76. MENUJU MUSUH AKHIR

1677 Words
Kekuatan akhir pun tidak bisa mengalahkan para kesatria. Pada akhirnya, 2 penyihir jahat yang lain berhasil dikalahkan, sehingga tinggal 1 penyihir lagi, yaitu sang pemimpin yang bernama Barra Charlotte, penyihir terkuat dengan julukan sang kebencian. Mungkin kekuatannya jauh lebih mengerikan dari pada keempat penyihir yang sudah tewas. *** Stev dan teman-teman tergeletak lemas lagi setelah bertarung melawan Fictor dan Venny, kali ini 3 roh suci juga lemas sehingga mereka segera masuk ke dalam pedang legendaris untuk memulihkan kekuatan, ketiga roh suci belum bisa menyembuhkan para kesatria karena sama-sama kehabisan energi. Sebenarnya ini sungguh buruk, mungkin kesempatan terbaik bagi musuh membunuh mereka, namun saat ini penyihir Barra malah bersantai di ruangan khsus. "Hahaha! Ternyata Fictor dan Venny mengecewakan juga, dasar kalian semua lemah, gak berguna!" ucap Barra sambil duduk santai. "Hmm, aku akan berbaik sedikit, aku akan biarkan para kesatria bodoh itu memulihkan energi. Bukan karena aku sombong, tapi aku lebih suka jika bertarung sepuasnya, kurang menarik jika mereka langsung aku bunuh, gak seru kalau mereka sedang lemah. Aku ingin merasakan kekuatan mereka seperti apa, aku juga ingin menunjukkan kekuatan hebatku, hahaha!" lanjut Barra dan malah mengambil makanan. Barra akan menunggu beberapa menit, bukan karena dia baik, tapi karena dia ingin hiburan yang membuat hatinya senang, yaitu bertarung secara maksimal melawan Stev dan teman-teman. Para kesatria sedang berbaring untuk memulihkan kekuatan energi dan luka, mereka saling mengobrol. "Kita masih harus melawan 1 penyihir lagi, aku yakin dia adalah pemimpinnya, dan tentu saja dia pasti terkuat," ucap Stev sambil rebahan. "Apa kita bisa menang melawan penyihir yang terakhir, aku ragu," kata Chely. "Chely, kenapa kita harus ragu? Ingat, kita bertiga, sedangkan dia hanya sendirian. Apabila kita saling kerja sama, aku yakin kita pasti menang!" bala Ricko memberi semangat dan optimis. "Ya, aki harap memang begitu. Tapi ... kekuatan sang pemimpin pasti sangat hebat, meski kita bertiga, belum tentu mudah menang." Stev dan Ricko menjadi ragu mendengar perkataan Chely barusan, sepertinya itu memang kenyataan bahwa Barra punya kekutan yang mengerikan. Tapi apa pun yang akan mereka hadapi, mereka harus berjuang sampai darah yang terakhir. "Chely, Ricko! Apa kalian ingat tujuan utama kita menghadiri turnamen dulu?" tanya Stev mengingatkan. Chely dan Ricko terkejut mendengar itu, kemudian mengingat ingat sebelum pergi ke turnamen. Demi tujuan yang mulia dan sangat penting, mereka rela menelusuri hutan dan hampir mengorbankan nyawa, itu semua demi hidup bahagia, baik bagi dirinya maupun orang lain. Memang Ricko ingin menjadi orang terkaya di dunia, tapi dia juga akan menjunjung martabat keluarganya agar bersama-sama hidup bahagia, termasuk orang-irang terdekatnya. Semua tersenyum, mereka harus menyelamatkan bumi ini karena mereka sudah berjanji akan membuat hidup banyak orang menjadi bahagia. Apalagi hanya mereka bertiga yang berpotensi besar bisa menyelamatkan dunia ini dari kejahatan para penyihir, terlebih Stev, Chely, dan Ricko sudah ditakdirkan menjadi pahlawan legendaris. "Baiklah, kita akan berjuang sampai mati! Kita gak boleh menyerah sedikit pun, karena kepulangan kita sudah ditunggu oleh banyak orang," ucap Chely menjadi semangat lagi, rasa ragu dan takutnya terhadap pemimpin penyihir sirna. "Yeah! Jika kita kalah, kita gak akan bisa menikmati hidup bahagia. Aku gak mau mati di sini, apalagi mati di tangan penyihir jahat," ucap Ricko juga bersemangat. Stev tersenyum mendengar kedua sahabatnya semangat, tentu saja dia juga semakin semangat. "Ayah, Bunda, Kakek Hamzo, Khen, dan semuanya. Tunggu aku ya! Kami pasti akan mengalahkan semua penyihir jahat itu dan kami akan meyelamatkan dunia ini dari bencana mengerikan ini. Ya, aku janji!" batin Stev sambil tersenyum. Para kesatria memejamkan mata sebentar agar lebih rileks dan cepat pulih, akan tetapi mereka tidak tidur, karena bisa berbahaya jika ada musuh yang tiba-tiba datang menyerang. Meski sebenarnya penyihir Barra tidak akan datang, dia akan menunggu di ruangan khusus. Sekian detik kemudian, ketiga roh suci keluar dari pedang suci legendaris, hal itu membuat para kesatria terheran, karena seharusnya mereka belum pulih sepenuhnya. "Ada apa? Kenapa kalian keluar?" tanya Chely. "Bukankah kalian butuh waktu lagi untuk pulih sempurna?" tambah Ricko, Stev juga penasaran. "Iya, kami tau. Tapi ada yang harus kami lakukan dulu, agar lebih cepat dan aman," jawab Draga membuat para kesatria semakin penasaran. "Kami harus memulihkan kalian dulu agar kekuatan energi kalian lebih cepat, jika terlalu lama, akan sangat berbahaya jika musuh datang," ucap Unico, kemudian ketiga roh suci segera memberikan energi dan memulihkan kondisi Stev dan kedua temannya itu. Sinar warna emas yang selalu terasa hangat mereka rasakan, perlahan kondisi mereka pulih dan badan mulai terasa bugar kembali. Ketiga kesatria memang berbaring berdekatan dengan Chely berada di tengah, sementara Stev sebelah kanan dan Ricko sebelah kiri, akan tetapi masih memiliki jarak, yaitu sekitar setengah meter. Hal itu karena ada seorang gadis, jadi harus jaga jarak agar Chely tidak malu atau marah, tapi sejujurnya Ricko ingin sekali lebih dekat, namun tidak berani. "Apa kalian serius melakukan ini sekarang?" tanya Stev. "Iya, ini pilihan yang terbaik," jawab Bafly. "Oh, baiklah kalau begitu." "Tapi maaf, mungkin kami tidak bisa memulihkan kalian 100 persen, karena kondisi kami juga belum masih jauh dari sempurna," ucap Draga memberi tahu. "Gak apa-apa, ini sudah jauh lebih baik," balas Stev, semua tersenyum akan hal itu. "Sekali lagi terima kasih!" ucap Chely mewakili semuanya. Sekitar 1 menit kemudian, semua energi milik 3 roh suci sudah habis, mereka segera minta ijin untuk istirahat di dalam pedang suci legendaris. Kondisi Stev dan teman-teman sekitar 80 persen pilih dan fit kembali, hanya tinggal 20 persen lagi, semuanya sempurna dan siap menuju ke tempat Barra sang kebencian. Wajah dan badan para kesatria terlihat lebih bersih dan segar kembali, tidak ada luka yang terlihat. Mereka bersyukur mempunyai roh binatang suci, karena mereka selalu membantu setiap saat, terutama saat keadaan berbahaya. Di tempat Barra sang kebencian, dia beranjak dari kursi. "Huft, oke. Sebaiknya aku mulai persiapan agar lebih menarik, hehehe," ucapnya sambil terkekeh. Kemudian Barra menciptakan portal hitam menuju suatu ruangan, tampak raut wajahnya tersenyum bahagia. Itu berarti bukan di ruangan ini mereka akan bertarung, karena sebenarnya ruangan ini memang tidak luas, jadi kurang bebas jika digunakan untuk bertarung. Mungkin Barra akan mempersiapkan diri di ruangan yang luas di dalam labirin ini. Sekian menit berlalu, akhirnya kondisi Stev, Chely, dan Ricko sepenuhnya pulih, kemudian bergegas menuju tempat penyihir terakhir. Akan tetapi 3 roh suci alias Draga, Bafly, dan Unico belum pulih, mungkin masih butuh banyak waktu. Sebenarnya agak berbahaya bertarung melawan Barra tanpa 3 roh binatang suci, tapi karena mereka tidak mau membuang waktu lagi, mereka harus bergegas, apalagi saat ini kekuatan mereka sudah 100 persen kembali. Namun mereka berharap agar 3 roh suci segera muncul dan membantu mereka. Karena di ruangan ini juga runtuh, mereka harus membuka pintu lagi agar bisa masuk ke dalam labirin. Chely menyerang menggunakan kekuatan cahaya, sehingga reruntuhan lenyap dan pintu terbuka lebar, Chely masih ingat letak pintu masuk tersebut sebelum ruangan ini runtuh, itu sungguh bagus, jadi mereka lebih cepat. Kini Stev dan teman-teman menelusuri isi labirin lagi, ternyata jalan selalu tidak mudah, terkadang menemui jalan buntu, namun mereka menerobos dan menghancurkan dinding tertutup itu, sehingga menemukan lorong lain. Mereka terus lanjut dan berhati-hati, karena bisa saja ada jebakan atau hal lain yang berbahaya datang. Semuanya meningkatan energi sedikit agar lari lebih cepat, kedua mata mereka selalu menyala di setiap lorong atau ruangan, karena seperti tempat labirin lain, selalu kurang penerangan. Setelah menelusuri beberapa belokan, ada suatu ruangan tapi tidak begitu luas, jauh lebih sempit dari tempat pertarungan dengan penyihir lain. Semua berhenti dan waspada, bahkan tiba-tiba ada serangan datang mendadak. Serangan itu adalah pisau-pisau tajam yang muncul dari dinding labirin. Stev memperingatkan semuanya. Mengetahui itu, semua bergegas menghindar sekalian mengambil pedang suci legendaris. Serangan pisau terus bermunculan, entah dari mana, mungkin sudah dipersiapkan para penyihir sebelumnya. "Clenk! Clenk! Clenk!" suara beberapa benturan pedang dengan pisau, karena Stev dan teman-teman terkadang menahan serangan pisau tersebut dengan pedang legendaris. Selama 1 menit, akhirnya serangan pisau itu berakhir, semua merasa tenang dan santai. "Huh, jadi para penyihir itu sudah mempersiapkan jebakan buat kita? Sungguh merepotkan, tapi sangat mudah kita atasi," ucap Chely. "Ya, sepertinya memang begitu," balas Stev. "Mau jebakan kek, mau ranjau kek, mau apalagi kek, aku gak peduli. Itu semua hanya masalah kecil bagi kita," ucap Ricko sedikit sombong. "Ricko, jangan terlalu sombong. Bisa saja kalau kita gak waspada, maka terkena jebakan itu," kata Chely menanggapi perkataan Ricko. "Ah, oke Sa ...," jawab Ricko terhenti karena hampir salah bicara, Chely terheran mendengar itu, sementara Stev menahan tawa. Sebenarnya Ricko ingin mengatakan kata sayang, tapi tidak jadi. "Hah, kamu mau bicara apa?" tanya Chely penasaran. "Oh, bukan apa-apa kok, hehe. Aku setuju dengan perkataan kamu, sebaiknya aku gak boleh sombong." "Nice!" Setelah itu, mereka bergegas melanjutkan perjalanan, namun ada 2 pintu yang membuat mereka bingung harus lewat mana. Stev mengajak ke pintu sebelah kanan, sementara Ricko sebelah kiri, Chely masih bingung memilih yang mana. "Duh, gimana ini? Pintu yang mana sebaiknya. Andai saja ada yang tengah," tanya Chely. "Uhmm, oke. Sebaiknya pintu kiri saja," jawab Stev akhirnya berganti pilihan sesuai pilihan Ricko. "Kenapa kamu berganti pilihan?" "Ya, menurutku pintu kiri yang sesuai. Kenapa? Karena penyihir itu adalah orang-orang jahat dan berjalan di jalan yang salah, jadi pilihan mereka selalu di tempat kiri, hehe. Sebenarnya ini cuma asumsi-ku saja," jawab Stev menjabarkan maksudnya. "Hmm, sedikit masuk akal. Oke, aku juga setuju pintu sebelah kiri, kita akan hancurkan yang ada di sana!" ucap Chely. "Hahaha, jadi begitu. Kalau aku cuma asal pilih saja, soalnya pintu itu yang paling dekat denganku, apalagi tepat di berada di depanku," ucap Ricko dengan tertawa. "Astaga, hahaha!" Stev dan Chely ikut tertawa. Selanjutnya, mereka bergegas masuk ke pintu sebelah kiri tersebut. Semua yakin dengan pilihan itu, dan berharap menemukan penyihir jahat yang bernama Barra Charlotte. Para kesatria kembali menelusuri lorong labirin yang rumit dan kurang cahaya, tapi dengan kekuatan mata, mereka bisa berjalan bahkan berlari agak cepat menelusuri lorong labirin menuju penyihir jahat terakhir. Semua sudah siap melawan Barra, meski 3 roh suci belum datang, tapi dengan kekuatan pedang suci legendaris, seharusnya mereka bisa melawan dan bertahan. Seperti apakah kekuatan pemimpin penyihir? Semua bikin penasaran, pasti sangat mengerikan. Sebenarnya kenapa para penyihir itu tega melakukan ritual yang mengorbankan banyak manusia? Sungguh para penyihir yang tidak punya hati, mungkin hatinya sudah dicuri oleh iblis. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD