Rachelie Jasmine , seorang Dokter muda bertubuh kecil dengan senyuman kekanakannya, membulatkan kedua matanya setelah Richard baru saja memberitahu alasan kedatangannya ketempat itu. Ia memandang Richard dan Olivia yang duduk berdampingan dihadapannya, mengerjap beberapa kali, membuka dan mengatup kembali bibirnya seperti orang bodoh.
"Aku datang bukan untuk memerhatikan wajah bodohmu, Rachel."
Melihat wajah bosan dan kesal Richard, Rachel berdehem pelan meski ia sempat melirik Olivia sekali lagi. "Jadi, kau ingin aku memasang alat kontrasepsi kedalam tubuhnya?"
Richard mengangguk sekali.
"Kenapa?" Rachel sama sekali tidak dapat menahan nada penasaran dari suaranya.
"Aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaanmu," jawabnya datar, ia melirik Olivia, sedikit mengerutkan dahi ketika melihat gadis itu tampak gelisah ditempatnya. Sejak mereka masuk kedalam Rumah sakit, sikap manis Olivia setelah percintaan mereka di dalam mobil beberapa saat yang lalu musnah seketika. Yang ia lakukan adalah terus menerus menatapi lantai dengan wajah gelisah. "Kau baik-baik saja?"
Olivia tersentak sebentar, saat menoleh pada Richard, ia memaksakan senyumnya. "Tidak apa-apa, hanya sedikit... Gugup."
Richard mengangguk mengerti. Ia memandang kearah Rachel kembali, wanita itu semakin menatapnya curiga.
"Lakukan, dan aku berjanji akan memberitahumu."
Seringaian Rachel mengembang, "Deal," sahutnya cepat dan tersenyum hangat pada Olivia layaknya seorang dokter menyambut pasiennya. "Baiklah, Nona Sinclair, silahkan ikuti aku."
***
"Dimana dia?" Richrad tidak menemukan Olivia saat Rachel kembali keruangannya lagi.
"Toilet, sepertinya ingin membersihkan diri atau mungkin sedikit malu padaku karena dia lupa membersihkan sisa-sisa cairan percintaannya yang mungkin ia lakukan beberapa menit yang lalu sebelum menemuiku, dan aku yakin," Rachel menghempaskan dirinya diatas sofa. "Dia melakukannya denganmu, William."
Pria itu hanya menggedikkan bahu acuh, "Bagaimana? Apa kau menemukan kesulitan?" seperti tidak memedulikam pernyataan dan tatapan curiga Rachel, Richard malah kembali bertanya padanya.
"Aku sudah menangani ribuan kasus seperti ini, sialan. Tentu saja tidak ada masalah. Dan satu-satunya masalah disini adalah kau!"
"Aku?"
"Ya, kau! Richard, aku tahu sepak terjangmu. Kau tidak pernah datang kepadaku dengan membawa seorang gadis dan menyuruhku memasang alat kontasepsi kedalam tubuhnya yang tentu saja akan segera bercinta denganmu. Tunggu, bukan akan, pasti sudah."
Richard tidak menyahut, sengaja membiarkan Rachel, salah seorang sahabatnya meneruskan segala celotehannya.
"Kenapa kau melakukannya, hah? Karena tidak mau dia sampai hamil? Kau bisa menggunakan Kondom, kan?"
"Aku benci benda itu, Rachel!" desahnya malas.
Seperti tersadar, Rachel memgangguk mengerti, "Ah, ya, aku lupa. Tapi, apa tidak terlalu berlebihan sampai harus memasang alat itu padanya? Padahal kau dan dia hanya untuk satu malam saja." ujarnya.
Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan sosok Olivia yang berjalan ringa kearah mereka. Wajahnya sedikit pucat meski ia sedang tersenyum.
"Bagaimana? Tidak sakit, kan?" tanya Rachel dengan senyuman gelinya mengingat Olivia berkali-kali menanyakan sesakit apa ketika sebuah alat yang cukup panjang itu memasuki tubuhnya.
Olivia tersenyum malu, "Tidak." jawabnya pendek. Lalu ia duduk disamping Richard yang memandangnya dengan alis bertaut. "Kenapa?"
"Wajahmu pucat, benar kau baik-baik saja?"
"Uh huh."
"Kalian berpacaran, ya?!" pekik Rachel tiba-tiba. "Oh, ya Tuhan... Tentu saja. Itulah alasannya kenapa pria sialan ini tiba-tiba datang kesini dengan seorang gadis padahal selama ini ia hanya akan datang ketika maagnya kambuh."
Richard menatap kesal pada Rachel yang tampak girang. Gadis ini memang terlalu periang, tingkah lakunya sama sekali tidak terlihat seperti seorang dokter, bahkan ia lebih menyerupai seorang murid SMA.
"Jadi kau sudah berhenti mencari p*****r-p*****r diluar sana, William? Baguslah... Aku tidak suka dengan kegiatanmu yang satu itu. Apa bagusnya p*****r-p*****r yang sering_"
"Rachel, kau sudah terlalu banyak bicara." Richard sedikit membentak, membuat Rachel sedikit terkejut. Pria ini melirik Olivia disampingnya, gadis itu tampak biasa-biasa saja. "Katakan saja kapan aku sudah boleh menyentuhnya."
"Satu minggu setelah hari ini." jawabnya kaku, dan masih tidak mengerti.
Richard mengangguk sekedar, lalu menarik Olivia berdiri bersamanya, "Terima kasih, aku pamit." ujarnya dan segera beranjak pergi.
Rachel sempat melihat Olivia yang tersenyum sopan padanya sebelum menghilang dari balik pintu. Wanita itu masih terduduk dengan wajah bingung, "Apa salahku?" gumamnya tidak mengerti. Aneh sekali, Richard tidak pernah tersinggung seperti itu sebelumnya. Dengan wajah masih tampak tak mengerti, Rachel segera meraih ponselnya, dan menghubungi seseorang.
"Richard datang kesini dan membawa seorang gadis, apa kalian tahu siapa dia?"
***