13. MULAI LATIHAN

1959 Words
Kesatria hebat sudah ditemukan, dia adalah seorang kakek yang sebenarnya baik hati, namun dia suka menyendiri di gua yang tidak semua orang bisa menemukannya, bahkan sulit untuk sampai ke gua persembunyian kesatria hebat itu. *** Setelah bertemu dan bercerita banyak hal, Stev meminta pada kesatria hebat yang bernama Kakek Hamzo tersebut. "Kek, tolong ajari saya sesuatu agar menjadi kesatria seperti Kakek. Aku yakin Kakek sangat hebat. Benar begitu kan Kek?" pinta Stev. "Apa kamu yakin ingin belajar ilmu dariku?" tanya Kakek Hamzo. "Iya Kek, yakin sekali." "Memang untuk apa tujuanmu mencari ilmu? Apa kamu yakin bisa menggunakan kekuatan itu untuk kebaikan nantinya?" "Aku yakin Kek, saya mencari ilmu untuk menyelamatkan para penduduk desa yang terserang penyakit misterius, yaitu dengan mengikuti turnamen asalkan bisa menang," jawab Stev penuh keyakinan. "Apa? Penyakit misterius dan turnamen?" kaget Kakek Hamzo, sepertinya dia belum tahu mengenai turnamen itu. Itu wajar, karena dia tinggal di tempat yang tersembunyi. "Iya, Kakek. Ada penyakit misterius yang tiba-tiba menyerang desaku." Stev menceritakan awal mula mengenai kejadian misterius tersebut, mulai sejak datangnya aura gelap di malam hari hingga paginya banyak penduduk mendapat penyakit misterius, yaitu penyakit yang membuat sebagian tubuh menghitam dan tidak bisa digerakkan. Kakek Hamzo terkejut mendengar itu, menurut dia itu semua adalah ulah orang jahat atau penyihir jahat, Stev juga berpikiran sama. Namun Kakek Hamzo tidak bisa memberi tahu siapa pengirim penyakit itu, karena selama ini memang belum pernah terjadi sampai separah itu. Mungkin para penyihir selama ini sedang bersembunyi sambil mengumpulkan kekuatan dan strategi. "Terus, apa maksudmu dengan turnamen itu?" tanya Kakek Hamzo ingin tahu. Mendengar itu, Stev bercerita sedikit mengenai turnamen sambil menunjukkan selebaran undangan turnamen. "Wah, hadiahnya sangat fantastis. Mungkin ini sungguhan, tapi siapa yang mengadakan turnamen ini? Apa mungkin para kesatria terdahulu yang seumuran denganku? Bisa jadi begitu, mungkin mereka ingin sedikit bersenang-senang," ucap Kakek Hamzo. Stev mendengarkan dengan seksama, dia juga baru tahu bahwa ada kesatria lain yang hebat seperti Kakek. Mungkin di dunia ini memang banyak kesatria yang tersebar atau tersembunyi di belahan dunia, selama ini memang belum menunjukkan diri. Pasti nanti di turnamen banyak kesatria lain bermunculan. Kakek Hamzo masih penasaran dengan kristal magic, apa benar bisa mengabulkan segala permintaan? Hal itu masih diragukan, tapi dia pernah mendengar rumor bahwa dahulu kala ada kristal magic seperti itu, akan tetapi tiba-tiba menghilang entah ke mana. Kakek Hamzo ingin mencari tahu mengenai turnamen itu, namun Stev sangat menginginkan kristal itu untuk menyelamatkan penduduk di desanya, sehingga Kakek Hamzo tidak ingin merebutnya. Apalagi di peraturan turnamen itu, hanya kesatria umur 20 hingga 30 tahun yang boleh ikut berpartisipasi. Kakek Hamzo juga tidak bisa meninggalkan tempat persembunyiannya saat ini, dia juga tidak ingin orang lain tahu keberadaan dirinya, karena siapa tahu ada orang jahat yang sedang mencarinya, meski Kakek Hamzo adalah kesatria hebat dan mungkin bisa mengatasi para penjahat, akan tetapi dia malas berurusan dengan orang lain, kecuali pemuda yang berhasil melewati rintangan dan sampai ke sini. "Baiklah Nak Stev, aku akan mengajari kamu sedikit mengenai beladiri dan beberapa teknik, agar bisa mengikuti turnamen lebih mudah," ucap Kakek Hamzo membuat Stev bahagia. "Wah, serius Kek? Makasih banyak Kek," balas Stev bahagia. "Oke, tapi setelah kamu berhasil menang turnamen, jangan lupa mampir ke sini lagi. Aku ingin tahu mengenai kristal magic itu," pinta Kakek Hamzo. "Baik Kek. Itu pasti." Setelah itu, Kakek Hamzo mengajak keluar dari gua, mungkin menuju lokasi latihan. Sampai di luar gua, para kambing dan monyet jantan tampak hormat kepada Kakek Hamzo, para kambing menundukkan kepala, sementara para monyet menyatukan telapak tangan, sungguh menarik, seolah-olah sang kakek adalah raja mereka. Stev terkagum melihat itu, ternyata Kakek Hamzo sudah melatih para binatang itu dengan sangat baik. Ada 1 kambing jantan yang mendekat dan minta dimanja oleh Kakek, mengetahui itu Kakek Hamzo mengelus kepala kambing tersebut sambil tersenyum. Setelah itu, Stev dan Kakek Hamzo melanjutkan perjalanan. Stev sempat bertanya mengenai kambing dan monyet betina ada di mana, kenapa mereka semua jantan? Kakek Hamzo memberi tahu bahwa para kambing dan monyet betina ada di belakang gua agak jauh, mereka sedang bersenang-senang dan mungkin ada juga yang sedang tidur, atau merawat anak-anak mereka. Stev ingin melihat para kambing betina itu nanti setelah latihan selesai, Kakek Hamzo mengijinkan itu. Pasti banyak sekali para binatang itu, Stev sangat penasaran. Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di lokasi latihan yang tampak strategis. Tempat yang cukup luas dan nyaman untuk latihan beladiri, di situ juga ada beberapa media untuk latihan sederhana, seperti batang kayu yang dijejer, dan ada dua batang kayu yang berbentuk kerucut namun agak tumpul di ujung. Sebenarnya semua rintangan saat menuju ke sini sudah termasuk untuk latihan. "Wah, tempat latihan yang menarik," batin Stev. Sesaat kemudian Kakek Hamzo ingin segera melatih Stev, sebelum itu dia menunjukkan sedikit kekuatannya. Stev disuruh untuk memperhatikan itu. "Baik Kek!" jawabnya serius. Kakek Hamzo lari dengan cepat, bahkan kecepatan larinya luar biasa, mungkin 2 kali lebih cepat dari manusia biasa, dia berlari menuju batang pohon yang dijejer, ketika sudah dekat, Kakek Hamzo langsung melompat di atas batang kayu yang sudah dipotong itu. Batang pohon ada 20 jumlahnya, semua dijejer rapi masing-masing 2 sehingga membentuk 10 pasang batang kayu yang berjejer, semua tingginya 2 meter. Kakek Hamzo lompat dengan cepat di atas semua batang kayu, mulai yang sebelah kiri kemudian balik di kayu sebelah kanan hingga kembali di depan Stev. Sungguh hebat, Kakek Hamzo berlari di antara batang pohon ke batang pohon lainnya berurutan dan tidak jatuh sama sekali, bahkan lompat dengan cepat. Stev tepuk tangan melihat itu, selanjutnya Kakek Hamzo lari menuju 2 batang berbentuk kerucut yang tingginya sekitar 3 meter, dia berlari di batang menuju atas hingga bisa berdiri dengan satu kaki kiri di batang kerucut tersebut, lalu lompat di batang satunya dengan kaki kanan, setelah itu kedua kaki masing-masing menginjak batang kerucut lalu kedua tangan Kakek Hamzo disatukan seperti tanda salam, kedua matanya juga terpejam, Kakek Hamzo berdiri di kedua batang kerucut dan sepertinya sedang fokus menjaga keseimbangan, tidak lama kemudian, dia turun di tengah antara 2 batang kerucut dengan kaki rapat. "Wah, Kakek Hamzo sangat hebat!" kagum Stev. Selanjutnya, Kakek Hamzo lari ke pohon yang masih hidup dan agak besar, dia berlari di batang pohon hingga sampai di atas. Sungguh hebat, Kakek Hamzo bisa berlari dan bisa sampai di atas pohon tanpa memanjat. Selanjutnya turun dengan bergelantungan dari ranting ke ranting yang lebih rendah. Untuk yang terakhir, dia berlari menuju sebuah batang pohon pisang dan menghantamnya hingga tumbang seketika, pohon pisang cukup besar dan hampir berbuah. Pertunjukan sang Kakek Kesatria alias Kakek Hamzo selesai, dia berjalan menuju ke arah Stev dengan tersenyum, sedangkan Stev sangat kagum hingga tepuk tangan. "Hebat sekali Kek! Saya ingin sekali belajar semua itu," ucap Stev agak teriak dan penuh harapan. Saat Kakek Hamzo sudah dekat, dia berkata, "Iya, aku memang ingin mengajari semua itu padamu, Stev!" "Siap Kek, sekarang saja!" "Baiklah. Sekarang kamu coba dulu naik lalu lari di atas potongan kayu itu," pinta Kakek Hamzo sambil menunjuk dengan jari telunjuk. Stev segera mencoba dengan lari dan lompat di atas potongan kayu, akan tetapi saat sampai di atas dia sulit menahan keseimbangan, akhirnya jatuh namun tidak apa-apa karena hanya 2 meter. Stev sudah cukup ahli dalam melompat ke atas, karena dia sering latihan lompat sambil berburu, terkadang saat ada waktu luang, bagi orang biasa pasti cukup sulit lompat setinggi 2 meter. Sebenarnya lompatan mereka tidak langsung menginjakkan kaki, namun meraih dulu dengan tangan kemudian mengangkat tubuhnya kuat-kuat hingga ke atas. Selanjutnya, Stev mencoba lagi agak lumayan, bisa berlari dan melompat ke batang lain, meski pelan. Akan tetapi saat potongan batang pohon kelima, dia terjatuh lagi. Stev tidak pernah menyerah dan terus berusaha latihan berlari cepat di atas potongan batang pohon itu. Hingga 1 jam berlalu, Stev hampir menguasai semuanya, hanya saat di batang pohon terakhir, dia terjatuh. Kakek Hamzo meminta agar Stev berganti pada latihan keseimbangan di 2 potongan kayu berbentuk kerucut, karena itu ada hubungannya agar bisa menjaga keseimbangan dengan sempurna. "Baik Kek!" jawab Stev menuruti. Saat mencoba itu, Stev bisa berdiri di 1 kayu, namun sebelum pindah satunya, dia kesulitan menjaga keseimbangan hingga akhirnya turun, dia mencoba lagi hingga beberapa kali, akhirnya bisa berpindah, bahkan sampai di tahap akhir yaitu berdiri di kedua kayu kerucut dengan 2 kaki. Kakek Hamzo tersenyum melihat itu, saat Stev mencoba lagi, dia sudah cukup bagus dalam berdiri di 2 batang kayu kerucut. "Stev, sekarang cobalah lari di pohon batang hidup!" perintah Kakek Hamzo. "Siap Kek!" jawabnya dan langsung mencoba lari menuju pohon, dia berusaha memanjat dengan kaki, alias lari di batang pohon, akan tetapi baru 3 langkah langsung terjatuh ke tanah. Stev mencoba lagi dan hasilnya sama, saat percobaan ke 4 hanya sampai 4 langkah, Stev merasa bahwa itu sangatlah sulit. "Kek, sepertinya ini terlalu sulit, bahkan mustahil menurutku," keluh Stev. Mendengar itu, Kakek Hamzo malah terkekeh hingga membuat Stev menggerutu. "Kenapa Kakek malah tertawa sih, huh!" "Hehehe, ke sini dulu Nak Stev!" pinta Kakek Hamzo. Mungkinkah kali dia ingin mengerjai Stev? Sungguh terlalu. Stev sedikit terheran mengapa Kakek Hamzo memanggilnya, Stev mendekat meski wajahnya masih menggerutu, bahkan bibirnya cemberut karena merasa kesulitan saat berlatih lari di dinding atau sesuatu yang vertikal, seperti pohon, tembok, dan tebing. "Senyum lah Stev, cemberut membuat ketampanan wajahmu berkurang Nak!" ucap Kakek Hamzo. "Biarin, lagipula gak ada yang menyukai aku." "Hah, masak pemuda tampan sepertimu gak ada yang suka!" "Hehe, iya Kek. Saya ini masih jomblo, saya gak bohong," jawab Stev dengan terkekeh. "Hmm, jadi begitu. Gak apa-apa, jangan terlalu dipikirkan, mungkin karena belum saja. Atau mungkin sebenarnya ada, tapi hanya disimpan dalam hati." "Baiklah Kek, selama ini saya selalu santai kok. Malah enak jadi jomblo itu, bebas dan gak bikin pusing kepala. Apalagi saya masih muda," jawab Stev, Kakek Hamzo tersenyum mendengar itu. "Tapi, gelang ini. Mungkinkah Vivi ... Ah, aku gak tau. Mungkin hanya perasaanku saja, aku gak boleh tersanjung," lanjutnya dalam hati sambil melihat sebentar gelang pemberian Vivi. Setelah minum dan mengobrol sebentar, Kakek Hamzo ingin melanjutkan dalam melatih teknik spesial kepada Stev tersebut. "Baiklah, kita lanjutkan latihan!" ajak Kakek Hamzo. "Siap Kek!" jawab Stev bersemangat. Stev melangkah untuk melanjutkan latihan, akan tetapi Kakek Hamzo mencegahnya. "Tunggu Stev!" "Ada apa Kek?" tanya Stev mendadak berhenti. "Sebenarnya ada hal yang perlu aku lakukan. Kamu benar, kamu gak akan bisa lari di pohon dengan kemampuanmu saat ini, bahkan mungkin mustahil kamu bisa melakukannya," ucap Kakek Hamzo memberi tahu. "Hah? Apa maksud Kakek?" kaget Stev. Kakek Hamzo tersenyum lalu mendekat pada Stev, dia ingin melakukan sesuatu. "Stev, diamlah di tempat. Rileks kan badanmu, aku akan melakukan sesuatu!" Mendengar itu, Stev tidak berkomentar dan langsung menuruti perintah Kakek Hamzo. "Aku akan membangkitkan dan memperlancar aliran energi spesial dalam tubuhmu," ucap Kakek Hamzo. Stev terkejut mendengar itu, dia masih belum mengerti. "Baik Kek!" balasnya. Sesaat kemudian, Kakek Hamzo menempelkan telapak tangan kanan ke punggung Stev. Sebuah aliran energi dari lengan kanan Kakek Hamzo mengalir ke tubuh Stev, setelah itu menyebar ke seluruh tubuh Stev. Tubuh Stev terasa panas, dia sedikit mengeluh kesakitan, namun berusaha menahan sekuat mungkin. Selama 1 menit, Kakek Hamzo selesai melakukan penyaluran energi, agar energi spesial milik Stev bangkit dan lancar. "Oke, selesai," ucap Kakek Hamzo. "Hah, hah, hah!" Stev sedikit terengah-engah karena hal itu. "Sebenarnya apa yang Kakek lakukan tadi?" tanya Stev penasaran. "Iya, seperti yang aku katakan tadi. Aku membangkitkan energi terpendam dalam tubuhmu. Sekarang energi itu terus mengalir di tubuhmu," jawab Kakek Hamzo dengan tersenyum. Stev terkejut mendengar itu, mungkin latihannya bisa lebih mudah setelah Kakek Hamzo melakukan itu. "Sebenarnya tadi aku hanya ingin mengerjai kamu, hehe," ucap Kakek Hamzo terkekeh. "Apa? Sungguh menyebalkan, Kakek kejam!" balas Stev menggerutu lagi. "Maaf Stev, Kakek ingin hiburan sedikit. Tapi itu semua gak sia-sia kok, semua itu bisa membuatmu terbiasa." "Baiklah Kek, gak apa-apa kok! Saya senang bisa menghibur Kakek, hehe!" Setelah itu, Kakek Hamzo menyuruh Stev untuk lanjut latihan lagi, Stev pun segera menuruti perintahnya dengan semangat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD