70. AKHIRNYA MENANG

1604 Words
Cukup sulit menghadapi monster Golem ciptaan Gennai dan cermin kaca milik Marxo. Namun pada akhirnya, dengan kekuatan yang lebih tinggi, para kesatria mampu menghancurkan itu. *** Gennai dan Marxo tampak lemas terkena serangan tingkat tinggi milik Chely dan Ricko. "Sekarang! Ayo kita akhiri mereka!" teriak Stev. "Baiklah!" jawab yang lain termasuk roh suci yang akan menyalurkan kekuatan sucinya. "Maafkan kami, Gennai, Marxo!" ucap Chely. Selanjutnya, Stev, Chely, dan Ricko mengeluarkan teknik kuat dari pedang legendaris bersamaan. "Pedang Api, Teknik Gelombang Api!" "Pedang Kegelapan, Teknik Dark Hole!" "Pedang Udara, Teknik Amukan Badai!" Gelombang api besar muncul, ditambah badai angin mengerikan, sehingga tercipta kobaran api dahsyat menyerang 2 penyihir jahat itu. Sementara Lubang hitam yang bernama Dark Hole muncul di atas Gennai dan Marxo. "Ampun! Maafkan kami!" teriak Gennai. "Jangan bunuh kami! Tidaaaak!" teriak Marxo ketakutan. "Maaf, hanya ini satu-satunya untuk menebus dosa kalian!" balas Stev juga teriak. "Aaagghhrr!" Kobaran api dan angin sangat mengerikan, swrangan gabungan itu membakar kedua penyihir jahat tanpa ampun, mereka kesakitan tanpa ada yang menolong. Teman penyihir lainnya hanya bisa melihat, tampak mereka terkejut melihat itu lewat bola magic. "Gak mungkin!" ucap 3 penyihir lainnya. Mungkin mereka akan membalas kekalahan temannya tersebut, nanti jika waktunya tiba. Sesaat kemudian, lubang hitam menelan Gennai dan Marxo hingga mereka lenyap dan tentu saja tewas. Tubuh abadi itu tidak bisa menyelamatkan mereka, hal itu karena memiliki kekuatan jahat sehingga terhalang oleh kekuatan suci. Setelah 2 penyihir jahat itu tewas, tampak banyak roh dari manusia di bumi ini melayang dan masuk ke suatu tempat, ternyata di dalam ruangan labirin terakhir, lebih tepatnya masuk ke dalam Kristal Magic. "Roh-roh itu? Mungkinkah para penduduk di bumi?" ucap Stev bertanya-tanya, dia tampak kelelahan, begitu juga dengan yang lain, tampak lemas juga. "Ya, menurutku begitu," jawab Chely. "Syukurlah, mereka sudah lepas dari tubuh penyihir jahat," kata Ricko. Setelah itu, mereka semua tergelatak di atas tanah karena ingin istirahat sebentar, mereka merasa senang karena berhasil mengalahkan 2 penyihir, namun masih ada 3 lagi. Mampukah mereka mengalahkan yang lain? Sepertinya sangat sulit, apalagi saat ini mereka sedang kekurangan energi. Di ruangan khusus 3 penyihir lain, yaitu Barra, Fictor, dan Venny, mereka membicarakan situasi yang sulit dipercaya ini. "Huh, mungkin karena Gennai dan Marxo terlalu lemah, jadi mereka kalah. Tapi, hebat juga para kecoak itu," ucap Barra sang kebencian. Dia sangat benci dengan orang lemah, bahkan jika itu adalah temannya sendiri, dia juga benci dengan para kesatria oleh sebab itu dia sangat suka dengan ritual mendapatkan tubuh abadi, karena harus menumbalkan 100 kesatria, meski akhirnya ritual itu kurang 3 tumbal. Barra juga benci dengan banyak hal, seperti banyaknya manusia selain yang dia kenal, benci melihat orang lain bahagia, benci dengan keadilan, dan kebencian lainnya, mungkin karena itu dia dijuluki Barra sang kebencian. "Tenang saja tuan, kami akan bereskan mereka," ucap penyihir Fictor. "Akan aku jadikan mereka daftar koleksi orang-orang yang aku bunuh," lanjutnya sambil tersenyum sinis. Fictor sangat suka mengoleksi sesuatu yang mengerikan, seperti daftar orang yang dia bunuh, koleksi cara-cara kematian, dan lainnya yang buruk. Oleh sebab itu, dia dijuluki Fictor sang kolektor. "Hahaha! Aku akui para kesatria itu cukup hebat, tapi yang mereka kalahkan itu lebih lemah dari kami. Akan aku peluk mereka sebelum mati, terutama pemuda tampan yang bernama Stev itu," ucap penyihir Venny membuat Fictor sedikit kesal. "Apa aku kurang tampan, hah? Lihatlah, sekarang tubuhku ini remaja dan seksi," ucap Fictor menanggapi istrinya, dia mendekat dan ingin menunjukkan tubuh baru dan mudanya. "Oh, Sayangku. Aku lupa, sekarang ketampanan dan keindahan tubuhmu tiada tandingan nya. Ah, aku makin cinta," ucap Venny. Fictor memeluk Venny, lalu mencium keningnya, sementara Venny membalas pelukan itu dan membelai punggung suaminya dengan mesra. "Cihh, jangan tunjukkan itu di depan ku, membuatku muak saja!" umpat Barra merasa iri. Fictor dan Venny langsung melihat Barra yang cemberut. "Ahaha, maaf tuan. Sebentar lagi kamu bisa pilih istri sesukamu, ada banyak gadis pingsan di dunia ini. Tapi setelah kita mengalahkan 3 Kesatria lemah itu," balas Fictor. "Sayang! Sebaiknya kamu jangan remehkan mereka, aku tau kita lebih kuat, tapi kita harus hati-hati, oke?" "Baiklah Sayang!" "Ya udah, cepetan bunuh mereka! Aku mau bersantai dulu di sini sambil melihat pertarungan kalian. Aku harap kalian gak mengecewakan seperti Gennai dan Marxo," ucap Barra. "Oke, aku pastikan 3 kesatria itu mati di tangan kami!" jawab Fictor terlalu percaya diri. "Ayo Sayang, kita berangkat dan mempersiapkan semuanya," lanjutnya mengajak Venny. "Oke, siap Sayang!" jawab Venny. Pasangan suami istri penyihir jahat tersebut menciptakan portal hitam, mereka pergi ke suatu ruang bersama, bahkan tampak berpelukan mesra, sungguh romantis sekali mereka, namun sayang sekali, mereka berdua adalah penyihir jahat. Fictor dan Venny akan merencanakan sesuatu di ruangan labirin yang kedua. "Huft, mereka ini. Membuatku ingin berduaan juga, sialan!" kesal Barra, mungkin dia sudah lama tidak bermesraan dengan gadis, apalagi selama ini bersembunyi untuk mengumpulkan strategi dalam ritual itu, ditambah mungkin belajar ilmu hitam. Sebelumnya Barra memang berumur di atas 50 tahun, tapi sekarang umurnya muda kembali dan sama dengan penyihir lainnya, bahkan umur mereka ibarat 17 tahun, meski sebenarnya itu tubuh bukan aslinya. Sungguh keterlaluan memang, itu semua karena ritual yang mengorbankan banyak manusia. Barra memilih makan daging panggang yang sudah tersedia di meja, sepertinya daging sapi atau kerbau, sulit dicari tahu karena sudah matang. Beralih di tempat Stev dan teman-teman berada, tampak mereka masih rebahan di tanah untuk istirahat. "Huft, akhirnya kita bisa menang. Aku sangat lelah," gumam Stev sambil melihat langit yang cerah. "Iya, aku juga sama. Tapi, kita harus mengalahkan lagi penyihir yang lain. Sanggupkah kita?" balas Chely, dia tersenyum memandang Stev yang sedang berbaring. "Meski tubuhmu kotor, ketampanan dirimu tidak berkurang, Stev!" lanjutnya dalam hati. Apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran Chely, apa dia benar-benar jatuh cinta pada Stev? Itu sangat sulit, karena Stev menyuruh Ricko untuk mendekati Chely. "Uhmm, Chely. Kamu jangan khawatir, kita pasti sanggup mengalahkan penyihir yang lain, aku sangat yakin itu. Dan apa pun yang terjadi, aku akan melindungi kamu, hehe!" ucap Ricko, dia tersenyum kepada Chely, tentu saja bermaksud merayu gadis kesatria cantik tersebut. Chely terkejut mendengar itu, dia mendadak melihat Ricko yang sama-sama sedang berbaring, dia merasa terkesan dengan perkataan Ricko barusan. "Ricko? Apa yang baru saja kamu katakan?" tanya Chely. "Oh, bukan apa-apa. Tadi aku cuma berkata bahwa kita pasti bisa mengalahkan penyihir yang tersisa." "Oh, jadi begitu. Ya, aku harap memang begitu." Chely dan Ricko hanya tersenyum, sebenarnya mereka mengetahui perasaan mereka, namun pura-pura tidak tahu, mungkin karena malu. Sementara Stev tersenyum mendengar itu, dia berharap Chely memahami perasaan Ricko yang sebenarnya mencintai Chely. Sekian detik kemudian, mereka merasakan hangat di seluruh tubuh mereka, ternyata 3 roh suci memberikan energi mereka agar rasa lelah para kesatria hilang, ditambah kekuatan energi mereka segera pulih kembali, namun butuh waktu yang lebih lama karena saat ini energi Stev, Chely, dan Ricko benar-benar tinggal sedikit. "Kalian, makasih banyak! Tapi, apa kalian gak cepek?" tanya Stev. "Ya, sebenarnya kami capek, tapi ini adalah tugas kami," jawab roh Draga. "Demi kebaikan kalian, kami harus berjuang keras," tambah roh Bafly. "Benar, jika tiba-tiba musuh datang lagi, sangat berbahaya," ucap roh Unico. "Oh, tidak! Itu benar sekali, jangan-jangan penyihir yang lain sedang ke sini untuk membalas kekalahan 2 temannya," ucap Chely khawatir. "Baiklah kalau begitu, sebaiknya kita waspada dan bersiap!" ajak Stev memberi saran. "Ya, itu pilihan terbaik," jawab Ricko. Stev dan teman-teman bangun dari rebahan, tapi masih duduk di tanah karena tubuh mereka belum pulih, hal itu agar 3 roh suci lebih mudah dalam menyembuhkan dan memberi energi pada mereka. Sebenarnya ada di mana penyihir Fictor dan Venny? Masih belum bisa diketahui, akan tetapi sepertinya mereka tidak ke sini, jadi itu sangat beruntung bagi para kesatria, karena mereka bisa istirahat sejenak sekalian memulihkan kondisi. Sekitar 3 menit, akhirnya Stev dan teman-teman pulih, meski tidak 100 persen, tapi mungkin cukup untuk pertempuran berikutnya. "Oke, sepertinya kondisi kita sudah cukup, badan ku terasa segar kembali," ucap Stev. "Yeah, ini keren!" tambah Ricko, Chely pun merasakan hal yang sama. Mereka berterima kasih lagi kepada 3 roh suci, karena mereka selalu membantu para kesatria. Ketiga murid Kakek Hamzo itu bergegas mencari penyihir yang tersisa, karena ruangan labirin ini roboh, mereka agak kesulitan mencari pintu masuk labirin, tapi masih bisa. Ricko menyerang posisi pintu sebelumnya menggunakan tebasan angin dan petir bersamaan, mereka masih hafal telak pintunya. "Glarr!" Pintu menuju ruangan dalam labirin terlihat kembali, Stev dan teman-teman segera masuk ke sana dengan berlari agar lebih cepat. Mereka memasuki lorong labirin lagi, dan seperti sebelumnya, jalan cukup rumit dan harus berhati-hati. Sekian detik berlalu, mereka masih menelusuri lorong labirin. "Tunggu! Sepertinya aku merasakan ada sesuatu yang berbahaya di dekat sini," ucap Stev yang berada paling depan, dia mengajak semuanya berhenti sejenak. Kemudian, Stev dan teman-teman meningkatkan penglihatan mata mereka, sehingga menyala lebih terang. "Itu, bukankah itu gas beracun?" tanya Chely menyadari sesuatu di depan sana. "Benar, ini bahaya! Untung saja Stev tahu," tambah Ricko. Mereka mencari cara untuk mengatasi gas beracun itu, lalu Stev dan Ricko akan menggabungkan serangan, yaitu api dan udara, itu adalah ide yang bagus, karena gas beracun bisa hilang dengan panas api yang berlebih, apalagi udara bisa membantu api lebih berfungsi. Stev dan Ricko mengeluarkan kekuatan api dan udara, kemudian 2 elemen itu bersatu hingga menjadi kobaran api yang membakar gas beracun tak tersisa. Mereka cukup menggunakan kekuatan elemen biasa, tanpa teknik spesial, karena itu sudah cukup. Biasanya teknik spesial digunakan untuk melawan musuh, karena teknik spesial menggunakan energi yang lebih besar, tapi kekuatannya tentu saja lebih berguna. "Yess, berhasil. Sepertinya sudah aman!" ucap Ricko merasa senang. "Tunggu sebentar!" Stev menggunakan kekuatan es untuk mendinginkan jalan, hal itu agar mudah dilewati mereka, karena sebelumnya jalan menjadi panas akibat serangan api dan udara tadi. Setelah terlihat aman, mereka bergegas melanjutkan perjalanan. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD