#1: New Life

1346 Words
"Kau yakin, ikut?" Tanya Alexa sambil memakai heelsnya. Alexa menegakkan tubuhnya dan tersenyum memperhatikan laki-laki di hadapannya. Laki-laki itu sedang memperhatikannya dengan kedua tangan masuk ke celana dasarnya. Kemeja putih miliknya sudah digulung sampai ke siku, dasinya sudah dilonggarkan dengan jas yang hanya tersampir di bahunya. Siapapun yang melihat Aleen pasti sadar bahwa laki-laki itu baru saja pulang bekerja. "Aku punya waktu luang, Grignard" ujar Aleen sambil tersenyum. Alexa mengangkat alisnya mendengar ucapan Aleen. Yang benar saja! "Kau baru pulang bekerja, Mr Stafford! Kau tidak memiliki waktu luang" Aleen melonggarkan dasinya lagi lalu melepaskannya. Jas di bahunya ia gantung sembarang lalu kembali berdiri di hadapan Alexa. Ia memandangi Alexa lalu memiringkan wajahnya ke samping. "Aku libur besok!" Ujarnya cuek. "Kau akan kelelahan, Aleen! Demi Tuhan, kau baru pulang bekerja! Dan kau akan mengantarku ke Florida?" Tanya Alexa tidak percaya. Aleen hanya tersenyum bodoh lalu mengangguk dengan santai. Alexa menatap Aleen lama. Namun, seperti biasanya. Alexa tidak bisa merubah pendirian Aleen. Laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan. Anehnya, Alexa bahkan tidak kesal sama sekali. Melihat hal itu, Alexa hanya mengangkat tangannya menyerah. Joaquin Aleen Stafford, kau benar-benar menyebalkan! "Aku tidak tanggung jika kau sakit!" Ujar Alexa kesal. Alexa berdiri dari tempatnya lalu mengambil tasnya. Ia melirik Aleen dari sudut matanya. Laki-laki itu berjalan mendekat lalu memeluknya dari belakang sambil menghirup aroma dirinya. Sialnya, laki-laki itu tau titik terlemah Alexa. Di saat Alexa kesal, ia akan melemparkan lelucon konyol atau bahkan tersenyum penuh arti. Aleen tau kelemahan Alexa. Perempuan itu tidak bisa marah sama sekali terhadapnya. Bagaimana tidak? Keberadaan Aleen memiliki arti yang lebih besar dibandingkan amarahnya yang bersifat sesaat. "Aku tidak peduli jika sakit" bisik Aleen. "Aku punya dokter pribadi" Alexa mengangkat alisnya lalu berbalik dan memukul d**a Aleen ringan. Seandainya Alexa bisa mengatakan tidak. "Sebaiknya aku bius saja sekarang! Kau akan menghancurkan tubuhmu sendiri" ujar Alexa sambil melipat kedua tangannya. Aleen justru tertawa mendengar omelan Alexa. "Well, sudah aku katakan sebelumnya princessa! Aku akan menjadi pahlawanmu! Seorang pahlawan tidak mudah sakit" Alexa tertawa mendengar ucapan Aleen. Laki-laki yang satu ini memang paling ahli meredam amarahnya. Lagipula, jelas kata pahlawan memang cocok disematkan pada laki-laki ini. Alexa tidak pernah lupa bagaimana Aleen menyelamatkan dirinya di saat dirinya berjalan menuju kehancuran. Aleen tidak pernah menyerah akan dirinya meskipun sebodoh apapun pilihannya. Bagaimana bisa Alexa marah jika laki-laki di hadapannya sangat berjasa dalam hidupnya? "Bersiaplah! Kau bau" bisik Alexa. Aleen melangkah mundur sambil mengendus bajunya dengan berlebiha. Alexa kembali tertawa melihat tingkah konyol laki-laki di hadapannya. Oh, Aleen! Wajar saja Alexa tidak  bisa marah! Tidak kemudian, Aleen meninggalkannya seorang diri di ruangan tersebut. Alexa memandang ke bawah memperhatikan kota Los Angeles dari kaca apartemennya. Sudah sepuluh tahun Alexa tinggal di kota ini bersama Aleen. Mereka tinggal satu atap. Sebenarnya apartemen ini sendiri merupakan milik Aleen. Setelah putus dari Ken, Alexa kembali ke Florida. Mrs Grignard marah besar. Tidak peduli Ken adalah anak dari temannya, ia tidak suka mendengar apa yang dialami Alexa. Akibatnya, ibunya menjadi super protektif. Ibunya dengan tegas melarang Alexa hidup di LA seorang diri. Alexa bisa mengerti alasan di baliknya. Hanya saja, Alexa harus mengejar mimpinya.  Beruntung, Aleen menawarkan Alexa tinggal bersamanya. Di samping kuliahnya, Aleen melanjutkan bisnis orangtuanya. Itu berarti, Aleen sendiri adalah rekan bisnis ayahnya saat ini. Selain menjalankan bisnis orangtuanya, Aleen sedang membangun perusahaan miliknya sendiri. Saat ini, ia sedang mencari investor untuk usahanya. Ayah Alexa sendiri bersedia menjadi investor tapi Aleen menolaknya dengan halus. Ia ingin mencobanya sendiri tanpa bantuan yang signifikan. Setelah menyelesaikan sekolahnya di Western, Alexa melanjutkan pendidikannya di jurusan kedokteran di UCLA, University California Los Angeles. Orangtuanya berniat pindah dari Florida ke LA untuk menemani Alexa namun Alexa menolaknya. Ia tau orangtuanya sangat menyukai Florida dan Alexa tidak akan memaafkan dirinya jika merusak kebahagiaan orang tuanya. Itulah alasan terbesar Alexa tinggal bersama Aleen. Terlebih, Aleen juga diterima di universitas yang sama dengannya. Alexa tersenyum. Aleen selalu menjadi penyelamatnya. Mengingat apa yang terjadi,  Lusa Alexa dan Aleen genap tinggal bersama selama 10 tahun. Alexa masih berhubungan dengan Karla dan Nial. Namun, tidak seorang pun dari mereka membahas tentang Ken. Bahkan Nial, teman dekat Ken. Alexa yakin Karla berhasil  membungkam Nial. Apapun itu, Alexa bersyukur Karla berpikir demikian. Karla selalu menjadi sahabat terkeren. Tidak peduli seberapa jauh Los Angeles, Sesekali pasangan yang selalu romantis itu berkunjung ke LA. Alexa sendiri sangat merindukan pemandangan di Big Sur. Hanya saja, terlalu banyak kenangan di tempat itu dan Alexa tidak mau repot-repot mengingatnya. Terkadang kenangan tersebut terasa begitu menyakitkan. Tinggal bersama Aleen tidak buruk. Laki-laki itu cukup rapi dan bersih. Sikap Aleen yang santai dan humoris justru membuat Alexa sangat nyaman bersamanya. Aleen selalu memperhatikannya dan bahkan merawatnya di saat dirinya sakit. Jika Alexa memiliki seorang kakak laki-laki, maka Alexa berharap Aleen-lah orangnya. Mereka selalu menghabiskan weekend bersama sekedar jalan-jalan atau movie marathon jika keduanya sudah terlalu capek. Terkadang Aleen akan memasak untuknya. Meskipun kebanyakan Alexa yang memasak untuk Aleen. Tapi, Alexa memaklumi hal tersebut. Aleen sedang berusaha membangun karirnya meskipun ia tidak pernah mengeluh secara langsung kepada dirinya. Pintu kamar Aleen terbuka. Aleen kini sudah berpakaian lebih santai. Ia hanya memakai jeans berwarna navy dengan kaos polo berwarna putih. Terkadang Alexa merasa beruntung dekat dengan Aleen. Teman kampusnya sibuk mencari cara menarik hati laki-laki satu ini yang sialnya ditolak dengan manis. Tidak ada yang bisa membenci Aleen terlebih karena sifatnya yang baik dan lembut. "Mengagumiku?" Tanya Aleen sambil tersenyum jahil. Laki-laki itu berjalan mendekati Alexa lalu merangkul pinggul gadis itu. Tangan kirinya sudah siap dengan kunci mobilnya menandakan ia benar-benar berniat untuk pergi "Sialnya, iya!" Jawab Alexa apa adanya. "Well, kau kelihatan keren tau?" Aleen tampak berpikir lalu tersenyum. "Aku tau! Sekarang princessa, sebaiknya kita cepat ke Florida! Sebelum ibumu menelpon ratusan kali" Alexa tertawa menanggapi ucapan Aleen. Laki-laki itu benar! Ibunya pernah menelpon sebanyak 240 kali selama 4 jam hanya karena mereka telat datang ke kunjungan bulanan Alexa. "well, seperti itulah ibuku!" ujar Alexa. Mengingat ibunya, Alexa ingat sekali kejadian 10 tahun yang lalu. Setelah Alexa menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dengan Ken, ibunya segera memelototinya seolah-olah mengatakan keputusan Alexa memang buruk dari awal. Alexa hanya bisa mendengarkan omelan ibunya semalaman bahkan ibunya tidur bersama Alexa malam itu hanya untuk ceramah yang lebih panjang. Alexa melangkah masuk ke lift diikuti oleh Aleen. ia masih ingat keesokan harinya setelah ceramah panjang tersebut ibunya memeluknya dengan lembut sambil menasehatinya bahwa semuanya hanyalah cara agar Alexa lebih dewasa lagi. Bahkan ibunya meminta ayahnya untuk berhenti bekerja selama seminggu untuk menghabiskan waktu bersama Alexa. Alexa dan Aleen keluar dari lift. Mereka berjalan menuju mobil Aleen. seperti biasanya, Aleen akan membukakan pintu dengan sopannya untuk Alexa.ia segera masuk ke dalanm mobil. Alexa merasa hidupnya nyaris sempurna. Keluarga dan Aleen yang mendukungnya. "thanks!" ujar Alexa tulus. Ia memperhatikan Aleen yang sedang menyetir di sampingnya. "for what, babe?" tanya Aleen cuek. "for all you've done" Aleen menoleh sebentar lalu hanya tersenyum tipis. "kau bisa menciumku kalau mau berterimakasih" Alexa mengerutkan keningnya mendengar candaan Aleen. ya, dia memang seperti itu! Aleen yang santai, Aleen yang baik dan Aleen yang jenaka. Alexa bergerak lalu mengecup pipi Aleen singkat. Laki-laki itu justru mengerutkan keningnya. "really? bahkan orang-orang di pesta bisa mengecup pipimu!" ujar Aleen dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat. "oh, come on!" Aleen tertawa mendengar suara kesal Alexa. Ia mulai bernyanyi. Aleen selalu bernyanyi dengan ekspresi berlebihan ketika Alexa kesal. Saat inu ia sedang menyanyikan lagu One Direction - What's Make You Beautiful. Baby you light up my world like nobody else The way that you flip your hair get me overwhelmed But when you smile at the ground it ain't hard to tell You don't know uh oh You don't know you beautiful If only you saw what i can see You..... Aleen terus melanjutkan nyanyiannya. Sesekali ia menoleh ke Alexa dan menggodanya dengan ekspresi konyol. Melihat ekspresi konyol Aleen, Alexa tanpa sadar tertawa membuat Aleen mengembangkan senyuman. "that's my girl!" ujar Aleen sambil mengelus puncak kepala Alexa. "by the way, Karla menelponku kemarin! Dia meminta kita datang ke pertunangannya dengan Nial" Alexa membulatkan matanya tidak percaya. Karla dan Nial? Bertunangan? Memang pada tahun ini umur mereka mencapai 27 tahun. Hanya saja, Alexa tidak percaya mereka akan menikah secepat itu. "tunggu dulu! Karla menelponmu? Kenapa dia tidak menelponku? Demi apapun, Aleen! Aku sahabatnya" gerutu Alexa. Aleen justru tertawa mendengar ucapan Alexa. "kau tidak pernah tau bagaimana laki-laki akan menjadi dekat karena sebuah tinjuan" "for godsake!!! Karla bukan laki-laki" ujar Alexa bertambah kesal. Aleen mengangkat bahunya acuh. "well, mungkin karena itulah dia menamparku bukan meninjuku" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD