Bagian 2

944 Words
Jam sudah menunjukan pukul 12 siang. Setelah berjualan Safira memutuskan untuk pulang kerumah, puji syukur dagangannya habis hingga ia bisa berbelanja lagi untuk besok. "Ammih, mamam." Kata Lio ia merasa perutnya lapar, di usia dua tahun Lio dan Lia bisa berbicara walaupun khas bayi. "Makan?" Tanya Safira dan Lio mengangguk. "Mamam teloy." Seru Lia sambil tertawa. Maksudnya makan telur orak arik. "Hah, teloy." Setuju Lio. Safira tertawa mendengar ocehan anaknya, ini yang ia sukai mendengar suara anak- anaknya. "Oke, kita makan dirumah. " jawab Safira. *** Brak! Pintu ruang kantor terbuka seorang wanita ber predikat kakak menaik turunkan dadanya menarik nafas layaknya banteng yang ingin menyeruduk kain merah. "Sudah berapa ob yang kamu pecat hah! Kalo mereka tidak bisa memuaskan nafsu bejatmu gak usah di paksa! Disini dia kerja bukan layani kamu!" Teriaknya. Sang adik yang duduk santai langsung bersidekap ia berdiri dan menjauh dari kakaknya. "Aku tidak memaksa mereka! Apa- apaan ini. Mereka memfitnahku!" Jawab sang adik. Sang kakak melipat kedua tangannya di d**a dan melihat tv. Di dalam layar tersebut keluarlah aib sang adik. "Cukup satu orang yang kamu rusakin! Cukup mempermalukan keluarga Khiel. Kamu bukan satu- satunya pewaris disini. Aku memang seorang wanita tapi aku mampu melengserkan kamu dari kedudukan itu, ingat aku CEO disini bukan kamu." Ujar Mariana ke Arthur sang adik. Arthur mengangkat tanganya dan kembaki duduk pertanda menyerah. "Baik, aku hanya seorang manager disini dan kamu bosnya, benar kan? Hapus video itu dan aku tidak akan melakukannya lagi. Cari saja ob yang baru dan aku tidak akan menganggunya." Kata Arthur lelaki berusia 24 tahun. "Baik! Kalau kamu sampai menganggu karyawan disini aku akan membuangmu dari perusahaan Khiel corp ini, sekalipun kamu anak kandung alm. Papah dan mamah." Mariana berbalik dan keluar dari ruangan Arthur. Arthur menghela nafasnya ia merubah ekspresinya menjadi sedih. Papah dan mamah arthur meninggal akibat kecelakaan dua tahun yang lalu. Kecelakaan itu terjadi ketika hujan lebat dan mendengar kabar bahwa Arthur menghamili seorang gadis belia. Kecelakaannya sangat tragis ketika menerima telpon dan pemandangan di depan minim lalu jalan nampak gelap gulita hingga menabrak pembatas jalan antara Samarinda- Balikpapan. Mariana adalah saudara satu- satunya yang menampuk semua usaha papah dan mamah. Mariana dipercaya untuk menjadi pemimpin di banding dirinya. Mariana juga membenci Arthur, karena adiknya orang tuanya meninggal dan tidak selamat. Harta dan tahta atau menikah dengan gadis belia maka jawaban Arthur adalah harta dan Tahta. Arthur tidak ingin Mariana memiliki semuanya karena menurutnya dia juga memiliki harta itu. "Maafin Arthur Pah Mah." Gumam Arthur sambil melihat foto bingkai keluarga. *** Tepat jam lima sore, Arthur bersiap untuk pulang kerja. Sebelum pulang ia menemui sang kakak untuk berpamitan. "Kakak ada?" Tanya Arthur di depan meja serketaris. "Ada, dia sedang bekerja." Jawab Serketaris. "Aku tau." Arthur kemudian melangkah menuju pintu ruangan, Clek Ia membuka dengan pelan dan melihat kakaknya tengah berkutat dengan dokumen sambil berbicara dengan seorang pria yang diyakini adalah suaminya. "Arthur bagaimana? Apa membuat ulah?" Tanya Sekhan. Arthur mengurungkan niatnya masuk. "Oh my god " terdengar helaan dari kakaknya sambil memegang kepala. "Dia memecat para ob khususnya perempuan untuk memenuhi nafsunya. Gak malu Arthur itu! Dia gak merasa bersalah sedikitpun atas kematian papah dan mamah. Bukannya berubah malah menjadi!" Oceh Mariana. "Dia tetap adikmu Mariana, jangan terlalu memarahinya. Dia akan berubah seiring waktu apalagi jika sudah memiliki istri dan anak, seperti aku ini." Kata Serkhan. "Ya, aku tau itu. Umurnya masih 24 tahun jadi belum dewasa. Aku kadang iri dengan adik teman- temanku di usia 24 sudah dewasa, bekerja, wirausaha dan sebagainya sedangkan Arthur? Hah, aku tidak tau bagaimana jika perusahaan ini di pimpin olehnya. Bagaimana jika aku tiada atau..." "Sssttt, Mariana..." kata Serkhan menenangkan. "Dia akan jadi pria yang baik, right? Dia begitu karena masa lalunya. Jangan di tekan biarkan saja sampai ia bosan. Semua akan indah pada waktunya." "Aku lelah menjadi pemimpin aku ingin Arthur berubah hiks." Tangis Mariana pecah. "Aku ingin dia duduk di sini, memerintah setiap bawahan dan aku ikut bersamamu menjadi ibu rumah tangga seutuhnya." Kata Mariana. Serkhan mendekat dan memeluk Mariana. "Sudah, kamu tau Arthur seperti apa. Potensinya sangat menjulang untuk ini hanya saja ia terperangkap karena masa lalunya. Gak harus di salahkan... andaikan papah dan mamah gak melarang Arthur pacaran dengan Safira dan memisahkan mereka gak bakal begini. Arthur pasti akan menjadi pemimpin sekarang." "Tapi dia membuat kita malu." "Hei, apa bedanya dengan kita? Sudah jangan menangis nanti aku akan bertemu dengan adikmu." Arthur menutup pintu dan tidak jadi masuk. Ia sebaiknya pergi dari sini... "Safira kamu dimana?" Tanya Arthur lemah. ** Lia dan Lio sudah mandi sore, mereka asyik dengan mainan yang beli di pasar sewaktu belanja tadi. Besok Safira akan berjualan seperti biasa. "Kalian tunggu sini ya, Ammih mau ke depan dulu." Safira keluar ia mau menarik selang untuk mengisi air di derum biru dan tempat kosong kebetulan jatahnya hari ini untuk mengisi air. Mereka berdua mengangguk dan bermain lagi. Safira keluar beberapa anak muda menyaapanya dan Safira hanya tersenyun tipis. Tukang es tuntung dan pentolan masuk ke gang rumahnya. Safir menghela nafas pasti nanti kedua anaknya itu anak meneriakianya dan meminta es tuntung. Safira menarik selang menuju kerumahnya tak lama kedua anaknya merangkak di depan pintu yang terpagar kayu. "Ammih Ammih Ammih." Panggil si kembar. "Ecim ecim Ammih Ammih." Pekik mereka semangat. Para tetangga yang mendengar langsung tertawa. Safir tersenyum sambil menarik selang "Mari kubantu kamu tunggu aja dirumah." Kata pria muda ber peci hitam. Safira berhenti tatkala lelaki itu mengambil selang di tangannya. "Eh, makasih ya." Kata Safir tak lama ia berlari kecil menuju rumah. "Apaan sih anak Ammih dua- duanya ribut." Kata Safir sambil tertawa kecil. "Ammih escim Ammih." Raut keduanya langdung serius karena tukang es tungtung menjauh. "Oke oke." Safira memanggil tukang es tuntung untuk kedua anaknya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD