83. KEKUATAN MALAIKAT

1820 Words
Stev dan teman-teman masih kesulitan menghadapi Barra dengan wujud vampir, selain pertahanan sangat kuat, seranganya sangat dahsyat, terutama gelombang kematian. Bahkan Stev dan teman-teman hampir tidak bisa bertahan lagi. *** Para roh suci merencanakan sesuatu untuk mengakhiri pertarungan ini semoga berhasil sukses. "Sebenarnya apa rencana kalian?" tanya Stev penasaran. "Gak ada waktu untuk dijelaskan, kita mulai saja sekarang!" jawab Draga. "Kalian cukup rileks-kan badan kalian!" pinta Bafly. "Siap!" jawab para kesatria dan segera melakukan permintaan itu. "Baiklah! Kita mulai," ucap Unico. Tiba-tiba semua roh suci beraura emas, kemudian perlahan tubuh mereka menyatu ke dalam tubuh tuan mereka masing-masing. Stev, Chely, dan Ricko merasakan kekuatan besar mengalir dalam tubuhnya, terlihat aura kekuatan energi mereka meningkat pesat dan berkibar, bahkan kobaran ini jauh lebih besar daripada biasanya. Energi warna emas menyelimuti mereka bertiga, terasa sangat hangat dan istimewa. Barra terkejut melihat itu dari jarak jauh, dia sangat penasaran, dia juga merasakan kekuatan besar muncul di tubuh para kesatria. "Apa yang terjadi? Kenapa kekuatan energi mereka tiba-tiba meningkat drastis? Gak mungkin!" gumam penyihir Barra sang kebencian. Akhirnya semua roh suci bersatu dengan para kesatria, saat itu juga Stev, Chely, dan Ricko memiliki 2 sayap berwarna emas, seperti sayap malaikat tapi warna emas, sungguh keren penampilan mereka. Selain itu, ada juga sedikit perhiasan di beberapa bagian tubuh mereka, seperti gelang, sabuk dan ikat kepala mereka berubah menjadi warna emas. Stev, Chely, dan Ricko ibarat memiliki kekuatan bagai malaikat. "Wow, ini sangat keren!" ucap Stev bangga. "Kekuatanku terasa bergejolak! Ini sungguh luar biasa!" ucap Chely merasa kagum. "Aku seperti terlahir kembali. Hebat!" ucap Ricko. "Kalau begini seharusnya kita bisa menang!" ucap Stev menjadi bersemangat lagi, begitu juga dengan yang lain. Barra masih terdiam memperhatikan dari jarak jauh, sedikit ada keringat yang menetes di pelipisnya, mungkin sedikit ada rasa takut akan kekuatan baru para kesatria itu. Saat ini juga, semua roh suci bisa berbicara langsung di alam bawah sadar mereka, para roh suci memberi tahu resiko menggunakan kekuatan ini, yaitu para roh suci akan pingsan selama beberapa jam atau bahkan bisa seharian setelah menggunakan kekuatan ini, jadi jika gagal, maka berakhir sudah dan sia-sia semuanya. Adalagi, kekuatan ini hanya bisa bertahan selama 1 jam, jadi Stev dan teman-teman harus segera mengalahkan Barra sebelum waktu habis. Semua mengerti, sepertinya waktu 1 jam sudah lebih dari cukup, karena kekuatan itu sangat luar biasa. Para roh suci juga mengatakan bahwa dalam tubuh mereka sudah mengalir kekuatan suci, jadi seharusnya lebih mudah dalam melawan kekuatan jahat. Barra mulai kesal dan tidak sabar, kebencian dalam dirinya muncul kembali, mungkin karena merasakan bau kekalahan, meski dia masih sangat yakin akan menang. Selanjutnya, Barra menyerang lebih dulu, dia menyerang dengan laser gelap dari jarak jauh. Stev dan teman-teman tahu itu, Ricko menahan serangan itu dengan 1 sayap emasnya, ternyata sayap mereka memiliki pertahanan yang sangat bagus, mungkin sama dengan milik Barra, namun bentuknya berbeda 180 derajat. Barra sangat terkejut melihat serangannya gagal hanya dengan 1 sayap. Setelah itu, Stev dan Chely terbang cepat untuk menyerang Barra. "Clenk!" Stev saling beradu senjata dengan Barra, kecepatan mereka seimbang. Sesaat kemudian, Stev dan Barra berhenti, mereka bersiap mengeluarkan teknik. Teknik yang hampir sama, yaitu pisau es, sementara milik Barra pisau gelap. Pada akhirnya, serangan itu berakhir dengan seimbang. Chely pun menyerang dengan laser cahaya, akan tetapi Barra masih bisa menghindar dengan terbang ke atas. Tidak lama kemudian, Barra akan mengeluarkan teknik mematikan lagi. Stev, Chely, dan Ricko bersiap, namun mereka tampak santai dan tidak takut. Mungkinkah mereka bisa mengatasi sernagan Barra dengan mudah? Bisa diketahui sebentar lagi. "Rasakan!" teriak Barra lalu mengeluarkan teknik gelombang kematian lagi. Saat itu juga, para kesatria menciptakan dinding suci di depannya masing-masing. Saat serangan itu menghantam dinding suci, ternyata dinding suci sangat kuat, bahkan gelombang gelap mematikan tidak bisa menembus pertahanan itu, bahkan tergores saja tidak, sungguh luar biasa. Setelah serangan gelombang kematian itu berakhir, Barra terkejut melihat para kesatria masih sehat sempurna tanpa ada luka sedikit pun. "Apa? Pelindung macam apa itu? Kenapa teknik terkuat milikku bisa dihalau dengan dinding aneh itu. Kurang ajar!" kesal Barra, dia merasa benar-benar gila setelah semua serangannya selalu gagal. "Baiklah, ayo sebaiknya kita akhiri sekarang juga!" ajak Stev. "Baiklah, aku juga sudah bosan di sini," jawab Chely setuju. "Aku sangat lapar! Jadi lebih cepat lebih baik," tambah Ricko. Selanjutnya, mereka segera menggunakan teknik terkuat untuk mengakhiri semuanya. Pertama Ricko mengeluarkan teknik spesial bercampur kekuatan suci. "Pedang Udara, Teknik Triple Topan!" Tiga buah topan besar mengelilingi Barra, bahkan kekuatan udaranya sangat kuat, apalagi di dalam ruang dimensi. Saat ini kekuatan udara semakin kuat. Barra merasa khawatir lalu ingin kabur dari 3 topan. Tapi sangat sulit, karena topan berputar dahsyat. Sesaat kemudian, Stev segera mengeluarkan tekniknya ... "Pedang Api, Teknik Ledakan Neraka!" Kemudian muncul 5 genangan api yang mirip seperti lava, kemudian meledak hingga bercampur dengan topan. Hal itu menjadi topan menjadi panas, Barra ada di tengah-tengah dan hampir mustahil bisa kabur. Ledakan lava panas terus terkaid bahkan lubang genangan semakin mendekat ke tengah-tengah diikuti 3 topan. Saat Barra ingin menciptakan portal untuk kabur, dia gagal mengeluarkannya, hal itu karena dia terkena hembusan topan panas yang yang mengandung kekuatan suci. "Aaagghhrr! Gak mungkin aku kalah dengan para bocah itu!" teriak Barra. Topan bercampur Lava akhirnya membakar Barra hingga terus berteriak kesakitan, dia harus menebus dosa yang telah dia buat, tapi ini baru tebusan disa di dunia, belum di akhirat, sungguh kasihan sebenarnya, tapi itu harus dia tebus. "Barra Charlotte, selamat tinggal!" ucap Chely, lalu mengeluarkan tekniknya agar rasa sakit akan kematian yang dirasakan Barra segera berakhir. "Pedang Cahaya, Teknik Sinar Penyucian!" Sebuah cahaya luas muncul dari atas tubuh Barra yang terbakar, tampak kulitnya mulai mengelupas. Cahaya penyucian menambah keadaan semakin panas, cahaya penyucian itu membentuk bintang yang menjulang dari lantai dimensi hingga atap dimensi. Barra terus berteriak kesakitan dan minta ampun, dia meyesal telah melakukan kehmjahatan di muka bumi ini, namun penyesalannya susah terlambat dan waktu tidak bisa diulang lagi, ini sebagai pembelajaran bahwa melakukan kejahatan adalah kesalahan besar, jangan sampai menyesal di akhir, karena sudah terlambat. Sekian detik kemudian, tubuh Barra hancur perlahan menjadi debu berkilauan yang beterbangan, dengan begitu akhirnya sang pemimpin penyihir bernama Barra Charlotte telah dikalahkan. Itu juga berarti bahwa semua penyihir akhirnya berhasil dikalahkan oleh 3 kesatria hebat, yaitu Stev Diego Toshiro, Chely Veronia, dan Ricko Hasagi. Para kesatria merasa bahagia karena telah berhasil mengalahkan Barra, tidak lama kemudian, ruang dimensi ciptaan Barra ini bergetar bahkan tiba-tiba bee-aura hingga berkobar, mereka terkejut mengetahui itu. "Ada apa ini? Apa yang terjadi?" tanya Stev terheran. "Sepertinya ini berbahaya. Mungkin semua ini sudah dipersiapkan Barra untuk serangan terakhirnya jika sampai kalah!" ucap Chely menduga. "Apa? Gak mungkin!" kaget Ricko. "Teman-teman, kita harus lakukan itu agar aman!" ajak Stev. Mendengar itu, semuanya setuju, lalu mendekat dan saling bergandengan tangan. Tidak lama kemudian, sebuah lingkaran suci terbentuk dan melindungi mereka bertiga, akan tetapi lingkaran suci tersebut agak berbeda dari sebelumnya, terlihat kurang bersinar dan seperti ada retakan. Ternyata ruangan dimensi berbentuk kubus ini meledak dahsyat. "Bamm!" Untung saja Stev, Chely, dan Ricko segera melakukan sesuatu, jika tidak mereka pasti berakhir. Itu adalah kekuatan sekaligus jebakan milik pemimpin penyihir alias Barra Charlotte, sungguh berbahaya. Setelah ledakan ruang dimensi tersebut, kini keadaan kembali ke dunia asli, tepatnya di dalam ruang labirin lagi. Tampak roh para manusia yang sebelumnya ada di tubuh Barra berterbangan menuju Kristal Magic. Terlihat juga Stev, Chely, dan Ricko tergeletak lemas dengan banyak luka di tubuh, perlahan-lahan kekuatan malaikat mereka menghilang, hingga mereka kembali menjadi kesatria biasa seperti sebelumnya. Lingkaran suci itu memnag hanya kekuatan suci yang tersisa, sehingga kurang sempurna, tapi setidaknya bisa melindungi mereka dari kematian, seandainya tanpa lingkaran suci itu, mereka pasti hancur bersama ledakan dahsyat ruang dimensi tersebut, sungguh jebakan yang sangat mengerikan. Setelah kekuatan malaikat menghilang, keluar 3 roh binatang suci dan tergeletak tidak sadarkan diri, Stev dan teman-teman terkejut dan merasa kasihan, tapi saat ini kondisi mereka juga sedang terluka parah. "Draga!" "Bafly!" "Unico!" "Terima kasih sudah berjuang bersama kami, tanpa kalian kita gak akan bisa menang melawan semua penyihir jahat itu." Perlahan tubuh para binatang suci tersebut menjadi energi warna emas, lalu masuk ke dalam pedang legendaris untuk istirahat selama yang pernah mereka beritahukan. Stev, Chely, dan Ricko tersenyum melihat itu, perlahan mereka memejamkan mata agar kondisi mereka pulih sedikit, setidaknya bisa untuk berjalan, karena saat ini tubuh mereka sulit digerakkan, apalagi berjalan. Sekitar 15 menit kemudian, Stev terbangun dari tidur, kemudian mekihat kedua sahabatnya masih memejamkan mata, dia segera membangunkan mereka karena kondisinya saat ini sudah mendingan, meski luka di tubuhnya masih ada. Tapi Stev teringat bahwa tugas untuk menyelamatkan bumi belum berakhir, yaitu mengjancurkan Kristal Magic, jika tidak dihancurkan, maka separuh roh para manusia di bumi ini akan terjebak selamanya di dalam Kristal Magic, sehingga semua manusia yang saat ini koma, bisa meninggal karena terlalu lama separuh roh mereka tidak kembali. "Ricko! Chely! Bangun!" ucap Stev setelah bangun dan duduk di lantai labirin, sesaat kemudian Chely membuka mata karena mendengar panggilan Stev barusan. "A-aku ada di mana?" tanya Chley sedikit kurang sadar. "Kamu ada di dalam labirin," jawab Stev. Mendengar itu, Chely langsung teringat bahwa dia sedang dalam misi menyelamatkan dunia dari kejahatan penyihir. Dia juga diberi tahu Stev bahwa misi mereka belum berakhir, kemudian Chely ingin segera menyelesaikan misi ini secepatnya. Namun Ricko masih belum bangun dari tidurnya, lalu Stev menguruh Chely untuk membangunkan Ricko, karena jika hanya dipanggil ternyata Ricko tidak kunjung bangun, berarti butuh sentuhan. "Heh, kenapa harus aku? Bukankah kamu sesama cowok lebih aman?" tanya Chely. "Udah, pokoknya kamu bangunkan saja dia! Cepetan, katanya pengen segera menyelamatkan dunia." "Iya, Ba-baiklah!" Chely sedikit ragu untuk menyentuh tubuh Ricko, mungkin merasa malu. "Ricko! Bangun, Ricko!" ucap Chely sambil menggoyangkan bahunya. Kan tetapi Ricko masih belum mau bangun, lalu Chely mengulanginya lagi, namun masih belum bangun juga. Hal itu membuat Chely sedikit kesal, karena ternyata Ricko tipe cowok yang sangat sulit dibangunkan. Stev pun juga terheran mengetahui itu. "Duh, kenapa dia gak bangun juga sih," ucap Chely, padahal dia semakin malu kalau berulang kali menyentuh tubuh Ricko, sementara Stev malah menahan tawa. "Coba kalau dicium! Mungkin langsung bangun," saran Stev sembarangan. "Heh, ngawur kamu! Enak aja main cium-cium segala," jawab Chely kesal. Tentu saja Chely tidak mau, pacar saja bukan, apalagi istri. Stev malah terkekeh karena dia hanya bercanda. Akhirnya Chely mencoba membangunkan Ricko sekali lagi, tapi kali ini nada lebih keras dan menggoyangkan bahu Ricko agak kencang. "Ricko, ayo bangun donk!" Sesaat kemudian, akhirnya Ricko membuka mata. Dia sempat terkejut melihat atap labririn yang gelap tersebut, dia langsung terduduk. Chely tersenyum melihat itu. "Hah, aku di mana?" ucap Ricko, kemudian mendapati ada Stev dan Chely. "Loh, kenapa ada bidadari di sampingku, dan ada sahabatku," lanjut Ricko bercanda dan bermaksud merayu Chely. "Hah, Bi-bidadari?" kaget Chely tapi tersipu malu. Stev hanya melebarkan kedua bola mata. Ricko malah terkekeh, setelah itu Chely mengingatkan tentang misi penyelamatan ini dan tidak usah bercanda. Mendengarnya, Ricko segera bangkit karena harus segera menyelamatkan dunia, begitu juga dengan Stev dan Chely. Mereka bertiga segera mencari keberadaan Kristal Magic. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD