PROLOG

1872 Words
Seorang gadis cantik melangkah pelan sambil memicingkan mata, menyusuri luasnya terminal kedatangan di Bandar Udara John F Keneddy, New York. Mata indahnya beberapa kali mengerjap. Mencari-cari seseorang yang sudah di jadwalkan menjemputnya hari ini. Sia-sia... Dia tak menemukannya. Gadis itu menghempaskan badannya di kursi ruang tunggu. Dia menghembuskan napas dari mulutnya pelan. Gadis itu meletakkan koper yang sedari tadi ditarikknya ke samping kursi. Tangan mungilnya meraih ponsel di saku jaket panjangnya, berniat menghubungi seseorang. Namun urung. Dia memilih menyelonjorkan dua kaki indahnya dan melakukan beberapa peregangan pada tubuhnya. Beberapa orang terlihat memperhatikan pemandangan indah itu. Gadis mungil dengan manik mata berbeda warna. Sangat rupawan dengan rambut pirang kecoklatan. Kulitnya halus hingga seakan nampak begitu rapuh. Mulut mungilnya berulang kali mengerucut, menggemaskan. Banyak yang akan dengan senang hati berhenti untuk sekedar menikmati keindahan itu. Skyla Elizabeth Caldwell. Sedang menunggu seseorang menjemputnya. Seseorang dari masa kecilnya yang tak kunjung datang bahkan hingga 30 menit dia duduk di ruang tunggu bandara. "Sebaiknya aku naik taksi. Tidak usah mengandalkan sesuatu yang tidak pasti", batinnya sambil berdiri. Skyla beranjak dari duduknya. Mencoba meraih koper yang ada di sampingnya. Namun sebuah tangan kekar menarik terlebih dulu koper itu dengan semena-mena. "Heii...thats mine!", Skyla berteriak. Dia melangkah cepat, mencoba mensejajarkan langkahnya dengan pria yang sudah merampas kopernya. Skyla menoleh, memastikan siapa pria yang berjalan dengan langkah panjang dan acuh di sampingnya. Skyla berhenti melangkah. Pria itu... Zachary William Leandro. Skyla tetap berdiri terpaku di belakang sampai Zach menoleh padanya. "Oh...come on! Bahkan siput lebih cepat darimu, girl!" Kali ini Zach yang berteriak kesal. Skyla terpaku. Kasar sekali. Zach melangkah ke arahnya. Skyla menunduk. Tak sanggup menatap Zach yang begitu...apa sebutannya? Tampan? Sangat tampan lebih tepatnya. Skyla menatap Zach sekilas lalu menunduk lagi. Zach tinggi. Kulitnya agak kecoklatan tapi sangat bersih. Rambutnya agak berantakan dan itu membuatnya terlihat sangat seksi. Manik matanya hitam segelap malam...bernaung di alis yang lebat. Bulu matanya...panjang untuk ukuran seorang pria. Mengingatkannya pada Uncle Ethan. Tampan. Sangat tampan. Dan ketampanan itu sirna seketika ketika suara baritonnya keluar. Kasar. Kata-katanya cukup kasar untuk ukuran Skyla yang di didik dengan kelembutan sang Mama. "For God sake! Apa kamu mau berdiri saja di sini? Come on..." Zach menarik tangan Skyla. Mencengkeramnya keras. Zach membuka pintu mobil tanpa merasa harus bersusah payah membukakan pintu mobil untuk Skyla. Bahkan Zach menghempaskan kopernya kasar di jok belakang mobil. Skyla terpaku, namun cepat-cepat masuk ke mobil sebelum Zach mengomel lagi. Skyla menahan napas ketika Zach bergerak mendekat ke arahnya. Aroma mint menyeruak hebat. Napas hangat Zach menerpa wajah Skyla. Memabukkan. Zach memasangkan sabuk pengaman ke tubuh Skyla. Lalu pandangannya fokus ke depan. Zach melajukan mobilnya kencang, membuat Skyla mencengkeram ujung gaunnya keras. Tigapuluh menit kemudian Zach membelokkan mobilnya ke mansion Leandro. Mansion yang sangat diingat oleh Skyla. Mansion dengan penghuni yang sangat ramah. Tidak seperti Zach. James Sanders sang kepala pelayan masih setia bekerja di mansion itu walaupun tubuhnya tak lagi muda. James menyambut hangat kedatangan Skyla sementara Zach berjalan cepat ke dalam mansion tanpa harus repot - repot menawarkan Skyla masuk. James tersenyum menatap Skyla yang menaikkan satu alisnya heran. "Dia pria yang lembut dan penyayang, Dear" James berbisik seolah memahami kebingungan Skyla. Skyla mengangguk anggukkan kepalanya. Aah...James mungkin salah lihat. Bagaimana mungkin Zach yang begitu keras suaranya dibilang lembut dan penyayang? James tertawa melihat Skyla yang terlihat semakin bingung. Time flies so fast. Perjalanan waktu begitu pasti. Bergerak begitu cepat. James menatap gadis cantik yang berjalan pelan di sampingnya. Tangannya menarik koper besarnya pelan. Skyla menolak tawaran James dengan lembut saat James bilang akan membawakan kopernya. James membawa Skyla ke belakang mansion. Saat akan keluar sesosok pria yang sama dengan Zach muncul. Bajunya berbeda. Sekali tatap Skyla tahu dia adalah adik kembar Zach. Alexander William Leandro. Menatap Skyla dengan ramah dan menghampirinya. Alex mengangkat tubuh Skyla. Membawa tubuh Skyla berputar beberapa kali membuat Skyla memekik. "Aaah...kau sampai juga Sky", Alex ramah menyapa ramah dan menurunkan Skyla dengan gerakan lembut. Skyla tersenyum. Menunduk malu karena Alex begitu ramah menyambutnya. Tidak seperti... "Oh my God, Skyla..kau sudah datang sayang? Kenapa Zach tidak bilang?" Seorang perempuan yang masih sangat cantik dan menarik di usianya tidak muda lagi terlihat melangkah cepat menghampiri Skyla dan Alex. Cantik dan ramah. Senyum keibuan terpancar dari wajahnya. Cherry Leandro, memeluk Skyla erat. Mendaratkan ciuman bertubi-tubi pada pipi dan kening Skyla. "Apa kabar, Aunty Cherry " Skyla memeluk Cherry erat. "Baik, sayang...seperti yang kau lihat. Bertambah tua dan belum juga ada yang memberiku cucu." Cherry berujar sambil melirik Alex. Yang di lirik hanya bisa terkekeh geli. "Aaah...Aunty masih sangat cantik." Skyla mencoba menenangkan. Dan kenyataan memang berbicara seperti itu. Cherry Leandro terlihat sangat cantik di usianya yang sekarang ini. "Kau juga sayang, dan...kau tumbuh tinggi sekali sekarang." Cherry mngusap bahu Skyla sambil mendongak memandang gadis itu lembut. "Biarkan Skyla istirahat dulu Mommy...dia pasti lelah sekali sekarang." Alex yang sedari terdiam menatap interaksi mereka bersuara. "Aah yaaa...God! Ya Tuhan..ayo sayang Aunty antar ke kamarmu." Cherry berkata setengah berteriak sambil menarik tangan Skyla melangkah menaiki tangga. Alex mengikuti sambil menarik koper Skyla. Sambil berjalan Skyla menanyakan kabar seluruh anggota keluarga Leandro yang di jawab begitu gembira oleh Cherry. Semua baik dan sehat. Cherry membuka sebuah kamar di sayap kanan mansion. "Zach dan Alex menyiapkan kamar ini untukmu dari sebulan lalu. Mereka di bantu Mikaela, kekasih Alex. Aah...nanti kau akan mengenalnya. Alex...bawa Mika kemari besok siang." Cherry menatap Alex sambil menarik Skyla ke arah ranjang. "Istirahatlah, kalau perlu apa-apa bilang ya sama Aunty."  Cherry mengusap pipi Skyla pelan sambil memandangi gadis itu takjub. Oh...dia seperti melihat bayangan di masa lalu. Bayangan Hailey Cadwell yang malu-malu dengan kerjap mata berbeda warna dan pipi memerah penuh rasa tak percaya diri. Cherry melepaskan tangannya dari pipi Skyla dan menarik Alex keluar kamar. Skyla mengucapkan terimakasih dan tertawa pada Alex yang melambaikan tangan padanya dengan gerakan lucu. Skyla mengingat sesuatu. Mungkin James suka salah membedakan Zach dan Alex, hingga James bilang Zach adalah pria yang lembut dan penyayang. Padahal Alex lah yang sangat lembut dan penyayang. Ramah dan juga lucu. Skyla tersenyum masam. Dia berdiri dan melangkahkan kakinya ke ke kamar mandi. Dia butuh mandi. Membersihkan badannya dan mendinginkan kepalanya yang sedikit panas karena suara kasar Zachary. Skyla menyelesaikan mandinya duapuluh menit kemudian. Berbalut handuk dia keluar kamar mandi. Menundukkan wajah mencari apakah ada sandal rumah yang bisa di pakainya. Skyla mengangkat wajahnya dan menemukan Zach sedang bersandar pada lemari bajunya. Tersenyum miring. Senyum yang...memabukkan. Skyla menepis buru-buru pikiran gilanya. "Mau apa?" Skyla bertanya lirih sambil memegang kencang handuknya. "Jangan kau kira aku mau tubuhmu. Hentikan ketakutan tak beralasanmu itu. Aku hanya mau menyerahkan ini..." Zach menatap Skyla heran sambil meraih tangan Skyla. Sebuah anting diletakkan Zach di telapak tangannya. Skyla meraba telinganya. Aah...ya. Satu antingnya jatuh. Pasti di mobil. Zach melangkah menuju pintu hendak keluar. Skyla menatap punggung Zach yang tiba - tiba berhenti. "Lagipula aku tidak bernapsu dengan wanita berdada rata sepertimu." Zach menghela napas panjang sambil melangkah keluar. Braak! Skyla terlonjak saat Zach membanting pintu kamarnya. Skyla mengusap dadanya. Menghela napasnya pelan. Dia memang tidak istimewa..maksudnya...ukuran payudaranya. Skyla berbalik dan membuka lemari. Hendak membereskan baju dari kopernya. Dan yang di lihat Skyla adalah lemari itu sudah penuh dengan baju yang sangat cantik. Khas dirinya. Skyla menyentuh helaian baju yang tergantung di lemari pakaiannya. Sangat pas dengan dirinya. Begitu manis dan Skyla menyukainya. Seperti Cherry dan Lucy, Skyla juga sangat menyukai seni desain. Desain apa saja. Rumah, baju...yang pasti dia suka menggambar. Dan dia pandai menggambar. Itulah yang ditekuninya sekarang setelah lulus kuliah. Ayah dan Ibunya, Brad dan Hailey Caldwell menyuruhnya bekerja di butik yang dimiliki oleh Cherry dan Lucy sepuluh tahun belakangan ini, sebelum kelak Skyla menjalankan bisnisnya sendiri. Skyla memakai baju yang ada di lemari. Sebuah dres cantik bermotif bunga kecil dengan renda di bawahnya. Skyla duduk di depan cermin. Menatap wajahnya. Matanya adalah mata Ibunya. Indah kata sang Ayah. Skyla tersenyum dan senyum itu senyum Ayah Brad. Helaian rambut pirang kehitaman itu perpaduan antara rambut Ayah dan Ibunya. Lesung pipi kecil yang hanya ada di sebelah kiri pipinya adalah milik granpa Jacob. Skyla selalu merasa beruntung. Pasti Ayah dan Ibunya begitu saling memuja hingga dirinya bisa begitu mirip keduanya. Skyla tersenyum. Bagaimanapun dia adanya...pangeran masa kecilnya takkan pernah mau lagi menjaganya seperti janjinya dulu. Tak akan pernah menyukainya. Apalagi jatuh cinta padanya. Aroma Zach menyeruak dalam indera penciumannya. Aroma mint yang memabukkan. Skyla menghela napasnya pelan. Bagaimana bisa aroma tubuh Zach begitu terpatri di pikirannya dan menjelma menjadi aroma yang nyata mengusik inderanya? Bahkan setelah Zach meninggalkan kamarnya, aroma tubuhnya masih tertinggal disini. Skyla menggeleng keras. Memutuskan untuk merebahkan diri. Mencoba terlelap. Melupakan sejenak...Zach yang...tampan.   ----------------------------------- Zach mengumpat dalam hati. "Skyla...." Geraman kesal keluar dari mulut Zach. Kesal yang dia tak tahu apa sebabnya. Kenapa gadis itu harus datang? Kemarahannya belumlah reda saat mengingat bagaimana gadis itu pergi dan tak meninggalkan pesan apapun. Pergi ke Canada dan tinggal bersama Kakeknya. Ingatan Zach melayang saat dia berusia 15 tahun dan Skyla 10 tahun. Mereka masih sering bermain di rumah pohon yang dibangun oleh Ayahnya di samping mansion. Mereka berjanji tak kan terpisah. Bahkan mereka menuliskan inisial nama mereka di pohon oak di rumah pohon itu. Namun semuanya sirna saat Skyla menghilang tanpa pesan. Zach marah. Zach cemburu. Takut kalau nantinya Skyla akan berpaling. Aunty Lucy pernah marah pada Uncle Dean saat  Uncle nya meninggalkan Aunty Lucy dan tak memberi kabar lagi. Begitu kata Uncle dan Aunty nya. Jodoh takkan tertukar begitu kata mereka. Akhirnya mereka menikah juga. Tapi Zach tak peduli. Skyla bahkan tak mau mengangkat telponnya. Tak mau membalas emailnya. Tak memperdulikannya lagi. Sejak saat itu hingga sekarang saat usianya menginjak 25 tahun. Tak pernah lagi Zach menghiraukan Skyla. Zach sudah menjadi CEO di sebuah perusahaan yang menjadi anak cabang Leandro Corp. Namun waktu tak mengubahnya. Rasa sakitnya tak terobati. Lain dengan Alex yang begitu mudah tertambat hatinya di sana sini sampai dia bertemu Mikaela Amber dan bertekuk lutut padanya. Alex adiknya. Seorang calon dokter spesialis bedah yang begitu mencintai Mika yang seorang perawat. Bertekuk lutut layaknya sang Ayah Ethan pada Cherry sang Ibu. Aaah...dunia rasanya tak adil bagi Zach. Bahkan setelah bertahun-tahun dia merasa terpenjara oleh perasaannya sendiri. Stuck in love pada Skyla Elizabeth Caldwell. Jatuh cinta berulangkali pada gadis yang sama sekian tahun lamanya. Mencuri lihat semua akun media sosial gadis itu dan menemukan hatinya tetap tertambat pada gadis manis pemalu itu. Tak terhitung berapa kali Zach bermimpi...dengan Skyla lah kelak dia akan bercinta. Membayangkan gadis pemalu itu dalam rengkuhannya, mampu membuat Zach mengerang frustrasi. Dan sekarang dia ada disini. Tepat di saat kedua orangtuanya memintanya kembali tinggal di mansion. Hal yang sama sebenarnya juga diminta sang Ibu pada Alex. Semua karena Stephanie dan Liam adik bungsunya memutuskan tinggal di Philadelphia bersama dengan Kakek Edward. Uncle Dean dan Aunty Lucy lebih memilih tinggal di pusat kota agar lebih dekat dengan Celina dan Jamie adiknya. Sedangkan Kakek Edward dan Grandma Hillary menikah lagi. Hubungan mereka sangat baik. Kakeknya memutuskan untuk kembali ke Philadelphia dan membangun bisnis perjalanan wisata di sana. Kakeknya membawa serta Philip dan Joana. Walaupun begitu, dia mengijinkan Hillary, menghabiskan banyak waktunya di butik Cherry dan Lucy. Dan maid di mansion ini baru semua, kecuali James Sanders tentu saja. Zach meremas bantal di bawahnya. Rasa marahnya bercampur aduk dengan rasa lainnya. Rindu, cinta, gengsi... Apakah Tuhan tahu semua ini sangat menyiksa? Bersikap tidak ramah pada Skyla ternyata lebih menyakitkan hatinya. Melihat gadis itu panik dan terkaget-kaget membuatnya bagai teriris sembilu. Namun hatinya belum mau berdamai dengan kemarahannya. Walaupun melihat Skyla...membuatnya berkeringat menahan diri agar tidak segera menerkam gadis itu. Dia di sana...di balik tembok kamarnya ini. Tempat tidur Skyla ada di sebelahnya...Bahkan Zach masih bisa mendengar Skyla terbatuk kecil. Suara yang membuatnya berdesir. Skyla...   ---------------------------------  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD