1. Pernikahan

951 Words
Sosok itu mematut dirinya di depan meja rias, matanya menatap lesu pada bayangan seorang gadis yang tengah mengenakan baju pengantin berwarna putih dengan make up yang lumayan tebal, untuk menutupi lingkaran hitam yang ada di sekeliling matanya. Gadis dalam bayangan itu tampak terlihat lebih dewasa dari pada biasanya. Rambutnya disanggul rapi dengan penjepit rambut yang sederhana namun tetap terlihat elegan. Kebaya putih panjang yang sedikit mengekspos pundaknya, membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan sempurna. Tidak ada yang spesial dari baju pengantin yang dipakainya, hanya saja saat Meisya yang mengenakan gaun pengantin itu, gaun tersebut tampak begitu pas dan cantik membalut tubuhnya. Lagi-lagi suara helaan napas terdengar dari mulut gadis tersebut, atau lebih tepatnya seorang wanita setelah ia resmi menikah sebentar lagi. Sedikit pun tidak terpikir di benak Meisya bahwa ia akan menikah semuda ini. Jika saja diizinkan, saat ini ia sangat ingin kabur dan melarikan diri dari acara pernikahan ini. Tapi ia tidak boleh egois dan memikirkan diri sendiri, sementara di luar sana ada seseorang yang dengan begitu berharap menginginkannya menjadi penyemangat hidupnya. Mau tidak mau ia harus tetap menjalankan pernikahan ini, demi kesembuhan anak itu. Ya, harus! Cklek "Oh Meisya.. lihatlah, hari ini kamu sangat cantik sayang. Mama tidak menyangka kamu akan menikah secepat ini." Mama Meisya atau yang biasa dipanggil Reina Holand memeluk Meisya dengan erat, hingga membuat Meisya ikut terhanyut dalam pelukan hangat ibunya yang sangat ia sayangi. "Mama berdoa semoga kamu bahagia bersama suamimu nanti sayang." 'Ya, semoga saja.' Meisya hanya bisa tersenyum paksa di hadapan mamanya, karena yang mamanya tahu Meisya menikah dengan seseorang yang dicintainya. Berbanding terbalik dengan kenyataan yang sebenarnya, Meisya menikah bukan atas dasar cinta, akan tetapi sebuah keharusan yang tidak bisa disangkalnya. Flashback Saat Meisya kembali ke taman, ia melihat seorang anak kecil yang hendak terserempet motor. Meisya yang terkejut segera berlari ke arah anak tersebut dan berniat menolongnya. Tapi naas, saat Meisya berniat menolong anak itu, ternyata motor yang melintas begitu kencang membuat Meisya secara refleks mendorong anak itu ke arah pinggiran trotoar. Untunglah tidak ada hal fatal yang disebabkan dari kecelakaan tadi. Tapi Meisya tidak menyangka bahwa perbuatannya yang berniat menolong anak tersebut malah berujung fatal. Dokter mengatakan sewaktu Meisya mendorong anak tersebut, ternyata bagian pinggang anak tersebut membentur pinggiran trotoar dengan cukup keras. Hingga menyebabkan ginjal di sebelah kiri anak tersebut yang memang pada dasarnya kurang berfungsi secara sempurna harus segera dioperasi secepat mungkin. Jika tidak, maka akan berakibat fatal pada keselamatan anak itu. Meisya hanya menunduk dalam, ia tidak menyangka bahwa niatannya untuk menolong anak itu akan berakibat pada keselamatan anak itu sendiri. 'Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan untuk menolong anak ini?' meskipun baru beberapa minggu yang lalu Meisya mengenal anak manis bernama Mika ini, ia sudah cukup menyayangi anak itu. Meisya sama sekali tidak menyangka bahwa anak sekecil Mika sudah harus menanggung penderitaan seberat ini. Salah satu ginjal gadis manis ini tidak berfungsi dengan sempurna, entah sesakit apa penderitaan yang diderita gadis ini sedari kecil. Ketika Meisya masih sibuk dengan pemikirannya sendiri, tiba-tiba pintu ruang rawat Mika dibuka dengan kuat membuat Meisya seketika mendongak kaget. Tak lama kemudian, tampaklah raut wajah khawatir dari seorang pria dewasa yang Meisya tahu adalah ayah dari Mika. Matanya memancing tajam memandang Meisya yang hanya bisa menunduk mendapati tatapan tajam dari Alando. Meisya tahu Alando atau yang biasa dipanggil Ando pastilah sangat marah pada Meisya, karena Meisya tidak mendengarkan perintah Alando untuk tidak mengajak Mika ke taman, dan berakhir dengan adanya kecelakaan yang mengharuskan Mika untuk segera dioperasi lebih cepat dari jangka waktu yang telah ditentukan. "Kau..." Ceklek Dokter tiba-tiba datang sebelum Ando berhasil menyelesaikan perkataannya. "Permisi, saya hanya ingin mengatakan bahwa kondisi Mika cukup buruk dan dia harus segera dioperasi secepatnya sebelum kondisinya semakin menurun." "Apa pun, lakukan yang terbaik untuk keselamatan anak saya." "Baiklah, tapi sebelum itu kita harus menunggu sampai anak anda siuman terlebih dahulu. Walau bagaimana pun kita harus mendapat persetujuan dari pasien yang akan melakukan operasi, apalagi anak anda masih kecil. Karena ditakutkan bahwa operasi tersebut akan menyebabkan trauma jika tidak ada kesiapan dari pasien." "Papa..," suara lirih nan lembut itu berhasil menarik perhatian orang yang ada di ruang rawat tersebut seketika. Ando sesegera mungkin menghampiri ranjang Mika dan menggenggam tangan mungil Mika dalam genggaman tangannya yang besar, sesekali menciumi punggung tangan Mika dengan sayang. "Ada apa Mika sayang, Papa ada disini." "Papa, apa benar Mika akan dioperasi?" pertanyaan singkat Mika membuat Ando memejamkan mata barang sejenak, hingga tanpa terasa setitik air mata jatuh menetes dari matanya dan segera diusapnya dengan kasar. "Iya sayang, tapi kamu tenang saja Papa akan selalu ada untuk Mika." "Mika mau menjalani operasi Papa." "Benarkah sayang? Syukurlah," "Tapi Mika mau operasi kalau Papa mau mengabulkan permintaan Mika." "Apa pun sayang.., apa pun permintaan kamu pasti akan Papa kabulkan." "Janji?" Mika mengacungkan jari kelingkingnya di depan papanya tanda 'pinky promise'. Ando membalas kaitan jari kelingking Mika dengan jari kelingkingnya. "Papa janji!" dengan mantap Ando menyanggupinya. "Mika ingin kak Meisya menjadi mama Mika." "Apa?" bukan, itu bukan suara Ando, tetapi itu adalah suara Meisya yang sedari tadi hanya mendengarkan dalam diam di belakang Ando. "Baiklah sayang, secepatnya Papa akan menikah dengan kak Meisya." --- Dengan ragu Meisya melangkah keluar dari ruang rias dengan digandeng oleh papanya, Ronald Holand. Meisya meremas erat lengan Ayahnya untuk menghilangkan rasa gugup yang menyergapnya. Dengan lembut ayahnya mengusap pelan tangan anaknya yang menggandeng lengannya. Setibanya di tempat ijab kabul, Meisya dapat melihat Ando yang telah mengucapkan ijab kabul dengan tegas dan lantang seolah tidak ada keraguan di matanya. Kemudian setelahnya Meisya mencium punggung tangan Ando, dan Ando yang mencium keningnya. Lalu mereka segera menandatangani surat nikah secara resmi. Pernikahan ini tidak dilakukan secara mewah, hanya sebuah pesta pernikahan sederhana yang dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Mika ikut turut serta di acara pernikahan ini, ia tampil cantik dengan dress berwarna biru muda sepanjang mata kaki tanpa lengan. Tapi ia tetap menggunakan kursi roda dengan senyum mengembang sepanjang acara pernikahan berlangsung. 'Tuhan.. apakah yang kulakukan ini benar?'
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD