BAB 2

1675 Words
Selamat membaca semoga suka. Dan tunggu eps selanjutnya! "Ibu Rum berangkat ke sekolah" Kata Angrum setengah teriak untuk berangkat yang ada di dapur.  "Sudah sarapan?" Tanya lari sambil buru-buru menghampiri anak perempuannya.  "Sudah Bu, Rum berangkat dulu yah takut telat." Kata Angrum dan mengambil tangan diizinkan untuk bersalaman. Rentangkan  "Iya, sama pak Asep?" Tanya Kait.  Pak Asep adalah supir tidak tetap keluarga Angrum. Dia hanya perlu di saat-saat tertentu. Pak asep adalah tetangga Angrum dan Istrinya adalah Ani. Ani yang membantu Ibunya Angrum dirumah, karena dia Angrum memiliki layanan pemesanan makanan dan akan merepotkan jika banyak yang memesan "Iya Bu, mulai aku akan naik angkot, tapi takut semakin telat" Kata Angrum  "Yasudah cepat berangkat." "Hati-hati Angrum" kata membiarkan dan Angrum menoleh kebelakang sambil mengacungkan jempol berhasil. *** Angrum cepat turun dari mobil dan segera berlari setelah berpamitan dengan Pak Asep. Angrum menyusuri koridor, berjalan cepat menuju kelasnya yang berada di lantai dua sekolah. Sampai akhirnya, Langkah Angrum terhenti saat ada dua wanita yang berseragam ketat dengan rok yang lebih pendek datang tepat di hadapannya. "Kamu murid baru?" Tanya murid berambut pirang. "Iya ada apa?" Tanya Angrum gugupulihan memucat dan jantungnya berdetak lebih kencang. Angrum kesulitan karena sadar itu seniornya. "Tidak ada. Aku hanya akan mengingatkan kamu bahwa kamu adalah murid baru dan posisimu sebagai junior. Jadi tidak perlu mencari perhatian lebih dari yang diminta. Itu menjijikkan" Angrum hanya diam tidak mengerti dan buru-buru melanjutkan langkahnya menuju kelas. "Apa salahku? Kenapa dia sangat menyeramkan" Ucap Angrum pelan sambil kembali berjalan dengan cepat. ** "Hai Angrum" sapa Aluna sesaat setelah Angrum duduk di bangku yang berada di samping Alena. "Hai Lun" jawab Angrum dan tersenyum. Bukan hanya untuk Aluna tetapi juga untuk Alena dan Adelia. "Kamu kenapa?" Tanya Alena "Hemh? Tidak apa-apa. Memangnya aku Kenapa? Ada yang aneh?" Tanya Angrum. "Wajahmu pucat." Kata Alena "Kamu sakit?" Tanya Adelia "Tidak, aku tidak sakit" Jawab Angrum "Tapi kenapa wajah kamu pucat." Lanjut Adelia "Kamu belum sarapan?" Tanya Aluna "Sudah. Aku sudah sarapan" jawab Angrum "Jadi apa penyebab wajahmu pucat seperti itu?" Tanya Alena "Mungkin karena kedinginan" jawab Angrum "Kamu naik motor ke sekolah?" Tanya Adelia "Oh iya" Jawab Angrum membahas dia tidak mau sahabatnya bertanya lebih lanjut dan tahu apa yang terjadi dikoridor sebelum dia masuk ke kelas. "Emh pantas saja. Jika kita naik motor wajah kita akan naik angin sepanjang jalan, dan itu membuat wajah kita menjadi pucat karena dingin, tetapi itu tidak akan lama." Kata Aluna "Iya begitu." Jawab Angrum cepat "Emmh hari ini ada ulangan bahasa Inggris?" Tanya Angrum dengan cepat mengalihkan topik pembicaraan. "Iya, tapi bukan ulangan tulisan hanya di minta untuk membuat puisi dan setelah kita selesai harus membacanya di depan teman-teman kita yang lain" Kata Alena "Sangat mudah. Puisi sangat banyak di google. Aku akan mencari yang terbaik dari google." "Kalian bisa melihat Aluna benar-benar jahat. Dia suka penyihir. Tentu saja tidak bisa Aluna, kita harus membuat puisi sendiri, hasil karya sendiri, jangan menjiplak hasil orang lain." Kata Adelia nyemprot "Ah itu berlaku hanya untuk orang-orang pintar tapi tidak kreatif sedikit pun. Mencari di google itu lebih mudah " Tanya Angrum. Merasa lucu tapi sedikit kesal dengan tingkah Aluna. "Tolong Angrum kamu harus berfikir lebih jauh lagi. Coba kamu fikirkan memangnya guru kita bisa tahu itu dari Google? Memangnya dia mengecek semua puisi orang lain pos di Google? Itu tidak mungkin. waktu satu abad untuk membaca semua puisi orang lain memposting di Google agar jika ada muridnya yang menjiplak dia tahu. Waaah aku fikir dia akan menerima penghargaan jika memang melakukan itu. "Itu bukan logika, itu trik licik Luna." Kata Alena "Iya iya aku tau Lena. Tapi itu benar bukan? Kamu setuju kan ?." Kata Aluna tersenyum dan mencubit dengan pelan hidung mancung Lena lalu Alena menepis argumen. "Sudahlah, aku sudah bilang kepada kalian Alena memang suka sihir" Kata Adelia yang terlihat kalah tapi berhasil ditutupinya. "Haha bilang kamu juga setuju dengan pendapatku. Tidak usah malu-malu Adel, akui saja kalau kata-kata ku memang benar." Aluna melepaskan Adelia dengan memegang pinggangnya yang menjadi titik kelemahan bagi Adelia, karena menurutnya itu sangat geli. Alena dan Angrum hanya tersenyum sambil memercayai melihat sahabatnya berfikir gila seperti itu. *** "Kamu mau kemana?" Tanya Arfan ke Alfin yang buru-buru pergi di jam istirahat pertama. "Bertemu Rindu." Jawab Alfin. "Basi" Kata Arfan dengan ekspresi dinginnya. "Hahaha segeralah mendapat pasangan kamu kamu tidak kesepian." Jawab Alfin "Sialan kamu, aku bukan kamu, yang asal punya pasangan tanpa mengerti semua hal" kata Arfan "Alasan. Aku tidak mau pasangan yang buruk, Alena wanita yang baik, dia sempurna. Kamu juga tau itu. Kamu bisa iri, tapi tidak mau mengakuinya. Eh atau kamu sama temen barunya Alena saja yang kamu tabrak di kantin terus kamu ingat dia sepanjang malam. Memikirkan siapa saja yang dipanggil, alamat rumah dan semuanya "Kata Alfin dan kembali tertawa. "Benar-benar menang kamu Alfin, aku tidak setuju dia" kata Arfan dengan mengembalikan kesal ciri khasnya. "Haha aku hanya menebak. Ngomong-ngomong dia memang cantik, dan dia juga punya lesung pipi seperti ....." Alfin minta kata-katanya "eh maaf." Alfin tidak melanjutkan kata-katanya "Sudah pergi, Lo mau bertemu rindu basi kan?" Usir Arfan dan Alfin keluar dengan menyisakan tawa. Setelah Alfin keluar Arfan juga keluar dengan earphone yang menempel di telinganya, sweater warna abu-abu pekat menambah ketampanannya, kulit yang putih dengan warna terlihat sangat kontras dan itu membuat Arfan semakin sempurna. Seperti biasanya, selalu banyak orang yang melihat ke arahnya dan terpesona dengan ketampanannya. Tapi Arfan selalu tidak peduli dia hanya terus bekerja. Arfan terus berjalan kemudian berhenti tepat di depan Mading sekolah. Laki-laki itu tidak menyadari bahwa ada wanita di sampingnya. Wanita itu Angrum, wanita yang sempat menabraknya satu hari yang lalu di kantin. begitupun sebaliknya, Angrum tidak berhasil ada seseorang di sampingnya. Sampai akhirnya saling bertukar melirik dan mata cokelat milik Angrum dan mata biru kecoklatan milik Arfan beradu. Untuk beberapa detik saja. Angrum terpana melihat mata dan expresi dingin itu. Tapi dengan segera Angrum kembali melihat ke Mading yang muncul mengumumkan terbaru. "Gimana Lututnya?" Tanya laki-laki itu tiba-tiba, membuat Angrum celingukan, dia ragu, takut bukan dia yang laki-laki itu ajak bicara. "Bicara dengaku?" Tanya Angrum "Dengan Mading! Tentu saja padamu." Jawabnya dengan nada dinginnya. "Oh maaf aku kira bukan biacra. Emmh lutut ku sudah baik. Hanya sedikit luka saja" Jawab Angrum "Aku minta maaf." Ucapnya masih dengan nada dingin dan expresi yang datar "Maaf? Untuk apa?" Tanya Angrum "Untuk kejadian di kantin. Hari itu aku juga salah" Jawab Arfan "Oh begitu. Tidak apa-apa, santai saja. Aku tidak harus harus di operasi" kata Angrum dengan senyumannya. "Oke" jawabnya. Dan Angrum kembali membalas dengan senyum manisnya. Dan hal itu membuat lesung pipi semakin jelas, membuat Arfan diam menatap lekat senyum Angrum. Sebenarnya Arfan tidak Sombong atau tipe orang yang tidak peduli pada orang lain, seperti yang di katakan Adelia. Dia hanya menempatkan hal-hal seperti itu pada tempatnya. Dia tau dimana dan pada siapa yang harus menempatkan kepeduliannya. "Kamu tidak ke kantin?" Tanya Arfan "Hemh? Oh tidak" jawab Angrum " Kenapa ?" Tanya nya. "Hari ini aku bawa bekal dari rumah. Di siapkan ibuku" jawab Angrum, "Emh kamu kenapa gak ke kantin?" Tanya Angrum "Tidak diterima lapar" Jawabnya "Kenapa? Padahal aku selalu lapar kalau jam istirahat." Jawab Angrum dan Arfan hanya melihat Angrum saja. "Oh. Aku akan ke kantin, lapar" jawab Arfan dan pergi, "Apa? Bukannya kamu bilang tadi kamu tidak lapar?" Tanya Angrum tapi Arfan tidak mempedulikan suara itu dia hanya terus berjalan. "Manusia Aneh" celoteh Angrum yang masih bisa mendengar Arfan dan Arfan sedikit tersenyum mendengarkannya. "Arfan." Teriak Alfin. Alfin berada di taman sekolah bersama Alena. Arfan mendengarkannya dan mengangkat dagunya sebagai jawaban "apa" dari Arfan. "WIB" kata Alfin dan Arfan hanya melotot "cepat" teriak Alfin lagi. "Ini manusia mau apa si" "Hai Arfan" sapa Alena ramah. "Hai Len" balas Arfan. Arfan dan Alena memang dekat karena mereka sudah bersama sejak SMP, Alena adalah sahabat siapa pun yang berarti untuk Arfan saat masih duduk di bangku SMP, atau mungkin sampai sekarang. "Nurut" kata Alfin dan sedikit tertawa "Mau apa? Hah?" Tanya Arfan dingin. "Nama perempuan yang kamu tabrak di kantin satu hari yang lalu itu Angrum Ken Nophelia." Jelas Alfin dengan nada nyata. "Terus aku harus peduli?" Tanya Arfan dingin "Harus! Karena kau terus memanggilnya" Goda Alfin dan tertawa "b******k, jangan menuduh" kata Arfan dan menoyor kepala Alfin pelan. "Haha, Bung lambat. "Tidak!" Jawab Arfan "Apakah kamu yakin? Dia sangat manis, aku tidak percaya kamu tidak tertarik dengan dia. Yaa lebih suka Alena lebih manis" Kata Alfin dan melihat Alena yang hanya tersenyum. "Makan tuh manis" kata Arfan "Haha tapi aku jadi khawatir padamu." Kata Alfin lagi dengan nada suara yang menurut Arfan itu menjijikkan. "Aku senang jijik. Kenapa harus khawatir menerima? Jangan bertindak bodoh" Kata Arfan "Aku khawatir kamu suka sesama jenis" Kata Alfin dan tertawa "b******k kamu." Kata Arfan dan pergi "Kamu jangan lupa, panggil Angrum. Nanti aku salamin yah lewat Alena tapi aku akan bilang itu salam dari kamu." *** "Hai Arfan" sapa wanita yang langsung duduk di samping Arfan yang sedang duduk di kursi pengadilan dengan telinga tersumpal aerphone. tapi dia tetap sadar ada yang datang dan duduk di sebelahnya. Wanita itu adalah Anita putri, dia adalah murid tahun terakhir di sekolah, yang sangat terpesona pada Arfan. Dia sangat cantik dan menjadi incaran para pria di sekolah. Tapi dia tidak mau, dia hanya ingin Arfan. Arfan tidak menjawab, dia hanya diam. "Arfan ke kantin yuk" ajak cewek itu. Arfan masih diam. "Arfan" Dan Arfan masih diam. "Jika tidak di jawab harusnya pergi saja. Jangan coba laki-laki seperti itu, kamu benar-benar terlihat murahan." Kata salah seorang wanita yang tak lain adalah Aluna yang sedang bersama tiga sahabatnya yang tidak sengaja lewat dan melihat semuanya. "Ini urusan saya, jadi tidak perlu ikut campur. Bilang saja kamu masih dendam karena temanmu sudah terpesona olehku" Kata Anita "Oh maaf aku bukan tipe pendendam seperti w************n itu, aku tolong cari buat w************n, aku minta tolongan." juga memakluminya, aku tau w************n memang seperti itu, dan yang penting sekarang laki-laki itu sudah sadar bahwa w************n memang menjijikan jadi dia kembali membuat. " Jawab Aluna dengan sadis. Dan itu membuat Anita semakin marah
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD