Nana kembali menoleh ke belakang, melirik jendela tinggi di sisi-sisi pintu masuk. Ia merasa seperti ada orang melintas di teras rumahnya. 'Kenapa perasanku jadi ngga enak ya,' ia mengusap tengkuknya lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Ia ingin mandi dulu, baru setelah itu berangkat ke rumah orangtuanya. Pria yang mengenakan hoodie dan masker hitam itu tampak kembali mengintip dari luar jendela dan mendapati Nana yang sudah hilang dari pandangannya. 'Istrimu boleh juga Max.’ Drrtt drrt... Baru saja memasuki kamarnya, ponselnya yang berada di atas meja nakas bergetar. Ia bergegas mengambilnya dan mendapati Papanya menghubunginya. “Halo Pa,” Nana mengambil duduk di tepi ranjang. “Halo Na. Na, apa Max sudah pergi sekarang?" “Sudah barusan Pa, memangnya kenapa Pa?" “Ka

