34. HAMPIR SAMPAI

1511 Words
Saat bermalam di desa Centaro, ada maling yang mengganggu ketenangan warga termasuk Stev, namun Stev berhasil mengalahkan si maling meski si maling bisa menggunakan kekuatan energi, tapi masih kalah jauh dengan kekuatan Stev. Meskipun Stev berhasil mengambil barang curian si maling, akan tetapi si maling berhasil kabur, bahkan Stev belum membuka penutup wajah si maling, sungguh keterlaluan. *** Sekian hari berlalu, Stev menelusuri hutan, sungai kecil, lembah, dan bukit dalam perjalanan menuju lokasi turnamen. Semua perjalanan berjalan lebih lancar dari saat pertama berangkat, hal itu karena sekarang Stev termasuk kesatria dan memiliki banyak kekuatan. Saat ini hari menuju turnamen tersisa 3 hari. Masih cukup lumayan, sepertinya perjalanan Stev juga tidak jauh lagi sampai di labirin Doom Hole. "Menurut peta, lokasi labirin tempat turnamen tidak jauh lagi. Aku sudah gak sabar ingin mendapatkan hadiah itu, hehe," gumam Stev sambil berjalan santai, dia merasa bahagia dan semangat. Tidak jauh di depan, Stev mendapati sebuah jembatan panjang dari kayu, memang ada di peta dan jembatan itu sudah sangat lama, tapi sangat awet dan masih kokoh. "Yuhuuu! Akhirnya sampai juga di jembatan itu, nice!" ucap Stev semakin semangat. Stev bergegas melewati jembatan, tapi sebelum itu melihat-lihat dulu sekitar jembatan itu, karena pemandangan di situ cukup indah, termasuk sungai jernih di bawah jembatan, ada juga 2 pohon besar di setiap jalan masuk jembatan, jadi jalan masuk atau keluar jembatan sebenarnya ada di antara 2 pohon besar, yaitu pohon beringin, tampak sedikit mistis, tapi tidak ada masalah apa-apa selama ini, kalau menurut yang dia dengar, apalagi tentang hantu. Jembatan itu juga luas, ukuran luasnya adalah 3 meter. "Keren, sungguh keren. Pantas saja jembatan ini sangat terkenal," ucap Stev terkagum, dia melihat sungai jauh di bawah, tampak mengalir dengan jernih, terdapat bebatuan juga. Selama 15 menit Stev menikmati indahnya sekitar jembatan itu, kemudian melanjutkan perjalanan. Stev melewati jembatan itu dan rasanya sangat aman tanpa takut akan roboh, itu menandakan bahwa jembatan masih sangat baik, sepertinya ada yang mengecek dan memperbaiki jika ada yang sedikit rusak, tapi tidak tahu siapa yang melakukan itu. Dengan tersenyum sambil melihat ke kanan kiri jembatan, Stev merasa bahagia saat melewati jembatan itu. Akan tetapi sesaat kemudian, setelah melewati setengah dari jembatan, ada 3 orang yang tiba-tiba datang dan bahkan menodongkan senjata berbahaya. Stev terkejut melihat mereka, kemudian berhenti mendadak dan menjadi waspada, dengan keadaan 3 orang yang seperti itu, Stev langsung menyimpulkan bahwa mereka adalah orang jahat alias musuh. Semuanya pria dan membawa pedang, tapi sepertinya pedang biasa, karena terlihat tidak ada yang spesial. "Mau apa kalian?" tanya Stev dengan berani. "Huh, pemberani sekali 1 orang ini," jawab musuh yang tengah, dia berkumis tipis dan terdapat anting di kedua telinga. "Serahkan semua barang milikmu?" ucap musuh yang di sebelah kanan, dia memakai ikat kepala hitam. "Hah, semua barang milikku? Apa maksud kalian pakaianku juga? Sehingga aku telanjang bulat dan membuat kalian b*******h, begitu kah?" tanya Stev dengan bercanda tidak takut. "Kurangajar! Omongan mu membuat ku muak. Kita habisi saja dia!" ucap musuh yang sebelah kiri, dia berkacamata hitam. "Serang!" teriak mereka bertiga sambil berlari untuk menyerang Stev. Melihat itu, Stev tersenyum sinis dan segera mengambil pedang suci legendaris keluar dari sarung pedangnya, dia juga langsung meningkatkan kekuatan energi miliknya, karena melawan 3 orang tentu saja tidak mudah. "Clenk!" suara benturan 2 pedang. "Hah, pedang macam apa itu, kenapa terlihat menarik? Hmm, ini sangat keren jika aku berhasil merebut pedang miliknya," batin musuh yang memakai anting di kedua telinga. Kemudian, 2 musuh lainnya mencoba menebas Stev dari samping. Melihat itu, Stev segera lompat mundur, kemudian melesat ke musuh yang memakai kacamata, Stev berhasil menendang musuh itu hingga terdorong jauh dan kesakitan. Selanjutnya musuh lainnya, sepertinya ketua mereka yang punya kumis tipis tadi, dia mencoba melesat dan menyerang Stev dengan pedang. "Clenk! Clenk! Clenk!" suara saling adu pedang. Saat musuh ingin menebas lagi, tiba-tiba Stev bergerak cepat hingga di belakang musuh itu, ternyata Stev meningkatkan kekuatan energi miliknya hingga maksimal bahkan kedua mata menyala meski tidak terang. Musuh yang berkumis tebal itu terkejut, sementara Stev langsung memukulnya dengan gagang pedang di bagian punggung. "Aakkh! Bruk!" keluh si musuh hingga terjatuh. "Gak bisa diampuni!" teriak temannya sambil berlari ke arah Stev. Sesaat kemudian, mata merah Stev menyala terang dan mengayunkan pedang hingga muncul kobaran api, si musuh tidak bisa menghindar dan akhirnya terkena kobaran api. "Huaaa, panas!" teriak musuh berikat kepala hitam karena bajunya terbakar, dia bergegas mencopot bajunya untuk menghilangkan kobaran api. Selanjutnya, mata biru Stev bersinar terang, lalu melesat maju dan mengayunkan pedang ke arah musuh berkacamata, pedang legendaris mengeluarkan es hingga membekukan seluruh kaki si musuh berkacamata. Karena kakinya membeku, dia tidak bisa berjalan tentu saja. "Kekuatan macam apa ini?" kaget musuh tersebut. Setelah itu, Stev melesat ke arah musuh yang memakai anting, Stev mengarahkan pedangnya tepat di depan wajah musuh tersebut, terlihat si musuh sangat ketakutan karena nyawanya hampir melayang, bahkan keringat menetes di wajahnya. "Apa kalian masih ingin melawan, hah?" tanya Stev. "Ampun, ampun! Kami menyerah," ucap sang musuh berkumis dan beranting sambil menunduk bahkan bersujud di hadapan Stev. "Jangan pernah jadi perampok lagi, atau aku akan memusnahkan kalian dalam sekejap, mengerti!" "Me-mengerti Boss!" "Bagus! Awas saja kalau suatu saat aku mendengar atau melihat kalian masih jadi perampok. Aku gak akan segan-segan menghabisi kalian semua!" ucap Stev memberi peringatan keras. "Ba-baik! Kami berjanji!" "Sekarang pergi, sebelum aku berubah pikiran!" Si musuh berkumis yang sepertinya adalah ketua mereka sangat ketakutan dengan Stev, dia segera berlari menuju kedua temannya dan berkumpul, akan tetapi musuh yang masih membeku kakinya sulit untuk dicairkan. "Kalian minggir dulu!" perintah Stev, lalu mengarahkan pedang ke kaki musuh yang membeku, mata merah Stev bersinar terang lalu kobaran api memanjang hingga mencairkan es di kaki musuh selama beberapa detik. Setelah kaki musuh bisa untuk berjalan lagi, ketiga musuh itu bergegas kabur dan ketakutan dengan Stev. Melihat itu, Stev menahan tawa dan merasa bahagia bisa membuat 3 orang sekaligus lari ketakutan. "Dasar para penjahat! Berani-beraninya melawan Stev si hati ganda dan pengguna pedang legendaris! Hahaha!" ucapnya merasa puas. Seharusnya ketiga perampok itu benar-benar takut dengan ancaman Stev, sehingga tidak akan menjadi perampok lagi. Stev benar-benar menggunakan kekuatan pedang suci legendaris untuk kebaikan. Setelah itu, Stev melanjutkan perjalanan melewati jembatan. "Bye! Jembatan spesial. Kamu memberiku kenangan indah saat pertama melewatimu," ucap Stev setelah keluar dari jembatan dan menengok jembatan lagi. Maksud dari kenangan indah adalah melawan 3 perampok tadi, karena baru pertama kali lewat jembatan ini, malah dihadang para penjahat itu, sungguh tak terduga. Rumor yang terdengar tidak sesuai, ternyata ada bahaya atau masalah saat lewat jembatan, meski itu adalah ulah para perampok. Stev bergegas menuju labirin Doom Hole, kali ini melewati hutan lagi meski tidak lebat. Selama 120 menit atau 2 jam, dia lewat hutan, kini dia menemui sebuah desa lagi, yaitu desa Nemon, desa kecil namun indah dan damai karena banyak ladang di sekitar desa itu. "Wah, desa yang indah," ucap Stev. Saat melewati desa itu, Stev tidak ingin menginap tapi hanya ingin mampir sebentar sekedar untuk makan siang. Stev mampir di warung makan sederhana, kemudian sang pemilik warung memberi salam selamat datang dan menawari menu makanan, sang pemilik warung adalah seorang laki-laki paruh baya, dia sempat berpikir bahwa Stev adalah seorang kesatria. Stev memilih menu nasi goreng istimewa sedangkan minumnya kelapa muda, di desa ini tidak ada es, karena merupakan desa sederhana dan jauh dari kota, Stev memilih duduk paling dekat dengan pintu keluar. Beberapa pengunjung lain juga berpikiran bahwa Stev adalah seorang kesatria, tentu saja banyak yang berpikiran begitu, selain Stev membawa 2 pedang di punggungnya, dia juga memakai baju layaknya seorang kesatria, itu adalah baju pemberian gurunya, alias Kakek Hamzo. Stev menunggu sebentar, akhirnya menu minuman datang dan segera meminumnya. "Ah, segar dan enak sekali rasanya," ucap Stev setelah menyeruput minuman kelapa muda dengan gula merah. Tidak lama kemudian, nasi goreng spesial datang. Terlihat sangat spesial karena ada potongan daging dan hati ayam, ditambah telur mata sapi, ada juga hijau-hijauan yang pastinya sayuran pelengkap nasi goreng. Stev makan dengan lahap dan terasa nikmat, sesekali melirik ke pengunjung lain dan kebetulan mereka juga sedang memperhatikan Stev, saat itu juga pengunjung lain tersebut merasa gugup dan segera mengalihkan perhatian ke arah lain, mungkin takut dengan Stev karena seorang pendekar. Padahal Stev adalah orang baik dan senang memberi senyum pada orang yang baru dia temui, kecuali para penjahat. Akhirnya setelah beberapa menit, Stev selesai makan. Dia bergegas meninggalkan warung makan ini, setelah menyelesaikan pembayaran. Sang pemilik warung merasa berterima kasih karena warungnya telah dikunjungi oleh seorang kesatria seperti Stev. Sebelum meninggalkan desa ini, Stev istirahat sejenak dengan duduk di kursi kayu di pinggir jalan, tepatnya di bawah pohon rindang, sepertinya pohon jambu merah. "Damai sekali desa ini, sepertinya gak ada sesuatu yang buruk. Aku jadi rindu dengan desaku, meski saat ini sedang ada masalah. Penyakit misterius itu, sungguh mengkhawatirkan, semoga semua baik-baik saja." Selama 10 menit Stev duduk, ada beberapa penduduk yang lewat dan sama-sama memberi senyum, bahkan ada seorang gadis yang tersenyum malu-malu terhadap Stev, mungkin ingin sekali berkenalan akan tetapi gadis itu tidak punya keberanian. Sesaat kemudian, Stev melanjutkan perjalanan karena ingin sekali segera sampai di labirin Doom Hole, sekalian untuk mengecek keadaan labirin, apakah berbahaya atau tidak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD