Ibu mertua

1784 Words
Author pov* Matahari begitu terik, saat ini adalah puncak musim panas di Korea. Hawa panas di luar sana membuat Lee Donghwa ingin segera sampai di rumah dan menyantap bingsu buatan sang istri. Bingsu adalah es serut khas korea dengan kacang merah dan potongan kue beras. Tapi terkadang juga ditambah es krim dan beberapa buah. Donghwa masuk ke apartemen dan segera menuju ke dapur. Ia mencari keberadaan sang istri. "Yeobo!" Tak ada sosok itu di dapur. Lalu Donghwa masuk ke kamar, "Yoona-ya, kau di mana?" Tapi istri cantiknya itu juga tak ada di kamar. "Dia pergi? Bukankah tadi dia bilang ada di rumah?", gumamnya sambil masuk ke kamar mandi. Setelah membasuh muka dan berganti pakaian, Donghwa pergi ke dapur berniat mencari bingsu di kulkas. Tapi sebelum itu, ia menemukan sebuah catatan di pintu kulkas. Aku ke luar membeli buah dan sayur. Aku tidak membawa ponsel karena baterainya sedang diisi. Bingsunya ada di kulkas, cepat makan sebelum meleleh! Donghwa tersenyum setelah membaca pesan itu. Kemudian ia mengambil sebuah kotak di kulkas, itu adalah bingsu yang Yoona maksud. Setelah memindahkannya ke mangkuk, Donghwa menambahkan es krim vanila di atasnya. Ia membawa semangkuk bingsu kacang merah itu ke meja makan, berniat memakannya sambil melihat pemandangan diluar jendela. Baru juga Donghwa menyuapkan satu sendok bingsu ke mulutnya, bel berbunyi. 'Itu pasti eomma', Tebaknya dalam hati. Ia menyuapkan satu sendok bingsu lagi ke mulutnya, lalu segera bergegas untuk membuka pintu. Bel terus berbunyi hingga membuat Donghwa kesal. "Kenapa lama sekali?" Kesal Min seok ketika Donghwa membukakan pintu. "Eomma sendirian?" "Kakakmu mengantar sampai di depan lift saja", Jawabnya sambil masuk melewati putranya. Donghwa melihat tas belanja sang ibu, kemudian dia mengambil alih. Mereka berjalan bersama menuju dapur. Donghwa meletakkan barang belanjaan ibunya di meja dapur, sedangkan ibunya duduk. "Dimana istrimu?" "Dia sedang keluar" Min seok melihat semangkuk bingsu di meja makan, kemudian ia berdecak sambil menggeleng. "Itu makan siangmu?" "Bukan. Aku belum makan siang" "Istrimu tidak menyiapkan apapun selain itu?" "Bukan begitu, aku memang sedang ingin makan ini" Min seok beralih ke tas belanjanya, lalu mengeluarkan isinya satu persatu. Ada bayam, pisang, tauge, dan kerang di bagian bawah. "Eomma membeli kerang?" "Iya", Jawabnya sambil menaruh bungkusan kerang itu ke wastafel. "Kenapa eomma cemberut begitu?" Wajah Min seok memang tampak tak senang. Ia terlihat kesal sejak masuk tadi. Donghwa yakin jika ibunya kesal bukan hanya karena dirinya lama membukakan pintu. "Eomma, ada apa?" "Aku baru berkumpul dengan teman-temanku" "Lalu? Bukankah seharusnya kau senang? Eomma belanja apa saja tadi?" Min seok menghela nafas panjang, "Kenapa mereka semua harus membawa cucu? Jiwon sedang ikut kelas balet, jadi aku tidak bisa mengajaknya" Donghwa menggaruk alisnya yang tidak gatal sembari melangkah ke ruang makan. Ia tahu kemana selanjutnya arah pembicaraan sang ibu. Jadi Donghwa sengaja tidak bertanya lagi dan kembali menikmati bingsunya sambil melihat keluar jendela. Sedangkan sang ibu pergi ke kamar mandi. Donghwa melihat jam tangan, pukul setengah dua belas. Sementara itu, Yoona baru saja keluar dari lift. Ia berjalan cepat menuju unit sambil tersenyum. Dengan semangat menekan password, karena ia tidak sabar melihat sang suami yang ia bayangkan sedang memakan bingsu buatannya. Begitu mendengar suara ketika Yoona memasukkan password, Donghwa senang sekaligus khawatir. Ia senang karena istrinya pulang dan akan makan siang bersama. Dan ia khawatir jika sang ibu akan membicarakan masalah cucu lagi dan membuat sang istri tertekan. Meskipun Yoona tak pernah mengeluhkan hal itu, tapi Donghwa tak tega ketika melihat Yoona mendengarkan harapan ibunya yang terlalu besar dan menyuruh Yoona terus memakan makanan yang ibunya bilang makanan penyubur kandungan. "Sayang", Panggil Yoona sambil berjalan mendekat. "Sudah makan bingsu?" "Iya. Rasanya enak sekali", Puji Donghwa, dan dibalas ciuman di pipi oleh sang istri. "Eommonim membeli ini?", Tanya Yoona sambil membuka pembungkus kerang. "Iya. Kau belum masak?" "Belum. Aku ganti baju dulu", Pamitnya sambil melangkah menuju kamar. Min seok keluar dari kamar mandi ketika Donghwa sedang mencuci mangkuk bekas bingsunya. Lalu Min seok membuka pembungkus kerang untuk mencucinya. Selesai mencuci mangkuk, Donghwa beralih membelakangi sang ibu. Ia duduk di depan meja dapur sambil membuka tas belanja sang ibu, melihat lagi apa yang ibunya bawa. "Eomma, kenapa kau membawa ini lagi? Bahkan yang terakhir kali belum habis." "Apa?!", Min seok menoleh. "Kenapa belum habis? Itu stok untuk satu bulan." "Rasanya tidak enak, aku tidak suka. Jadi aku hanya minum beberapa kali." "Hah…" Ibunya menghela nafas. "Tapi Yoona minum setiap hari" "Sama saja itu percuma!" Yoona yang baru saja keluar dari ruang pakaian mendengar pembicaraan suami dan ibu mertuanya. Ia melangkah perlahan mendekat ke pintu kamar yang terbuka, mencoba mendengarkan lebih jelas apa yang mereka bicarakan di luar sana. "Kenapa kau susah sekali? Aku tidak minta aneh-aneh. Aku hanya ingin cucu darimu dan Yoona. Aku iri ketika melihat teman-temanku membawa cucu laki-laki mereka" "Eomma, membuatnya mengandung tidak semudah membalikkan telapak tangan" "Apa kalian sudah pernah memeriksakan diri ke dokter kandungan?" "Untuk apa?" "Tentu saja untuk memeriksa dia. Kau harus pastikan dia subur atau tidak" "Eomma!" Donghwa kelepasan membentak sang ibu. Ia takut istrinya mungkin mendengar kemudian tersinggung. Namun Yoona sudah terlanjur mendengarkan, ia mematung di depan pintu setelah mendengar ucapan sang ibu mertua. Membuat Donghwa memijat pelipisnya saat ia tahu istrinya itu sedang mengintip dari pintu kamar. "Kau baru saja membentak ibumu?", Min seok menghentikan pekerjaannya, menatap sang putra sambil melepas sarung tangan. "Eomma, aku tidak bermak_" "Ya, lakukanlah! Aku hanya ingin melakukan yang terbaik untuk kalian" Yoona mengambil nafas dalam-dalam, menghembuskannya lewat mulut dengan perlahan. Ia tersenyum, kemudian mulai melangkah ke luar kamar. "Eommonim!" Min seok tampak terkejut, ia memandang Yoona yang sedang tersenyum sambil melangkah ke dapur. "Mau mengajariku memasak kerang?", Tanya Yoona sambil melihat ke kerang yang sudah dicuci bersih. "Wah, ada tauge. Kebetulan aku ingin sup tauge" "Kau juga baru belanja?" "Iya", Jawab Yoona sambil memandang suaminya sekilas. "Ayo kita masak kerang dan taugenya", Ajak Min seok sambil mengambil sebuah wajan. Yoona mengangguk dan tersenyum. "Yeobo, bukankah kau bilang ingin membuat soba?" Dengan delikan tajam, Yoona menatap sang suami. Itu adalah isyarat agar Donghwa diam. Donghwa berdecak kesal sambil berlalu meninggalkan dapur. "Eommonim, apa saja bahan yang harus disiapkan?" "Kau punya tahu, sawi, dan daun bawang?" "Iya", Jawabnya sambil membuka pintu kulkas. "Aku juga punya sedikit cumi dan udang. Apa kita bisa menambahkannya?" "Tentu saja. Kau siapkan saja. Aku akan mencincang bawang putih, mengiris cabai dan jahenya" "Baik" Yoona mengikuti instruksi sang ibu mertua ketika memasak. Yoona menumis bawang putih dan jahe hingga harum, lalu memasukkan kerang dan cumi. Sementara sang ibu mertua membuat kaldu udang. Setelah itu kaldu dituangkan pada tumisan kerang dan cumi. "Tambahkan cabai merah, gochujang dan doenjang. Setelah mendidih masukkan tahu dan sawinya" "Ne, eommonim" Menu makan siang sudah siap, Yoona yang menatanya di atas meja makan. Min seok baru saja menghangatkan kimchi dan menaruhnya di piring kecil. "Oppa, ayo makan siang" "Iya!" Donghwa menyantap makan siangnya dengan malas, tentu saja itu karena ia tak menginginkan menu ini. Sudah sejak semalam ia bilang pada istrinya untuk makan soba saat jam makan siang. Yoona melirik Donghwa, ia paham jika suaminya kesal. "Sepertinya kurang sedikit garam", ucap Min seok setelah mencicipi kuahnya. "Biar aku yang ambil", Yoona hendak bangun. "Tidak usah, biar aku saja" Ketika sang ibu mertua ke dapur, Yoona mendekat ke suaminya dan berisik. "Oppa, ayo makan yang banyak. Apa rasanya tidak enak?" "Masakanmu selalu