Nicolin menghalangi pandangan Gilbert dengan berdiri tepat di hadapannya. “Sebaiknya Tuan Muda tidak melihatnya terlalu lama.”
Gilbert menggeleng dan mendorong tubuh Nicolin agar menjauh dari pandangannya. “Jangan menghalangiku. Aku harus memeriksa mayat-mayat itu untuk memastikan siapa saja mereka.”
Nicolin membelalak. “Tidak, Tuan Muda!” serunya. “Aku yang akan mengurus mayat-mayat ini. Lagipula kondisi mereka sudah banyak yang rusak. Kemungkinan mereka sudah terbunuh lebih dari dua minggu.”
“Memangnya kau tahu soal mengidentifikasi mayat?” Gilbert manikkan sebelah alisnya. “Apa iblis juga memiliki keterampilan sebagai dokter?” Tanyanya penuh sarkas.
Nicolin tersenyum sabar. “Ratusan tahun melayani manusia sudah cukup untukku memahami ilmu itu, Tuan Muda. Hanya saja, kita tidak mungkin membawa semua tubuh-tubuh ini keluar dari sini. Sepertinya tidak ada jalan keluar lain selain pintu rahasia di perpustakaan lama, dan dari sana kita tetap harus lewat area dalam istana di mana para pelayan dan penghuni istana berlalu-lalang setiap waktu. Jadi, apa yang akan Tuan Muda lakukan?”
Gilbert mengusap dagunya. Bau busuk menyengat dari tumpukan mayat-mayat itu sudah tak lagi begitu mengganggunya. Apa yang dikatakan Nicolin sepenuhnya benar. Mereka tidak bisa keluar dari aula rahasia itu tanpa melewati bagian dalam istana.
“Jika kita tidak ada jalan lain untuk masuk ke aula ini selain melewati perpustakaan lama itu, bagaimana orang-orang ini dibawa masuk? Tidak mungkin pelaku ritual itu membawa mereka dalam keadaan sadar ‘kan? Kalau begitu, seharusnya ada jalur lain untuk keluar selain melewati perpustakaan lama.” Ujar Gilbert.
“Tapi aku sudah memeriksa seluruh aula ini dan belum menemukan ada pintu keluar lain, Tuan Muda.”
Gilbert melirik sekitarnya dengan alis mengeriting. Tidak mungkin hanya ada satu jalur untuk ruangan rahasia seperti ini. Tidak mungkin semua korban ini dibawa dalam keadaan sadar. Seharusnya memang harus ada jalur lain untuk masuk ke aula ini.
Gilbert kembali memandangi tumpukan mayat di hadapannya kemudian menoleh kepada Nicolin. “Periksa sekali lagi. Jika itu bukan pintu, mungkin lubang atau apapun yang intinya bisa muat untuk dilewati manusia. Aku akan memeriksa mayat-mayat itu untuk melihat apakah laporan kehilangan sebelumnya cocok dengan semua mayat yang ada di sana.”
Nicolin melepas sarung tangannya dan memakaikannya kepada Gilbert. “Aku tidak membawa sarung tangan standar untuk memeriksa mayat karena tidak mengira akan menemukan mayat-mayat itu Tuan Muda, jadi setidaknya pakailah sarung tanganku.”
Selepas Nicolin berbalik untuk kembali memeriksa tiap sudut aula itu, Gilbert mendekat kepada tumpukan mayat-mayat yang terhampar berantakan di hadapannya. Bau busuk semakin menyengat ketika Gilbert tepat berada selangkah di hadapan tubuh-tubuh itu. Kulit-kulit mereka sebagian besar telah menghitam dan bahkan beberapa telah mengeluarkan belatung yang tercecer di lantai sekitarnya. Sangat-sangat menjijikkan bahkan untuk Gilbert sendiri. Gilbert sulit untuk mengenali mereka, terutama karena kondisi mereka yang sudah rusak dan bertumpuk-tumpuk tak beraturan. Totalnya ada dua puluh lima mayat yang terdiri dari berbagai kalangan. Sangat sesuai dengan perhitungannya selama ini. Gilbert tidak melihat mayat lima wanita dari distrik hiburan yang pertama kali menghilang dan menimbulkan kecurigaan itu, dengan kata lain mereka berlima dipastikan menjadi wadah iblis dari ritual abu pemanggil itu.
Gilbert mendorong salah satu mayat laki-laki yang tampaknya seorang dokter kerajaan—karena Gilbert begitu hafal dengan pakaian mereka—dengan menggunakan kakinya. Di bawah mayat lelaki itu, ada mayat bangsawan-bangsawan muda yang baru saja mendapatkan upacara kedewasaannya di malam ketika Gilbert menghadiri acaranya di kediaman keluarga Bridges dan pertemuannya dengan dokter Albert. Jika dilihat dari kondisinya, timing kematian mengejutkan mereka waktu itu benar-benar cocok. Mereka bahkan masih memakai pakaian yang sama seperti malam itu.
Gilbert berjongkok dan meraba bagian d**a kiri mereka. Berlubang sama seperti yang lainnya. “Heeh, benar-benar mengerikan.” Gumamnya pada diri sendiri.
Gilbert ingin memeriksa seluruh mayat yang ada di sana, namun tentu saja itu tidak mungkin. Ia ingin membawa semua mayat itu kembali ke mansion Grey dan menawarkan perjanjian dengan dokter Albert. Dokter yang sudah ia kenal sejak dirinya masih kecil itu adalah satu-satunya orang netral yang pernah ia kenal, atau setidaknya itulah yang ia lihat hingga saat ini. Hasrat hidupnya hanya belajar ilmu kedokteran sampai ia benar-benar mahir, dan sisanya ia tidak begitu memiliki ambisi aneh-aneh yang kemungkinan merugikan pihak lain. Gilbert tahu itu karena Ayahnya—Alexander Grey selalu mampu melihat ambisi seseorang dari matanya. Keinginan dokter Albert hanya belajar untuk dirinya sendiri, dan karena alasan itu pulalah Ayahnya membawa dokter Albert untuk dipekerjakan di istana.
Namun dengan apa yang ia alami, juga pengambilan paksa dirinya dari kediaman Briges, apakah dokter Albert masih mau bekerja sama untuknya?
Nicolin segera datang tak lama setelahnya. “Ada jalan keluar ke atas Tuan Muda.”
Gilbert menaikkan sebelah alisnya. “Berarti langsung ke permukaan?”
“Benar. Ada undakan di ujung aula bagian kiri. Bagian itu tidak begitu jelas karena nyaris tertutup oleh lukisan-lukisan besar yang dipajang hampir di seluruh dinding. Agak susah untuk mencapai ke sana dari bawah sini. Kurasa pintu itu memang hanya difungsikan untuk memasukkan orang-orang itu kemari tanpa harus melewati bagian dalam istana.”
“Aku membutuhkan semua mayat itu.”
“Maaf?”
“Kau harus membawanya ke mansion Grey. Dokter Albert harus memeriksa semuanya.”
Nicolin melebarkan matanya. “Tapi dokter Albert adalah tahanan kita, apa beliau mau bekerja sama? Dan apa Tuan Muda juga siap jika beliau tahu bahwa identitas penculiknya selama ini adalah putera dari orang yang sangat ia hormati?”
Gilbert melirik Nicolin lewat ekor matanya. “Ayahku tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang kulakukan. Kebakaran itu menghapus semuanya termasuk masa laluku dengan keluargaku. Aku adalah orang yang berbeda. Sekarang, yang ada hanyalah Gilbert Grey!” Serunya tajam.
Nicolin berlutut dan meletakkan tangan kanannya di d**a. “Baik,Tuan Muda.” Dan ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan seringainya ketika mendengar apa yang Gilbert katakan.
---
Nicolin mengeluarkan Gilbert lewat pintu kayu yang mengarah ke atas hanya untuk mengetahui ke mana arah pintu itu sebelum kemudian kembali ke aula dan keluar melewati bagian dalam istana. Gilbert tidak mau tahu apa yang akan Nicolin lakukan untuk membawa dua puluh lima mayat yang sudah membusuk itu. Yang jelas, Gilbert ingin semua mayat itu ada di mansion Grey.
Gilbert tidak memiliki rencana apapun untuk memastikan bahwa dokter Albert mau bekerja sama untuknya. Namun, sebuah ide muncul seketika hanya karena ia melihat lima mayat dokter seperti yang dikatakan dokter Albert sebelumnya, juga alasan mengapa ia melarikan diri bersama Dexter ke kediaman Bridges.
Hampir lima belas menit Gilbert hanya duduk pada kursi kayu di ruangan bawah tanah tempatnya menyekap dokter Albert. Nicolin sudah terlebih dahulu menutup mata dokter itu sebelum Gilbert datang. Ia memandangi dokter Albert dalam diam, berkutat dengan pikirannya sendiri.
“Halo dokter, aku ingin kau bekerja sama.”
“Maaf?”
“Periksa seluruh mayat yang kutemukan. Aku harus mendapatkan petunjuk apapun dari mayat-mayat itu.
Dokter Albert mengernyit. “Mengapa aku mengenal suaramu? Apakah kau orang yang berbeda dengan yang sebelumnya?”
Gilbert terbahak kencang. “Kau akan jauh lebih terkejut saat melihat siapa aku. Aku tidak menjamin kau mau bekerja sama, tapi kurasa kau akan berubah pikiran saat kau melihat mayat-mayat itu.”
Dokter Albert tampak semakin bingung dari raut wajahnya, dan Gilbert tidak bisa untuk tidak tergelitik melihatnya. “A-Apa kau akan melepaskanku jika aku mau bekerja sama denganmu?”
“Entahlah, tergantung bagaimana pekerjaanmu nanti. Kurasa, kau bahkan jauh lebih aman berada di sini. Tanpa status yang menopangmu, berkeliaran di luar sana sementara kau tahu sesuatu tentang isi istana rasanya cukup berbahaya. Aku tidak salah ‘kan?”
Dokter Albert meneguk ludahnya gugup. Gilbert tahu segalanya, dan bermain dengan kata-kata juga adalah keahliannya. Orang biasa yang tidak memiliki gelar bangsawan selalu tertindas di mana saja. Tidak ada hak istimewa untuk mereka, dan jalan utama untuk hidup aman hanya dengan menutup mata dan telinga, tidak perlu tahu apa yang sedang terjadi. Dunia memang selalu tidak adil untuk orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan.
“Aku…. Aku akan membantumu.” Katanya lemah.
Gilbert tersenyum tipis. “Buka saja penutup matamu. Kurasa sudah saatnya kau tahu siapa yang membawamu selama ini.”
Dokter Albert menarik ikatan kain di matanya dengan telapak tangan bergetar. Sementara itu, Gilbert menatapnya lurus sembari duduk di kursi kayu dan menyilangkan kaki kananya. Dokter Albert masih memejamkan matanya ketika kain penutup mata itu telah terjatuh dari wajahnya. Ragu-ragu ia membuka kelopak matanya. Sepertinya beberapa ancaman Nicolin tempo hari cukup membebani mentalnya
Ketika dokter Albert benar-benar membuka matanya, Gilbert bisa melihat wajahnya memucat dengan kedua mata melotot dan bibir yang terbuka.
“M-Marquess Grey.” Cicitnya terbata.
“Selamat datang, dokter.”
Dokter Albert segera turun dari kursinya dan menunduk hingga dahinya menyentuh lantai. “S-Saya…. Saya…. “
Gilbert menatapnya datar. “Angkat wajahmu dan bicaralah denganku.”
Dokter Albert tampaknya benar-benar tidak mengira bahwa yang menyekapnya selama ini adalah orang yang benar-benar ia kenal. Gilbert telah memprediksi bahwa dokter itu akan sangat terkejut begitu tahu bahwa ia yang menculiknya. Tapi reaksi dokter Albert yang langsung bersujud di hadapannya sama sekali tidak masuk ekpektasinya. Seolah ia melakukan kesalahan besar saja.
“Aku tidak tahu mengapa kau harus bersujud di hadapanku. Bangun dan tatap wajahku!” Seru Gilbert lagi.
Dokter Albert takut-takut mengangkat wajahnya. Ia menatap mata Gilbert meski posisinya tetap bersujud di lantai. “M-Maafkan saya, Tuan Muda.” Serunya berkali-kali.
Gilbert mengernyit. Rasanya ia tidak ingat dokter Albert memiliki kesalahan padanya. Gilbert menganggap bungkamnya dokter Albert sebelum Nicolin menculiknya semata-mata hanya untuk melindungi dirinya. Tapi mengapa ia meminta maaf sekarang?
“Bangun, dokter!”
Dokter Albert memperbaiki posisinya menjadi duduk di lantai. “Saya benar-benar mohon maaf, Tuan Muda.”
Gilbert mendengus. “Cih, kenapa kau meminta maaf padaku? Aku bahkan tidak ingat kau melakukan kesalahan padaku.”
Dokter Albert tampak terkejut dengan kalimat Gilbert dan Gilbert menyadari sedikit ekspresi itu.
“Bu-Bukan, bukan apa-apa, Tuan Muda.”
Gilbert penasaran mengapa dokter Albert menyembunyikan alasan permintaan maafnya, tetapi Gilbert sedang tidak ingin membahasnya sekarang. Ia hanya perlu mengingat bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh dokter Albert darinya. Sekarang ini, urusan utamanya adalah tentang mayat-mayat itu.
“Aku menemukan semua mayat dari orang-orang yang dikabarkan hilang akhir-akhir ini, dan aku ingin kau memeriksa semuanya.”
“Mayat? Mereka semua benar-benar mati?” serunya kaget.
Gilbert mengangguk. “Aku tidak memintamu, aku memerintahmu, jadi tidak ada alasan untuk menolakku.” Dan ia kemudian segera beranjak pergi dari ruangan itu.
-----