Bagian 3

908 Words
Safira menghela nafasnya ketika melihat kedua buah hatinya belepotan es tuntung. Mereka sibuk berbicara khas bayi dan sesekali tertawa bareng, Safir mengambil tisu basah dan duduk di hadapan Lio dan Lia. "Baru habis mandi, belum satu jam udah belepotan lagi. Ammih marah ya kalau begini." Kata Safir sambil mengelap tangan dan mulut mereka. "Maap Mih." Jawab Lia dan Lio mengangguk lelaki itu memberikan tangannya ke Ammih. Safira tersenyum saat melihat betapa gemashnya mereka. Mereka jelmaan lelaki yang terpatri di benaknya. Safira tiba- tiba teringat masa lalunya. Ia menangis dalam diam tidak bersuara dan tidak juga menangis keras. Nyatanya ia masih menunggu dan berharap Daddy Lia dan lio menjemputnya. "Ammih Angis, Ammih Ammih." Kata Lia sambil berupaya berdiri Liopun melakukan hal yang sama lalu ia mengusap air mata ibunya. "Angan nangis." Kata Lio pelan. Lio lah yang membuatnya nangis karen Lio sangat mirip dengan Daddynya. "Oh, Ammih gak nangis.'' Safir memeluk kedua anaknya erat seakan enggan untuk melepaskan. ***  Arthur pulang ke apartemen ia melemparkan tas berisi laptop diatas sofa cokelat dan membuka dasi yang menyekak lehernya. Ia kemudian duduk sambil menyalakan televisi. Matanya mengarah ke tv namun pikirannya melayang ke pembahasan tadi. Ada rasa tidak enak di benaknya, bagaimana tidak ia membuat kakaknya menangis seperti tadi dan hal itu menyakiti dirinya juga. Masa lalu tanpa restu dan kecelakaan orang tua begitu membekas di benaknya. *** Safir duduk di samping kedua anaknya. Ia tidak bisa tidur, beginilah nasib single parent harus memikirkan hari esok untuk makan dan hidup. Apapun di lakukan Safir asalkan halal, terkadang jika tidak kuat ia menangis seperti anak kecil tapi setelah itu ia berhenti karena melihat anak- anaknya. Seperti biasa malam ini Safir membuat nasi kuning tapi ada menu tambahan lagi yaitu ayam geprek. Safir ingin mencoba menu baru siapa tau saja banyak yang berminat. "Andaikan ada kamu, pasti aku gak seperti ini. Pasti hidup kita bahagia walaupun sederhana." Kata Safir sambil memikirkan ayah Lia dan Lio. Safir kemudian berbaring menjadikan sebelah tangannya sebagai bantal, ia menatap si kembar yang sudah tidur. Memiliki satu botol s**u membuat Lia dan Lio harus bergantian, bukannya tidak bisa beli lagi harga satu botol s**u cukup mahal dan Safir harus irit se irit mungkin tapi ia janji jika dapat rejeki lebih maka ia akan membelikannya dua botol sekaligus. "Mamah masak dulu, nggeh." Gumam Safir ke si kembar. ** "Arthur, kenapa sih gak cari keberadaan Safira dimana?" Tanya sahabat Arthur yang main ke apart. "Mau cari dimana? Aku sudah mencarinya dari ujung ke ujung Balikpapan. "Kenapa gak sekalian seluruh indonesia? Katanya cinta katanya sayang." Jengkel Alert pria yang sebaya dengannya. "Aku gak ada waktu! Kalau memang dia mencintaiku pasti dia kesini ketempatku atau dia bisa menelfonku!" Jawab Arthur. "Dasar manusia bebal!" "Mau apa Lee? Dia pergi tanpa sebab keluarganya bilang dia kabur entah kemana, parahnya dia pergi ketika ketahuan hamil. Gak tau deh anaknya siapa..." kata Arthur disela frustasinya. "Kamu gak merasa dia hamil anak siapa? Semua orang tau Safir hanya dekat denganmu! Udah ah... emosi aku disini, aku balik dulu." Alert lantas berbalik dan mengarah ke pintu keluar. Arthur yang sejak tadi menatap jendela langsung berbalik dan melihat Lee keluar dari pintu. **  Gang sempit inilah yang sering di lalui Safir, sudah di bilang tidak ada penerangan jalan kecuali bias dari lampu tetangga. Safir menyusuri jalan setelah membeli tepung terigu, tadi ia lupa dan meninggalkan si kembar dirumah dalan keadaan tidur. Andaikan ada pekerjaan yang tetap untuknua entah kerja di toko sembako atau tukang bersih- bersih dia mau karena hasilnya lumayan dan tidak perlu lagi seperti ini "Tuhan, berikan aku pekerjaan untuk menghidupi si kembar." Pinta Safir berkali- kali. Banyak orang dan keluarga yang meminta adopsi Lia dan Lio waktu Safir baru melahirkan hanya saja Safir menolak. Namanya anak darah daging sendiri ya bedalah. Lebih baik Safir gak sekolah daripada harus memberikan kedua anaknya ke orang. *** Esok pagi... Kantin sekolah lumayan ramai apalagi ditempat Safir karena ada Lia dan Lio. Si kembar itu menunjukan wajah cerianya tertawa di depan banyak siswa dan siswi yang sedang sarapan pagi. "Lucunya." Seru salah satu murid terbaik di sekolah ia tak henti mengarahkan kameranya ke Lio dan Lia. "Paah? Ucuuu?" Tanya Lio ia pandai menaikan sebelah alisnya. "Ya ampun Lio haha." Ujar serempak mereka karena melihat Lio seperti orang dewasa yang menaikan alisnya. Safira tertawa ia menoel pipi anaknya. "Gak boleh gitu Lio." Kata Safir. "Hehe Maap Mih." Kata Lio sambil fokus ditangan karena terikat karet. Disaat tertawa tak lama datang seorang perempuan cantik diduga adalah kakak dari salah satu murid- murid tersebut. "Nasi kuning ya? Saya beli ya." Kata wanita itu, tubuhnya sangat putih, tinggi, rambut lurus tergerai dan kaca mata berada di kepalanya, pakaian yang dikenakannya amat indah. "Iya, beli berapa?'' Tanya Safira sambil mengambil plastik. "Semuanya." Jawab wanita itu. Safira terkejut seketika ia tersenyum dan membungkusnya semua. "Berapa Mba?" Tanya wanita itu sambil tersenyum. "Lima puluh lima ribu kak." Jawab Safir semangat. "Kakau boleh tau namamu siapa? Ada ini anakmu?" Tanya wanita itu. "Nama saya Safira dan mereka anak saya kak." Jawab Safira. Safira Safira Safira Wanita itu langsung terdiam, apakah wanita ini yang memiliki hati adiknya Arthur? Wanita itu melihat kedua anaknya, tidak salah lagi... Mariana segera pergi setelah memberikan uang tunai 500 ribu. "Kembaliannya buat anakmu sayang." Jawab Mariana lembut. Safira langsung tercengang ia berlari mengejar Mariana namun seketika terjatuh karena kesandung "Mba uangnya kebanyakan." Kata Safir di sela keluhnya karena lututnya luka. Safir menckba mengingat siapa wanita itu, dia tidak asing di benaknya siapa kira- kira? ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD