02

802 Words
Kaluna menggigit bibir bagian bawahnya. Ia sedang sedikit tegang, lantaran sedang kabur dari sang adiknya, Kemal. Kaluna sedang berjalan menyusuri trotoar menuju halte depan Indomaret. Trotoar itu sedikit lenggang karna saat ini memang masih jam pelajaran. Hanya saja, kelas mereka dipulangkan jauh lebih cepat dari pada kelas lain. Kaluna akan pulang menggunakan bus kota. Gadis itu sudah terlalu trauma untuk nebeng bersama temannya, Olika. Kaluna melihat arlojinya, masih ada sekitar 20 menit lagi sebelum bel pulang berbunyi. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh orang-orang berlari. Kaluna menolehkan kepalanya, melihat kearah belakangnya, dan terpana melihat segerombolan besar cowok-cowok SMA Garuda yang tiba-tiba muncul dari tikungan, sambil membawa tongkat kayu dan plastik hitam. Kaluna terpaku didepannya, badannya gemetaran. Gadis itu enggak tahu apa yang harus dilakukan, karna dirinya sedang berada di tengah-tengah pria. Kaluna beneran takut, karna pernah mendengar cerita jika anak-anak Garuda tidak segan-segan untuk menyerang anak cewek juga. Kaluna takut, jika ia pulang-pulang, dan papanya mendapati dirinya bonyok, bisa kalut papanya yang biasa tenang itu. Tapi sial, seorang cowok sedang yang sedang berlari paling belakang kini memergokinya. Cowok itu tidak sengaja menoleh, dan melihat kearahnya, seketika menghentikan larinya. Keduanya sama-sama tertegung. Kaluna bahkan sudah meramalkan doa sedari tadi, agar cowok itu memilih untuk pergi saja, dan tidak usah menghiraukannya. Namun apes sedang menimpanya saat ini. Cowok tadi malah melanjutkan larinya menuju dirinya, dan tanpa babibu, laki-laki itu menarik tangannya, mengajak gadis itu ikut berlari, namun arah, mereka menjauh dari kumpulan kumpulan SMA Garuda itu. Kaluna beneran ketakutan. Masalahnya ini dia lagi dibawa sana anak Garuda juga. Gimana kalau dia dijadikan kawanan mereka. Mereka berhenti tepat di Indomaret ujung sekolahnya. “Lo, tunggu disini!  Jangan mendekat kesana” ucap laki-laki itu, kemudian kembali berlari kearah mereka tadi. Kaluna disuruh menunggu?  Sorry, mana mau gadis itu jadi bahan tumbal. Dengan cepat kaki gadis itu berjalan kearah jalan raya,berusaha mencari taksi. Sebodo amat sama ongkosnya. Nanti bisa suruh papanya buat bayar. ^^^ Tau apa yang terjadi? Papanya enggak ada dirumah.enggak ada orang dirumahnya, sedangkan dia harus membayar ongkos taksinya. Boro-boro masuk kerumah, kunci aja enggak ditinggal sama papanya. Dengan cepat gadis itu menelp abangnya, Kevin, agar bisa pulang sekarang juga. Tapi nihil. Entah bagaimana semua orang menjadi sibuk banget sekarang. Sebuah motor kawasaki Hitam berhenti tepat dibelakang taksi yang ia tumpangi tadi. Kaluna tidak tau itu punya siapa,  karna setau dia, Kemal punya warna merah, dan Kevin punya warna putih. Tapi setau dia, abangnya itu tadi menggunakan mobil kesayangannya untuk kekampus. Hanya satu yang Kaluna yakini, yang pakai motor itu pasti cowok.   Cowok itu melepaskan helm full facenya, kemudian memarkirkan motornya begitu saja. Dengan langkah yang terlatih, cowok tersebut berjalan kearahnya. Mengambil dompetnya dari kantong belakangnya, dan langsung membayar ongkos taksinya dengan menggunakan uang seratusribuan sebanyak 5 lembar. Padahal ongkos taksinya enggak sampai seratusribu. Buang-buang ini cowok. “Sudah gue bilang jangan kemana-mana!” sinis cowok itu dingin. Nyali Kaluna seketika menciut. Masalahnya, ini orang yang mau tawuran tadi loh.  Kalau bukan karna mau ada niat jahat, enggak mungkin cowok ini sampai nyamperin dia kerumah. Mana abang dan adeknya belum pulang segala lagi. Kaluna masih belum mengeluarkan suaranya. Dia beneran ketakutan. “Enggak bisa ngomong ya?” kali ini cowok tadi bersuara lebih lembut. Dan dibalas gelengan kepala oleh Kaluna. “Bisa kok” cicit gadis itu. Cowok tadi berjalan lebih mendekat kearah dia. Sepatu mereka hampir bersentuhan. “Kok enggak masuk?” tanya cowok itu penasaran. “Kekunci diluar. Enggak ada orang dirumah” jawab Kaluna polos. Cowok yang ada dihadapannya menyeringai.  Dengan cepat, tangannya kembali menarik tangan Kaluna. “Yuk naik!” ajaknya. “Mau kemana?” tanya Kaluna takut-takut. Pasalnya dia enggak kenal sama sekali sama ini cowok. Dia janji deh, mulai sekarang bakal enggak akan bantah perkataan adiknya si Kemal buat selalu pulang bareng. “udah ikut aja!” tanpa keberatan sama sekali, cowok itu mengangkat tubuh bocelnya langsung keatas motor. Kaluna jadi teriak heboh, takut jatuh. Sanking tingginya ini motor, Kaki Kaluna sampai enggak nyampe ke tanah. Mau turun sendiri takut jatuh. Jalan satu-satunya ya harus lompat. Tapi masalahnya dia pakai rok pendek, karna tadi pagi yakin enggak bakal pulang bareng Kemal. Cowok tadi akhirnya ikut naik keatas motornya, setelah memasang helm kekepala gadis itu. Tanpa bertanya bagaimana perasaan orang yang dibelakangnya, cowok itu langsung meng-gas motornya dengan kecepatan tinggi. Kaluna hampir saja terjungkal kebelakang. Buru-buru gadis itu menarik jaket cowok tadi, cari aman, biar enggak jatuh. Kok tidak ada yang normal sih, orang yang di dekatnya. Semua bawa motor udah kayak lagi dikejar setan. Kaluna sebagai penumpang Batu jadi berkali-kali bersumpah enggak bakal naik motor, dan berkali-kali juga tidak menepati sumpahnya. Sudahlah, Kaluna kesal. Dia kayak dianggap benda mati. Perasaan dirinya enggak perlu. Dan Kaluna juga pasrah, terserah si mas nya mau bawa kemana dia. Ke KUA pun ayok, soalnya cowoknya ganteng. Kesurga juga enggak masalah, biar dia berhenti naik motor.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD