#2: With You

1196 Words
Alexa dan Aleen tepat sampai di rumah kedua orangtua Alexa di Florida. Melihat kedatangan mereka, ibu Alexa berlari dan memeluk keduanya dengan hangat sementara ayahnya tersenyum sambil mempersilahkan keduanya masuk lebih dalam. "Aleen, long time no see!" Sapa Kathleen,  ibunya. Aleen mengangguk sopan. Kathleen menarik tangan keduanya dan menuntunnya duduk di sofa yang diikuti oleh Mr Grignard. Kathleen berhasil memaksa Alexa melakukan kunjungan satu bulan sekali. Sejak kejadian Alexa bersama Ken, Kathleen merasa takut Alexa akan merasa sakit yang sama lagi. Namun, sepuluh tahun belakangan ini, Kathleen mulai melihat rona di wajah Alexa. Aleen jelas berpengaruh baik terhadap Alexa. Hanya saja, Kathleen tidak pernah mendengar Alexa menjalin hubungan dengan siapapun lagi. Kathleen merasa alasan di baliknya adalah pengalaman buruknya bersama Ken. Demi apapun! Itu adalah cinta pertamanya dan ia berhasil mendapatkan luka yang dalam. Di sisi lain, Kathleen sebenarnya berharap Aleen salah satu alasannya. Aleen cukup baik. Kathleen mengenalnya sudah cukup lama. Ia bisa merasakan perasaan tulus laki-laki itu terhadap anaknya.  Entah mengapa baik Alexa maupun Aleen merasa nyaman dengan status mereka sebagai sahabat.  "Bagaimana perjalanan kalian?" Tanya Mr Grignard memulai perjalanan. "Telingaku sakit karena Aleen terus bernyanyi dengan suara yang pas-pasan" canda Alexa. Aleen menoleh dengan wajah malu. Ia menyikut Alexa sambil memberi isyarat untuk diam. Melihat interaksi keduanya, Kathleen tertawa. "Kalian benar-benar lucu! Well, ayo ke ruang makan! Lunch is ready" Kathleen berjalan dengan anggun yang diikuti oleh Alexa, Aleen dan juga Mr Grignard. Seperti biasanya, Kathleen akan memasak sangat banyak setiap kunjungan rutin ke rumah kedua orangtuanya. "Here, sweetheart!" Ujar Kathleen memberikan lasagna sambil mengelus kepala Alexa. "Thanks mom!" Ujar Alexa sambil tersenyum. "Never mind, sweety! And you, Joaquin Aleen Stafford, here for you" Kathleen menyodorkan Crabby spicy sauce. Pupil mata Aleen melebar dengan ekspresi berlebihan yang biasa ditunjukkannya. "Inilah yang membuat aku suka kunjungan rutin" Kathleen tersenyum penuh arti sementara Mr Grignard memilih sebagai penonton. Alexa sendiri hanya bisa memperhatikan Aleen dengan tatapan meremehkan. "Itu hanya alasan saja!" Ujar Alexa lalu kembali melahap lasagna di depannya. Seperti biasanya, Aleen pandai mencairkan suasana. Terkadang Alexa heran bagaimana bisa laki-laki itu mengambil hati semua orang? Aleen justru tertawa mendengar ucapan Alexa. "Dia benar! Actually, I miss you mom!" Alexa memutar matanya mendengar alasan Aleen. Alasan yang sangat tidak masuk akal. Kenapa dia tidak pulang ke rumahnya saja? Alexa masih sedikit kesal mengingat laki-laki itu belum beristirahat sepenuhnya. Lagipula, perjalanan dari Los Angeles ke Florida cukup jauh! Setelah makan, Kathleen dan Mr Grignard mengajak keduanya bersantai di taman belakang rumahnya. Sejujurnya, Aleen tidak bisa berhenti khawatir. Ia tidak bisa membiarkan Alexa sendiri lagi. Ia tidak ingin melihat Alexa tersakiti lagi.  Aleen tersenyum melihat interaksi antara Kathleen dan Alexa. Gadis itu sedang mengobrol dengan ibunya. Bagaimana keduanya terlihat sangat dekat. Yang paling utama dari segalanya, Alexa tersenyum. Senyuman Alexa yang paling penting di atas segalanya. Aleen masih ingat dengan jelas bagaimana seorang Alexa menyelesaikan masalahnya. Penyelesaian yang cukup baik mengingat bagaimana Alexa memutuskan hubungannya dengan Ken tanpa membuat keributan. Aleen mendukung hal tersebut mengingat apa yang dilakukan Ken hanya menyakiti gadis itu saja. Aleen sendiri tidak diberitahu Alexa ketika pindah. Begitu mengunjungi Alexa di hari minggu, Aleen tidak menemukannya sama sekali maka ia bertanya pada Karla. Perlu waktu beberapa jam untuk menemukan rumah Karla dan setelah ia mengetahui Alexa pindah ke Florida, malam itu juga Aleen langsung pergi. Beruntung kedua orangtua mereka berteman sehingga ia bisa menemukan alamat Alexa dengan mudah. Aleen diterima dengan baik. Ketika menemui Alexa, ia bersyukur wajah gadis itu tidak seperti yang dipikirkannya. Alexa tidak terlihat menangis sama sekali. Aleen sangat tau sikap Alexa yang mandiri maka ia hanya datang dan mengatakan dengan wajah konyol dia ingin jalan-jalan ke Florida. Dari ibunya, Aleen tau Alexa hendak masuk ke UCLA. Aleen selalu tau cita-cita Alexa menjadi seorang dokter meskipun ia lebih cocok menjadi model. Maka, satu-satunya tujuan Aleen untuk melanjutkan pendidikannya adalah UCLA. Setelah masuk di universitas yang sama, meskipun berbeda jurusan, Aleen cukup puas dengan keadaannya di kala itu. Mereka kembali ke masa-masa dikala mereka kecil. Sialnya, Alexa tidak diperbolehkan tinggal di LA seorang diri. Pada saat itu, Aleen sudah mendapat izin dari kedua orangtuanya. Aleen yang memang sering mengunjungi Alexa tiap minggu, mendengar bahwa gadis tersebut tidak mendapat izin ke LA sendirian.  Gadis itu selalu memiliki sifat yang sama. Meskipun terlihat acuh, Alexa adalah pengamat yang teliti.  Ia tau kedua orangtuanya menyukai Florida. Alexa jelas tidak mau membuat kedua orangtuanya terpaksa meninggalkan Florida.  Pada saat itu, Aleen hanya menanggapinya dengan santai dan melempar lelucon untuk mengajak Alexa tinggal di apartemennya. Anehnya, Alexa menanggapinya serius. Dan, setelah meminta izin dari kedua orangtuanya, akhirnya mereka tinggal bersama. "Hey! Melamun terus!" Ujar Alexa sambil menepuk bahu Aleen. Melihat ekspresi terkejut Aleen, Alexa tertawa. "Makanya jangan melamun terus! Aneh!" Aleen menanggapi ejekan Alexa dengan godaan. Ia meraih tangan Alexa lalu menggenggamnya dengan hangat. "Oh, dear! Aku tidak masalah dikejutkan olehmu lagi!" Alexa memutar matanya mendengar ucapan Aleen namun tersenyum jahil. "Benarkah? Maka bersiap-siaplah aku akan mengejutkanmu setiap hari" bisik Alexa tepat ke telinga Aleen. Aleen mengangkat alisnya membiarkan Alexa melakukan apa yang ingin dilakukannya. Ia membiarkan Alexa mencondongkan tubuhnya ke arahnya selagi berbisik. Lalu... "Bangunlah dari mimpimu, Joaquin!!!!!!" Alexa berteriak tepat di telinga Aleen membuat telinga laki-laki itu berdengung. Aleen menggosok telinganya menunggu hingga dengungan di telinganya menghilang lalu menatap tajam Alexa. "Harus ada bayarannya, Grignard!" Ujar Aleen dengan nada penuh ancaman. Alexa tau Aleen serius dengan ucapannya. Maka, ia segera berlari menjauh dari Aleen sambil berteriak. Sayang, Alexa tidak kalah cepat. Aleen berhasil menangkap tangan Alexa dan memaksa gadis itu melihatnya. "Dokter jahil!" Ujar Aleen sambil tersenyum manis. Senyum yang terlampau manis yang sialnya mengaktifkan alarm peringatan di kepala Alexa. Aleen mencubit hidung Alexa dengan cukup keras hingga hidung gadis tersebut memerah. Alexa meringis kesakitan. "Sial!" Ujar Alexa. Aleen tertawa melihat ekspresi kesakitan Alexa lalu mencubit pipi gadis itu. "Kau lucu!" Alexa mendengus kesal. "Kau menyebalkan! Mom meminta kita belanja ke supermarket. Ia ingin mengadakan pesta barbeque" "Then let's go, princessa!" Alexa masih mengelus hidungnya. Ia berbalik hendak meninggalkan laki-laki itu namun Aleen menahan tubuhnya lalu memutarnya. Lalu, tanpa permisi Aleen mengecup kening Alexa dengan lembut. Alexa terkesiap namun hanya bisa diam. Aleen justru tertawa menanggapi ekspresi Alexa lalu berjalan mendahuluinya. Alexa mengerjapkan matanya beberapa kali. Dammit! Begitu sadar, Alexa berteriak memaki Aleen. "Kau menyebalkan! Cium ibumu, sana!" Aleen berbalik menghadap Alexa sambil tersenyum penuh kemenangan. "Well, ada dokter cantik di dekatku. Kenapa aku harus mencium ibuku?" Alexa mendengus namun setelahnya ia menaiki tangga. Aleen memang sering menggoda Alexa. Apa yang harus dia pikirkan? "Aku ambil jaket dulu" ujarnya. "Kutunggu diluar!" Aleen berjalan keluar dengan santainya. Beberapa saat kemudian, ia tersenyum penuh arti. Aleen sangat suka menggoda Alexa persis seperti yang ia lakukan di saat kecil. Aleen suka melihat Alexa tersenyum atau tertawa. Yang mana saja yang penting dia bahagia. Ia berada di sekeliling gadis itu untuk melihatnya bahagia. Well, dia berhasil. 10 tahun ini, Alexa tidak pernah menunjukkan wajah sedihnya sama sekali. Impiannya sebagai dokter berhasil terwujud. Aleen sangat ingat bagaimana senyum lepas Alexa saat wisuda dan ia, berharap Alexa akan terus tersenyum. Aleen menoleh pada Alexa saat perempuan itu duduk di samping dirinya. Gadis itu tersenyum sambil mengeraskan radio yang sedang memutar lagu kesukaannya. Camilla Cabello - OMG. Aleen mengetuk jemarinya di stir mobil saat Alexa mulai bernyanyi. Aleen merasa Alexa cukup pandai menyanyikannya berhubung ia mempunyai suara serak. Hanya ada satu hal yang mengganggu Aleen. Ia tau, Alexa persis seperti gunung es. Sedikit yang ia perlihatkan dan banyak yang ia sembunyikan. Aleen tau, meskipun terlihat bahagia, Alexa terluka sangat dalam. Karena Alexa, dia mencintai b******n itu dengan tulus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD