Keesokan paginya, Nana membuka matanya ketika merasakan tubuhnya tengah di peluk dari belakang. Ia mengedip-ngedipkan matanya, melirik ke belakang dan mendapati Max yang lagi-lagi memeluknya di pagi hari. Ia menatap tangan besar yang berada di perutnya itu sejenak dan sekian menit kemudian mengangkat tangan suaminya itu dengan pelan, memindahkannya ke atas kasur. Ia pun bangkit dari ranjangnya, mengikat rambutnya lalu memeriksa jam di dinding yang telah menunjukkan pukul 6.15 pagi. Dahinya mengernyit dengan bibir yang sontak mengerucut. 'Hm, masih jam segini, masih ada waktu untuk buat sarapan yang pasti bukan mie instan. Tidak mungkin 'kan aku memberikan sarapan mie instan untuk Mas Max setiap hari.’ batinnya seraya melirik Max yang terlelap sejenak lalu keluar dari kamarnya. Setelah

