Dalam keterkejutannya, Nicolin hanya mampu berdiri mematung, menatap Gilbert yang telah dirasuki oleh jiwa lain menyeringai menatapnya. Iris ruby darah merpatinya berkilat-kilat, merefleksikan suasana hati yang tidak begitu baik. Meski warna mata itu tampak identik dengan milik Gilbert, Nicolin tahu bahwa kedua bola mata itu bukan benar-benar milik Gilbert.
“Kau.” Gilbert menunjuk wajah Nicolin. “Kau bukan manusia. Siapa kau sebenarnya?”
Tubuh Nicolin semakin kaku. Milo, Charly, dan Darius menatapnya dengan kerutan di dahi. Jelas, apa yang dikatakan Gilbert dengan jiwa lain itu menimbulkan kebingungan akut untuk mereka.
“Jangan dengarkan apa yang dikatakannya. Dia bukan benar-benar Tuan Muda.”
Milo menatap Gilbert dan Nicolin bergantian. “Apa yang terjadi dengan Tuan Muda? Mengapa dia menjadi orang lain seperti itu? Apakah dia kerasukan?”
Nicolin mengeleng. “Apapun itu, ini bukan hal yang baik. Tahan tubuh Tuan Muda agar dia tidak bergerak sesuka hatinya.”
Milo, Darius, dan Charly mengangguk bersamaan. Secara serentak mereka melompat ke atas ranjang, mengabaikan sopan santun yang selalu mereka jaga setiap kali berhadapan dengan Gilbert yang notabene benar-benar mereka hormati sebagai sosok yang memiliki derajat lebih tinggi dari mereka. Seolah terkoordinasi dengan baik, Darius, Milo, dan Charly memegangi posisi Gilbert secara berbeda-beda. Charly yang paling kuat menahan gerakan Gilbert dengan melingkarkan kedua lengannya ke d**a Gilbert, posisi itu membuat kedua lengan Gilbert ikut tertahan sehingga kesulitan untuk bergerak. Ia menekan kedua lengan Gilbert lantas kemudian menariknya hingga Gilbert jatuh terlentang di atas ranjang dengan Charly yang berada di bawah tubuhnya. Milo dan Darius menerjang bagian kaki Gilbert, menahannya untuk tetap pada posisi yang lurus dan tidak bergerak-gerak secara brutal.
Gilbert yang sedang dikuasai oleh jiwa lain terus menggeliat dan menggeram marah. “Lepaskan tubuhku sialan!” serunya.
Suara Gilbert yang biasanya terdengar dingin dan kalem. Ia masih remaja, sehingga suaranya belum terdengar begitu berat. Tetapi kemarahannya kali ini terdengar begitu berat, seolah orang dewasalah yang tengah membentak ketiga pelayan Grey itu.
“Jangan sampai menyentuh luka di d**a Tuan Muda atau bagian tubuhmu yang menyentuhnya akan terbakar habis.” Nicolin berusaha memperingatkan. Ia berdiri, meremat ujung pakaiannya. Rasa kesal yang membuncah tak mampu ia tahan hingga tubuh manusianya bergetar.
Dokter Albert datang tidak lama setelahnya bersama dengan Miya. Wajah pria dewasa itu tampak begitu terkejut.
“A-Apa yang terjadi dengan Tuan Muda?”
Nicolin menarik pakaian dokter Albert dan mendorongnya ke dekat tubuh Gilbert yang masih tertahan oleh ketiga pelayan lainnya. “Lakukan apapun yang kau bisa dan kembalikan Tuan Muda seperti sedia kala!”
Dokter Albert menganga. “Tampaknya apa yang terjadi kepada Tuan Muda bukanlah gejala medis, saya tidak bisa menanganinya.”
“Kau seorang dokter!”
Dokter Albert meneguk ludahnya susah payah. Bahkan Nicolin yang selalu tampak kalem dan menampilkan senyum ramah menjadi tidak terkendali hingga meninggikan suaranya.
“Saya hanya bisa menangani penyakit medis, Tuan Nicolin. Apa yang terjadi kepada Tuan Muda Gilbert adalah gejala supernatural, saya tidak memiliki kemampuan sihir dan semacamnya.”
Nicolin tahu. Ia benar-benar tahu apa yang terjadi kepada Gilbert bukanlah gejala penyakit medis. Ia juga tidak mengerti mengapa dirinya begitu bodoh dan menekan dokter Albert untuk menyembuhkannya. Mungkin ia begitu panik, atau merasa marah karena jiwa yang ia jaga untuk dinikmati di akhir kontraknya telah terkontaminasi oleh jiwa lain yang secara tidak terduga masuk ke dalam tubuh Gilbert bahkan mengambil alih kendali atas tubuhnya.
Ia tidak bisa mengeluarkan jiwa lain yang berada di tubuh Gilbert. Bahkan hanya untuk menidurkannya secara paksa, Nicolin tidak bisa. Ia juga tidak bisa melakukan hal-hal berbau supernatural sementara pelayan-pelayan Gilbert yang lain ada di di sekitarnya. Ia bisa saja mengusir mereka dan mengatakan bahwa ia bisa menanganinya sendiri. Tetapi seperti yang sudah terjadi, bahkan ia yang seorang iblis level tinggi tidak bisa menahan gerakannya. Apakah jiwa yang bercampur menjadi satu bisa memunculkan kekuatan yang begitu besar? Nicolin benar-benar tidak mengerti.
“Apa yang harus saya lakukan Tuan Nicolin?” tanya dokter Albert. Dari gerakan bola matanya yang gelisah, Nicolin bisa tahu bahwa dokter Albert jauh lebih panik daripada dirinya dan bahkan ketiga pelayan lain yang tengah berusaha keras menahan tubuh Gilbert.
“LEPASKAN AKU!” Jerit Gilbert keras.
Gilbert merentangkan kedua lengannya hingga membuat Charly yang sejak tadi berusaha menahannya sekuat tenaga terlempar dan mengahantam dinding dinding kamar. Ia kemudian menggerakkan kakinya, tepat menendang wajah Milo dan Darius hingga keduanya sama-sama mimisan.
Gilbert berdiri, menatap rendah kepada seluruh orang yang berada di kamarnya. “Apa ini? Mengapa pelayan Grey berani menyentuh Tuannya?”
Baik Nicolin, dokter Albert mau pun keempat pelayan lainnya membeku, menatap Gilbert dalam pandangan horor. Air muka Gilbert tampak begitu licik, dengan senyum asimetris yang menambah kesan menyeramkan dalam konteks ngeri. Hanya dalam beberapa detik dari senyuman itu muncul, luka berbentuk heksagon yang sebelumnya muncul di d**a Gilbert juga terbentuk di dahinya, begitu jelas dan berpendar terang.
Gilbert meraba dahinya, sebuah senyum puas tercipta. “Hee, anak ini benar-benar cocok denganku.”
Nicolin membelalakkan matanya. “Semua! Cepat keluar dari ruangan ini! segera!” teriak Nicolin.
Dokter Albert dan pelayan-pelayan lain yang tidak mengerti apa-apa hanya secara reflek patuh pada apa yang dikatakan oleh Nicolin. Segera setelah semua pelayan dan juga dokter Albert keluar, Nicolin menutup pintu ganda kamar itu dan menguncinya dari dalam. Ia tidak mau tahu apakah mereka masih berusaha mencuri dengar apa saja yang terjadi di dalam kamar Gilbert, yang jelas Nicolin harus mengeluarkan jiwa penyusup itu dari dalam tubuh Gilbert dan mengembalikan Tuan Mudanya seperti sedia kala.
Nicolin berdiri diam, dalam beberapa detik, cahaya berwarna kemerahan berpendar di sekitar tubuhnya, menutup visual pelayan yang selama ini ia gunakan.
“Aku tidak seharusnya menunjukkan wujud menjijikkanku ini kepada Tuanku, tetapi kau bukan Tuanku, jadi kurasa tidak masalah.” Nicolin berjalan, keluar dari cahaya kemerahan yang menyelubunginya. “Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya dan apa hubunganmu dengan Tuanku, tetapi masuk tanpa izin ke dalam tubuh orang lain itu tindakan yang tidak terpuji lho.”
Gilbert terbahak. “Kau? Sesosok iblis menjijikkan sepertimu menceramahiku tentang sebuah tindakan tidak terpuji?”
Nicolin mengulas senyum kecil, menampakkan kedua taringnya yang tajam. Tatapan mata berwarna crimson berkilat-kilat penuh amarah. “Bahkan untuk sosok menjijikkan sepertiku, tidak perlu mengambil tubuh orang lain untuk berdiri atas kehendakku sendiri. Kau yang berada di dalam tubuh Tuan Muda, adalah entitas yang seharusnya tidak ada.”
Gilbert yang dirasuki jiwa lain menggeram marah. Tanda heksagon di dahinya semakin bersinar terang. Nicolin menarik senyum tipis. Berhasil menarik kemarahan adalah tujuannya. Jika teorinya benar, jiwa asing itu akan keluar secara paksa ketika ia tidak lagi mampu mengendalikan emosinya. Hal itu sebenarnya juga bergantung kepada seberapa kuat Gilbert yang asli bisa menahan tekanan dari jiwa penyusup yang masuk secara paksa ke dalam tubuhnya. Masalahnya, Gilbert bukanlah orang yang terbiasa dengan hal-hal supernatural bahkan meski ia telah terikat kontrak darah dengan sesosok iblis. Nicolin yang berperan sebagai pelayannya sebisa mungkin melakukan segala sesuatu sesuai logika manusia, kecuali di beberapa kasus tertentu yang memang membutuhkan kekuatan supernatural miliknya. Itu pun, Gilbert tidak pernah memintanya. Semua itu semata-mata hanyalah rasa tanggung jawab Nicolin sebagai seorang pelayan yang ingin selalu tampil berguna di hadapan Tuan yang ia layani.
Hanya dalam sekedip mata, Gilbert yang sebelumnya berdiri di tengah ranjang telah berpindah tepat di hadapan tubuh iblis Nicolin, mencekik lehernya kuat-kuat. Nicolin menyeringai, menarik pergelangan tangan Gilbert dan memaksanya untuk terlepas dari lehernya. Ia melakukan itu dengan hati-hati, karena meski jiwa yang ada di dalam tubuh Gilbert sekarang bukanlah ia, tubuh yang tengah dipegangnya tetaplah milik Gilbert, yang harus ia jaga dan tidak boleh sampai terluka setitik pun.
“Siapa pun dirimu yang merasuk dalam tubuh Tuan Muda Gilbert, kau tetap memakai tubuh Tuan Muda, yang mana yaitu tubuh manusia. Apa kau pikir, meski Tuan Muda adalah Tuanku, aku tidak berani untuk melawannya?” Nicolin terkikik geli. “Aku hanya tinggal memastikan bahwa tubuhnya tidak terluka. Keluarlah, dan hadapai aku secara langsung.”
Gilbert tertawa-tawa seperti orang gila. Tubuh mungilnya terguncang-guncang, dan tidak lama setelah tawa menggila itu terdengar, Gilbert memuntahkan darah yang begitu banyak. Ia terbatuk sembari membelalakkan matanya. Kedua telapak tangannya mencengkram lehernya sendiri, berusaha menahan darah yang terus mendesak keluar.
Nicolin terkejut. Ia sama sekali tidak melukai Gilbert, dan dilihat dari kondisinya, jiwa yang berada di dalam tubuh Gilbert juga tidak berniat melukainya. Sepertinya, tekanan dari masuknya jiwa asing di dalam tubuh Gilbert membebaninya, membuatnya lemah hingga memuntahkan darah sebanyak itu. Gilbert terus terbatuk, memuntahkan darah, dan bernapas tersengal-sengal. Ia jatuh terduduk dengan kedua mata melotot. Benar-benar tampak kesakitan.
Nicolin mendekatinya, berusaha menyentuh tubuh Gilbert yang langsung ditepis begitu saja. “Kembali ke wujud pelayanmu, bodoh!” serunya.
Kedua bola mata Nicolin membola. Suara dan intonasi yang amat ia kenal. Gilbert kembali dan mengambil alih kendali tubuhnya lagi. Secara reflek Nicolin mundur, secepat kilat merubah bentuknya kembali sebagai Nicolin sang pelayan keluarga Grey. Ia kembali mendekat, membantu Gilbert untuk bangun dan memposisikannya ke atas ranjang.
“Ugh, benar-benar berantakan.” Keluh Gilbert.
Nicolin menunduk. “Mohon maaf Tuan Muda, aku akan segera membereskan semuanya. Untuk sekarang, biarkan aku membersihkan tubuhmu.”
Gilbert mengusap wajahnya, tampak sekali gurat lelah tersisa di wajahnya. “Milo dan yang lain, mereka melihatku ya?”
“Mohon maaf, Tuan Muda.”
Gilbert terdiam, ia membuka pakaiannya di bagian d**a. Simbol heksagon yang seperti luka bakar di dadanya benar-benar menghilang dan tak tersisa sama sekali. Seolah, kulit Gilbert tidak pernah mendapatkan luka itu. Mulus seperti sedia kala. Ia sadar sepenuhnya apa yang terjadi sebelumnya meski ia tidak berada pada kendali atas tubuhnya sendiri. Ia bisa melihat semuanya karena memang tubuhnya lah yang tengah bergerak. Sialnya, ia hanya dapat melihat tanpa bisa melakukan apa-apa, dan hal itulah yang membuatnya merasa benar-benar frustrasi.
“Tuan Muda?”
“Kerasukan roh setan mungkin normal, tapi mengapa aku bisa kerasukan jiwa yang bahkan tidak kukenal?”
“Maaf?”
“Tanda heksagon itu, sama seperti tanda yang dimiliki oleh sosok yang kutemui di dalam ingatanku. Pria yang tampak begitu mirip denganku itu memiliki tanda yang sama, terletak tepat di dahinya. Aku melihat semuanya, apa yang tubuhku lakukan sebelumnya atas kendali pria itu. Dia mengambil alih tubuhnya hanya dalam waktu singkat, tetapi lihat apa yang ia lakukan?” Gilbert terkekeh miris. “Ia benar-benar mengacaukan semuanya.”
“Mengapa pria itu bisa mengambil alih tubuh Tuan Muda?”
Gilbert mengangkat bahu. “Dia selalu bilang bahwa kami terhubung, dan meski aku yakin sepenuhnya bahwa aku tidak pernah melihatnya di pohon keluarga Grey, dia adalah seorang Grey yang dihapus eksistensinya dari sejarah. Dia adalah keturunan lebih tua dari keturunan pertama yang tercatat di pohon keluarga Grey, karena itulah aku tidak mengenalnya sama sekali. Masalahnya, mengapa jiwa seorang leluhur yang terpaut jarak ratusan tahun menemuiku? Ayahku tidak pernah mengalami hal yang sama, pun kakekku. Mengapa ia merasuk pada tubuh keturunannya yang terput jarak zaman begitu jauh? Mengapa tidak kepada keturunannya yang lebih dekat?” Gilbert meremat surai pirangnya, kepalanya terasa begitu sakit karena beragam pikiran termasuk sisa efek dari kerasukan jiwa pria Grey itu.
Nicolin mendengarkan seluruhnya dengan seksama, termasuk mencermati dan berusaha menganalisis sebenarnya apa yang diinginkan jiwa Grey yang tiba-tiba muncul di dalam ingatan Gilbert.
“Adakah pemicu hingga jiwa leluhur Tuan Muda muncul?”
“Buku itu.” Gilbert menunjuk buku harian tua yang tergeletak dengan posisi terbuka di halaman terakhir. “Dia adalah orang yang menulis buku harian itu, dan dia mengatakan bahwa akulah yang menginginkan untuk bertemu dengannya.”
Buku itu menyimpan banyak misteri sejak awal ditemukan. Gilbert sempat melupakannya karena banyaknya pekerjaan yang harus ia urus. Nicolin tidak melihat Gilbert membacanya, kemungkinan Tuannya membaca buku harian tua itu saat dirinya hendak tidur atau saat ia tengah sendirian. Jika benar buku itu adalah pemicu, lantas adakah pemicu lain mengapa sesosok jiwa bisa merasuki seseorang sampai mengendalikan tubuhnya?
-----