enak" "Ayolah, kumohon…." Melihat sang ibu mertua kembali, membuat Yoona segera menjauh dari Donghwa. Kemudian Yoona menambah garam pada masakannya itu. Menyadari putranya yang makan sangat sedikit, membuat Min seok menggeleng. "Kenapa kau ini? Kau harus makam yang banyak. Kerang ini bagus untuk kesuburan" Donghwa hendak membuka suara, tapi Yoona lebih dulu bicara. "Donghwa oppa masih kenyang karena memakan bingsu lumayan banyak" "Harusnya kau makan bingsu itu nanti. Sudah aku bilang berkali-kali. Jangan lewatkan jam makan dan jangan telat makan. Makan makanan yang bergizi." "Eom_" "Ne, eommonim", Yoona menyela sang suami yang lagi-lagi tampak mengeluh. "Contohlah istrimu. Jadi anak penurut pada orangtua" "Sebenarnya anak eomma itu aku atau Yoona?" Pertanyaan Donghwa membuat Yoona tertawa. Benar, Yoona memang begitu penurut dan sabar menghadapi ibu mertuanya yang terkadang cerewet. Tapi Yoona paham jika itu semua dilakukan karena sang ibu mertua sangat peduli dan menyayangi anak serta menantunya. Sementara Donghwa, ia sering mengeluh bahkan berdebat dengan sang ibu jika saja Yoona tak menunjukkan delikan tajamnya. "Aku ingin bertanya, tapi jangan tersinggung" "Ne, eommonim. Tanyakan saja" "Apa kau tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun?" Seketika mangkuk yang sedang Yoona cuci terjatuh ke wastafel. Yoona dan Min seok sama-sama terkejut. "Hati-hati" "Maaf, aku menaruh sabun terlalu banyak", Kilah Yoona. Padahal sebenarnya ia terkejut dengan pertanyaan ibu mertuanya. Donghwa keluar dari ruang kerjanya, lalu menyusul istri dan ibunya yang masih berada di dapur. Tampak ibunya sedang membuka bungkus obat herbal yang pernah ia bawa sebulan yang lalu. "Jangan lupa minum satu setiap hari. Dan pastikan juga suamimu minum." "Ne." "Donghwa bilang miliknya masih banyak. Apa kau tak mengingatkannya?" "Sudah ku bilang, aku tidak suka rasanya, eomma…" Min seok berbalik dan menatap sang putra, "Dasar anak nakal!" "Eomma, sudah ku pesankan taxi. Maaf aku tidak bisa mengantarmu. Aku ada pekerjaan" "Kau mengusirku?! Baiklah" "Astaga, bukan begitu. Jaehwa hyung bilang bahwa Jiwon sebentar lagi tiba di cafe. Bukankah kau ingin menemuinya?" "Kenapa dia tidak menelponku" "Dia bilang ponselmu tidak aktif" Yoona mengantarkan sang ibu mertua sampai ke depan lift. Sebelum masuk lift, Min seok kembali mengingatkan. "Masak taugenya besok. Dan jangan lupa minum obat herbalnya!" "Ne, eommonim. Hati-hati." Yoona sedikit membungkuk, kemudian melambai sampai pintu lift tertutup. Yoona menghela nafas lega. Kemudian ia kembali ke unitnya. Ia langsung pergi ke dapur, dilihatnya sang suami sedang menatap laptop di ruang makan. Yoona mengambil secangkir obat herbal yang tadi sempat di seduh sang ibu mertua, lalu Yoona meminumnya. Ia mengernyit karena rasanya sedikit pahit. Melihat hal itu, Donghwa segera bangun dan mengambilkan air putih. "Uhuk! uhuk!", Yoona tersedak karena buru-buru meminumnya. "Yeobo, pelan-pelan", Donghwa mengusap punggung Yoona dengan khawatir. Yoona masih terbatuk-batuk sampai matanya berair. Lalu ia menyeka mulutnya dengan air keran. "Yeobo", Donghwa meraih pinggang ramping sang istri agar lebih mendekat. Kini keduanya saling menatap. "Ada apa?", Tanya Yoona begitu batuknya reda. "Kau tidak harus menuruti semua yang eomma katakan. Termasuk dengan obat herbal itu. Jangan terus meminumnya, rasanya sangat tidak enak" "Tidak, itu tidak buruk" "Ck, dasar menantu baik" Dan Yoona tersenyum. Lalu ia mengecup bibir sang suami yang tampak cemberut, membuat bibir itu tersenyum setelah mendapat kecupan ringan. Tangan Yoona melingkar di leher Donghwa, lalu kembali mencium bibir itu. Namun hanya sebentar, Yoona melepaskan ciuman itu. "Wae? Apa aku perlu menggosok gigi lagi?" "Bukankah tadi kau bilang ada pekerjaan?" Donghwa mengeratkan pelukan di pinggang istrinya, membuat tubuh mereka merapat. "Iya, pekerjaan rumah tangga bersama istriku" "Apa?!" "Hahahaha….!" "Dasar anak nakal!", Ucap Yoona sambil mencubit hidung mancung suaminya dengan gemas. "Akh, yeobo! Sakit!" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD