Pagi harinya, Nana terbangun lebih dulu, ia merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya dan hembusan napas teratur yang mengenai kulit lehernya membuat dirinya sedikit merinding. Ia melihat ke bawah di mana gulingnya sudah jatuh ke lantai hingga bisa membuat Max melewati perbatasan yang Nana buat semalam. 'Duh, gimana nih.’ batinnya gelisah. Perlahan, ia menyentuh tangan besar yang berada di perutnya, mengangkatnya sebentar namun Max kembali memeluk Nana lebih erat, menyamankan posisinya. 'Duh, kok malah makin erat sih.’ Ia pun mencoba untuk membangunkannya saja. “Mas, Mas bangun.” Nana menepuk pelan punggung tangan Max yamg berada di perutnya. Max belum bergeming dan masih tampak nyaman dengan posisinya. “Mas! Mas bangun! Aku harus mandi sekarang.” Nana mencoba kembali dengan su

