The King's Watchdog

1530 Words
Mansion keluarga Grey berdiri utuh seperti sedia kala. Nicolin mengistirahatkan sang Tuan Muda pada ranjang empuk dengan seprai sutera. Pekat malam masih panjang, sejak tadi sang Tuan Muda hanya diam, menikmati seduhan darjeling tea darinya. Nicolin melihat perubahan ekspresi dan kerutan samar ketika Tuan Mudanya mencicipi teh buatannya untuk pertama kali, namun tak bertahan lama dan kembali meneguknya dalam gaya super elegan. Nicolin menyeringai, ‘Seperti yang diharapkan dari seorang bangsawan kelas atas.’ Dalam tubuh ringkih yang tak benar-benar menunjukkan usia sebenarnya, Gilbert Grey telah melewati banyak hal. Enam belas tahun seharusnya sudah memperlihatkan kedewasaan dalam raganya, nyatanya hanya jiwanya saja yang terus tumbuh. Raga Gilbert seolah beku, membuatnya terlihat seperti bocah berusia tiga belas tahun. Kedua bola matanya cukup lebar dengan iris berwarna ruby. Sangat langka untuk manusia sepertinya. Kulitnya sepucat salju, membuat ekspresinya yang dingin semakin mencekam. Nicolin bertaruh musuh-musuh Gilbert tak akan kuasa memandang iris sang Tuan Muda dalam waktu cukup lama. Nicolin memuja tatapan sang Tuan Muda. Bagaimana lirikan bola mata itu mampu membuat tubuh manusianya bergetar karena terpana. Seharusnya, dia bisa menjadi seorang Raja seandainya dia terlahir dengan darah kerajaan. Heh, entah sekacau apa Kerajaan Inggris seandainya Gilbert Grey yang menjadi Raja. Bukan karena dia tak mampu, tapi karena dia terlalu mampu untuk menaklukkan semuanya. Kecemburuan selalu menghinggapi hati manusia, seandainya Raja yang tak punya anak itu menjadikan Gilbert sebagai Puteranya, sudah pasti Inggris Raya akan kacau. Mereka semua akan beramai-ramai memprotes, meneriakkan ketidakrelaan bahwa pemimpin mereka bukan dari darah sang Raja. Lucu, kemurnian darah selalu diagung-agungkan dan bukannya kemampuan dalam kepemimpinan. Seolah darah selain keturunan sang Raja tidaklah berhak untuk memimpin Inggris Raya. Lihat saja, bahkan status Gilbert sebagai kepercayaan sang Raja pun tak benar-benar tulus ia jalankan. The King Watchdog, katanya. Kenyataannya, Gilbert jauh lebih suka mendukung adik sang Raja, yang lebih tegas, yang lebih berwibawa. Sekali lagi, hanya karena keturunan. Sang Raja terlahir lebih dulu daripada adiknya. Gilbert adalah satu-satunya yang menyimpang dari seluruh keturunan keluarganya. Sejak berabad-abad silam, gelar Marquess dan Marchioness diberikan kepada keluarga Grey karena mereka benar-benar mengabdikan diri kepada sang Raja. Tak peduli sang Raja benar atau salah. Benar, Gilbert Grey adalah perbedaan mencolok dari keluarga Grey. Jiwa terkuat dan terkotor yang pernah ia temukan, jiwa telezat. ‘Mangsa terbaik yang pernah ku dapatkan.’ “Apa yang kau tertawakan?” Nicolin menunduk. Terlalu lama meneliti kehidupan Tuan Mudanya membuat ia lupa bahwa dirinya masih berada di dalam kamarnya, menemani Tuan Mudanya meminum teh. “Maafkan saya, Tuan Muda.” Gilbert mendecih, ia meletakkan cangkirnya usai sesapan terakhir. “Aku ingin tidur.” Nicolin kembali menunduk. “Akan saya siapkan, Tuan Muda.” Ia melangkah ke lemari besar yang juga ada di dalam kamar, mencari piyama untuk dipakaikan kepada Tuan Mudanya. Nicolin sudah terbiasa melayani mangsanya sejak berabad-abad lalu, tapi sepertinya mangsa yang ini butuh pelayanan istimewa, karena Nicolin juga begitu; mendapatkan santapan yang sangat istimewa. Gilbert jatuh tertidur dalam hawa nan pulas. Surai pirangnya menjuntai, menutupi selapis kulit yang membungkus bola mata akan sebuah perjanjian kekal antara manusia dan iblis; kekekalan dan kefanaan yang kabur, kebaikan dan kejahatan yang melebur, kesadaran dan kegilaan. Tapak kaki yang berhasil melewati keseimbangan. Nicolin mengusap bibir sang Tuan Muda, perintah-perintah yang akan ia penuhi. Lidah yang tersembunyi dalam katup belahan bibir sewarna mawar. Bukti perjanjian mereka, tanda sumpah terkutuk. “Good Night, Young Master.” --- Gilbert mengerutkan kening. Ruangan besar bak aula pesta yang terisi dengan beragam furniture mahal terhampar di hadapannya. Ini pertama kalinya ia kembali kemari sejak insiden penculikan dan dirinya yang nyaris mati di aula pemujaan. James II yang juga bergelar sebagai Duke of York kembali memanggilnya. Seharusnya pertemuan utamanya dengan sang Raja, tapi keberpihakannya kepada James membuatnya lebih mengutamakan panggilannya daripada Raja sendiri. Sebelumnya, Gilbert selalu datang sendiri untuk hal-hal seperti ini, tapi dengan kehadiran Nicolin, iblis berwujud manusia itu akan selalu mengikutinya kemana saja. Terutama, karena Gilbert membutuhkannya sebagai bidak. “Pelayan barumu?” Gilbert mengangguk. “Baru saja ku temukan, alat yang cocok untuk memenuhi tugas-tugas darimu dan Yang Mulia.” James tertawa. Benar, sesuai yang diharapkan dari seorang Gilbert Grey. James mungkin berkedudukan jauh lebih tinggi dari Gilbert, tapi karena Gilbert selalu dan selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, hubungan keduanya juga semakin dekat. Mereka bukan teman, mereka hanya saling memanfaatkan. Hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. “Seharusnya aku memenuhi undangan Yang Mulia dan bukannya beramah-tamah denganmu.” James mendecih. “Sombong! Marquess sepertimu berani sekali tidak sopan dengan calon Raja.” Serunya sarkas. Gilbert memutar bola matanya. Entah sudah yang keberapa kalinya James selalu mengatakan dirinya sebagai calon Raja. “Yang Mulia masih duduk di tahtanya, jangan terlalu banyak berdelusi.” “Tapi Kakakku tak memiliki penerus. Chaterine tak memiliki anak, tapi Kakakku tidak mau mengambil istri lagi. Dia menghormati Chaterine, katanya. Hah, padahal Kakakku juga bermain bersama wanita-wanita lain di tempat hiburan.” “Jika memang benar, seharusnya Yang Mulia tetap memiliki penerus dari darahnya sendiri.” James terbahak. “Leluconmu sangat lucu, anak haram tidak akan pernah menyentuh tahta. Kau tau Nell Gwyn?” “Seorang aktris dan wanita panggilan yang paling disukai para bangsawan.” “Ya! Ya! Seandainya saja Kakakku menikahinya, atau menikahi gundiknya yang lain, salah satu dari anak wanita-wanita itu bisa jadi akan menjadi penerusnya. Tapi hukum kerajaan menolak anak-anak yang tidak sah untuk menjadi Raja. Jadi, mau sebanyak apapun Kakakku memiliki anak, jika wanita itu hanyalah seorang gundik, posisiku dipastikan akan menjadi Raja berikutnya. Yah, meski aku bukan Raja, kedudukanku jelas masih lebih tinggi darimu, jadi tunjukkanlah sedikit sopan santun padaku.” Gilbert menghela napas. “Jadi, sebenarnya apa yang kau butuhkan dariku sampai menyeretku kemari sebelum aku menemui Yang Mulia? Kau tidak berniat membawaku kemari hanya untuk menceritakan delusi penobatanmu bukan?” James menopang dagu. Raut wajah jenakanya sirna, tergantikan dengan sorot mata tajam dan ekspresi dingin. “Westminster.” Ucapnya pelan. “Beberapa p*****r di sana hilang secara misterius. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kekerasan atau semacamnya, seolah mereka benar-benar pergi atas keinginannya sendiri.” “Jika memang seperti itu?” James mengangguk. “Jika memang seperti itu, aku tak akan memanggilmu.” Ia mengusap dagu. “Satu atau dua orang tak akan masalah, tapi lima puluh p*****r benar-benar menghilang tanpa jejak apapun. Kau kira, hal itu wajar?” “Sangat tidak wajar.” Gilbert menghela napas. “Kenapa aku harus menyelidiki hilangnya para p*****r? Aku tau mereka adalah hiburan untuk orang-orang sepertimu, tapi pengaruhnya untuk Kerajaan? Menyelidiki kematian seorang bangsawan lebih penting daripada hilangnya lima puluh p*****r. Lagipula, pengawal Kerajaan pasti sudah dikerahkan untuk itu.” “Tidak penting seandainya mereka hanya p*****r biasa.” Gilbert mengernyit. “Apa maksudnya?” “Nell Gwyn juga termasuk salah satu yang hilang. Entah kenapa, daftar p*****r yang hilang bukan p*****r-p*****r biasa. Tapi mereka-mereka yang juga berprofesi sebagai aktris dan ada hubungan dengan bangsawan-bangsawan kelas atas.” James menghela napas. “Kalau wanita-wanita yang berhubungan dengan Kakakku menghilang secara misterius, aku khawatir hal ini akan menjadi masalah untuk kestabilan Kerjaan. Memang sejak awal ada perjanjian bahwa hubungan dengan mereka hanyalah hiburan belaka, dan mereka pun tak memiliki kesempatan untuk menuntut apa-apa. Hanya saja, aku tetap merasa khawatir dan berfirasat buruk.” Gilbert melirik Nicolin, iblis dalam wujud manusia yang selalu tampak tenang sejak tadi, Gilbert berani bertaruh jika Nicolin pasti tahu sesuatu.  James adalah sosok yang cukup bebas dan penuh eskpresi, sangat bertolak belakang dengan Yang Mulia. Gilbert nyaris tak pernah melihat James tampak ketakutan. Jika ekspresi itu sampai menempel di wajahnya, berarti persoalan ini cukup serius. Nicolin menunduk. “Mohon izinkan saya berbicara, Tuan. Akhir-akhir ini, praktik ilmu hitam cukup merebak di sekitar Kerajaan, mereka biasa menculik seseorang sebagai tumbal pemujaan. Hanya…” Nicolin melirik Gilbert. Sang Tuan Muda meremat ujung pakaiannya, iris sewarna ruby miliknya menajam. “Lanjutkan.” “Rasanya aneh jika yang hilang adalah para p*****r. Meski pemujaan terhadap iblis adalah sebuah dosa besar, tumbal yang dibutuhkan tetaplah raga suci yang belum pernah dijamah orang lain.” James memejamkan matanya. “Jika begitu maka praktik ilmu hitam itu tak ada hubungannya dengan ini. p*****r-p*****r itu bukan kriteria yang cocok untuk tumbal, bukan?” “Tapi organisasi mereka terus meluas.” Nicolin menghela napas. “Saya tidak bilang bahwa mereka menghilang karena dijadikan tumbal… bisa jadi mereka bergabung dengan organisasi semacam itu?” James melebarkan matanya. “Apa maksudmu? Mereka bergabung dengan sekte seperti itu? Apa untungnya memuja sosok hina? Jika Kakakku mendengar soal ini, dia bisa memerintahkan p*********n besar-besaran!” Bibir Nicolin berkedut, seorang manusia lemah baru saja menghina bangsanya? Benar, dia dan iblis-iblis lain adalah sosok yang hina di mata para manusia, seolah-olah mereka adalah eksistensi paling suci. Seandainya dia sadar bahwa Marquess yang dipercayainya telah menggadaikan hidupnya pada sang iblis. Tapi tak masalah, sumpah darah mereka adalah perjanjian hingga mati. Sebelum Gilbert mendapatkan apa yang dia mau, Nicolin akan terus melindunginya. Dari hari ke hari, kegelapan dalam hati pemuda itu terus bertambah. Rasanya Nicolin benar-benar tak sabar untuk melahap jiwa lezat itu. Gilbert berdeham pelan, menyadarkan Nicolin dari fantasi kenikmatan jiwa sang Tuan. Pemuda itu menatap James. “p*********n?” “Sihir. Kerajaan sangat ketakutan dengan penyihir. Beberapa waktu lalu saat kau tidak bisa dipanggil, Kakakku sudah melakukan pembunuhan sebanyak dua puluh wanita yang diduga sebagai penyihir.” “Mereka benar-benar penyihir?” James menggeleng. “Aku tidak tahu. Kebanyakan dari mereka mengerti tentang tanaman-tanaman berkhasiat. Aku sudah menyelidikinya sendiri, aku sudah mengatakan kepada Kakakku untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut sebelum memutuskan hukuman mati untuk mereka.” James menghela napas, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi. “Tapi kau pasti tau bagaimana sifat Yang Mulia bukan?” “Heee…? Kau ternyata cukup baik. Tidak mau membunuh sembarangan, eh?” James menyeringai, ia meremat ujung pena bulu yang sejak tadi dimainkannya. “Aku lebib berhasrat membunuh orang-orang di dalam Kerajaan daripada wanita-wanita yang dicurigai sebagai penyihir itu.” Benar. Seperti yang diharapkan dari seorang Duke of York. Gilbert tidak akan mematuhinya andai James hanya sekadar Pangeran yang menumpang hidup enak dari Kakaknya, tapi tekad kuat dan ambisinya. Gilbert menarik sudut bibirnya. Keserakahan yang mirip dengan dirinya sendiri.   -----  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD