa melihat Stev lebih dekat. Sepertinya para binatang itu memang sudah terlatih, sungguh keren. "Baiklah, aku akan coba melewati para kambing itu," batinnya sambil melangkah maju. Bahkan semakin cepat dan akhirnya berlari. Salah 1 kambing maju menyerang Stev, dia mencoba menahan serudukan tanduk kambing dengan kedua tangan. "Huh, kuat sekali serudukan nya," ucapnya berhasil menahan kambing itu, namun Stev terdorong mundur beberapa langkah. Sesaat kemudian, ada kambing lain yang menyerang Stev dari samping kiri. Segera Stev melompat di atas kambing depannya tersebut, sehingga Stev berhasil lolos. Akan tetapi ada lagi kambing lain yang sedang menyeruduk dari depan secara mendadak. "Whoaa!" teriak Stev segera melompat ke samping, lalu lari menjauh. "Fiuhh, repot juga kalo dikeroyok begini." Kemudian ada 2 kambing lari bersamaan ingin menyeruduk Stev, melihat itu dia bersiap. Saat 2 kambing itu sudah dekat, Stev langsung melompat ke atas hingga menjadikan dua punggung kambing itu pijakan, sungguh hebat. Stev segera lompat ke tanah dan ada kambing lain dari depan, Stev menahan serudukan itu kuat-kuat, akhirnya berhasil menahan seperti tadi. Tapi ada lagi kambing menyerang dari belakang, melihat itu Stev menarik kepala kambing depannya dan menjadikan tameng, sehingga dua kambing saling bertubrukan tanduk. "Hehe," suara Stev terkekeh senang. Para monyet memperhatikan dengan serius, sepertinya sedikit terkejut dengan keahlian Stev. Akan tetapi hal itu malah membuat Stev lengah, dia kaget melihat kambing lain menyerang dari samping, dia segera berbalik badan namun tetap terkena serudukan di perutnya. "Ughh! Siaal, aku lengah," keluhnya terdorong mundur hingga terjatuh. Saat ada 3 kambing menyerang Stev, dia terkejut dan kesulitan menghindar karena sedang kesakitan dan terjatuh. "Tungguuu! Aku bukan orang jahat, aku sedang mencari kesatria hebat yang tinggal di sini," ucap Stev dengan berkata keras, dia bermaksud menghentikan para kambing dengan menyetop pakai kedua tangan. Menariknya, para kambing itu mendadak berhenti menyerang, seolah-olah mengerti maksud Stev, bahkan para monyet juga terdiam tampak heran. Melihat itu pun Stev terheran dan berpikir bahwa para binatang mengerti maksudnya. Stev mencoba berdiri untuk berbicara baik-baik. "Serius, aku bukan orang jahat dan aku gak mau melukai kalian, wahai para binatang baik." Para kambing dan monyet hanya terdiam, melihat itu Stev harus meyakinkan para binatang tersebut. "Baiklah, jika kalian belum percaya, aku akan buang semua senjata milikku, oke?" ucap Stev dan sudah berdiri, dia beneran meletakkan pedang, panah dan kantong bekal miliknya, namun tidak untuk pisau, karena kecil dan kurang terlihat. "Oh, iya. Ini masih ada sedikit buah pisang, barang kali kalian mau. Tangkap!" ucap Stev melempar 3 pisang matang ke arah para monyet, dan berhasil ditangkap. Stev juga memberi pisang tersebut untuk kambing, kemudian para kambing juga mau. Stev tersenyum melihat itu, tampaknya para binatang itu percaya bahwa Stev orang baik. Sekian detik kemudian, Stev bertanya pada para binatang yang sudah tenang tersebut. "Jadi bagaimana, apa kalian mengetahui lokasi kesatria hebat?" Para monyet dan kambing jantan terdiam, hal itu membuat Stev menghela napas. "Jadi gak ada yang tau ya," ucap Stev merasa sedih dan kecewa. Sesaat kemudian, ada 1 kambing yang bereaksi. "Embeekk!" teriaknya sambil mengarahkan kepalanya di suatu dinding gunung. Stev memperhatikan itu, meski agak jauh, terlihat ada batu pegunungan yang sepertinya ada sebuah pintu gua. "Itu ... goa kan?" tebaknya sambil fokus menyipitkan kedua matanya. "Please, ijinkan aku ke sana dan menemui kesatria hebat. Aku sangat membutuhkan bantuan darinya," pinta Stev dengan memohon. Tampaknya para binatang mengijinkan, karena terlihat sebagian besar mengangguk-anggukkan kepala. Stev merasa senang mengetahui itu, selanjutnya bergegas menuju gua yang tidak begitu jauh, mungkin sekitar 50 meter dari sini. Ada 2 kambing yang tampak ingin mengantar Stev, karena 2 kambing jantan itu berjalan di dekat Stev, sungguh kambing penurut. Stev terkagum dengan para kambing dan monyet, pasti sudah bertahun-tahun dilatih oleh kesatria hebat. Sesampainya di depan pintu gua, kedua kambing itu berhenti karena tidak ingin masuk. "Oke, makasih udah mengantarku sampai sini," ucap Stev sambil mengelus kepala kambing, tampaknya kedua kambing mulai senang akan kehadiran Stev, mungkin baru kali ini melihat manusia lain selain kesatria hebat, terlebih Stev adalah orang baik. Dengan perlahan dan sedikit ada rasa takut, Stev memasuki gua tersebut. "Gelap sekali, apa kesatria hebat beneran ada di dalam?" gumamnya. Stev kesulitan melihat di dalam gua yang gelap, akan tetapi tiba-tiba kedua matanya sedikit menyala, sehingga dia bisa melihat dalam kegelapan, meski belum terlalu jelas. Semakin memasuki gua, ternyata cukup luas dan panjang lorong gua itu. "Berani sekali pemuda itu masuk ke sini!" batin kesatria hebat dalam kegelapan, dia bisa merasakan kehadiran Stev dari ujung gua terdalam. Sesaat kemudian dia beranjak, mungkin ingin menemui Stev. Saat Stev hampir sampai di ujung gua, tiba-tiba ada seseorang melesat dan ingin menyerang Stev, tentu saja sang kesatria hebat. "Siapa itu?" kagetnya. Stev berusaha menghindar ke samping dan berhasil, namun sang kesatria menyerang lagi hingga Stev terkena pukulan telapak tangan di bagian punggungnya, Stev terdorong maju. "Ughh!" keluhnya. Selanjutnya sang kesatria ingin menyerang lagi, Stev bergegas berbalik badan dan berhasil menahan pukulan sang kesatria hebat dengan 2 tangan yang disilang, akan tetapi Stev terdorong mundur karena pukulan sang kesatria kuat. "Apa? Mata itu ... biru dan merah? Gak mungkin," batin sang kesatria hebat terkejut saat melihat kedua mata Stev menyala biru dan merah. "Hentikan! Aku bukan orang jahat!" pinta Stev merasa kalah menghadapi kesatria hebat, tentu saja begitu. "Aku sedang mencari kesatria hebat yang tinggal di sini, apakah kamu?" lanjut Stev bertanya. Sang kesatria hebat menghentikan serangannya. "Untuk apa kamu mencariku?" tanya sang kesatria hebat yang terdengar seperti seorang kakek. Stev merasa senang mendengarnya, kemudian menjawab, "Wah, jadi kamu adalah kesatria hebat itu? Kebetulan sekali, aku ke sini untuk minta tolong." "Minta tolong? Baiklah, kita berkenalan dan mengobrol dulu." Sang Kesatria hebat percaya bahwa Stev adalah orang baik. "Siap!" Stev diajak ke ujung gua, di sana dinyalakan obor kecil yang menggunakan minyak tanah. Stev kaget mengetahui bahwa ternyata sang kesatria hebat adalah seorang kakek, tapi tampak masih sehat, mungkin umurnya belum mencapai 70 tahun. "Baiklah, perkenalkan dirimu padaku!" pinta Sang Kakek Kesatria, dia merasa terkagum dengan kedua mata Stev yang berbeda warna, dia sempat berpikir apakah mungkin pemuda ini adalah orang yang ditunggu-tunggu selama ini. Ya, sang kesatria yakin akan hal itu, sehingga mau menerima kedatangan Stev. "Baik Kek. Saya adalah Stev Diego Toshiro, saya berasal dari desa Blue-Sky ...," jawab Stev panjang lebar, termasuk indahnya desa dan menceritakan susah payahnya menghadapi rintangan ke sini. Sang kesatria juga memperkenalkan diri, dia bernama Hamzo dan memang selama ini tinggal di sini, dia juga mendengar bahwa orang-orang luar menyebutnya kesatria hebat, saat dengar itu dia hanya terkekeh, namun hanya segelintir orang yang mendapat rumor tersebut. Kakek Hamzo terkadang ke luar dari gua dan hutan ini. Stev sangat senang bisa menemukan kesatria hebat yang bernama Kakek Hamzo. Selanjutnya, Stev ingin menyampaikan tujuan utama datang ke sini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD