Udang di balik batu

1944 Words
Author pov*  Donghwa memasukkan ponsel dan botol minumnya ke dalam tas dengan tergesa. Dia bahkan hampir melupakan topi jika saja Won tak melemparnya.   "Kau pulang duluan?", Tanya Jong woon sebelum Donghwa benar-benar pergi.   "Mungkin sebentar lagi istriku akan mengunci pintu kamar", Jawabnya sambil melihat jam di ruangan itu. Sudah pukul 20.45.  "Yoona, aku mendukungmu!", Seru Hyuk ketika sahabatnya itu bergegas keluar dari studio.   Donghwa mendengar Hyukjae, Jong woon, dan Won tertawa. Tapi Donghwa tak menghiraukannya. Sekarang yang ada di pikirannya hanya bagaimana dia bisa sampai dalam waktu lima belas menit? Sedangkan jarak antara gedung SS dan gedung apartemen itu biasa ia tempuh dalam waktu sekitar dua puluh menit.  Mobil silver itu melaju, Donghwa menambah kecepatan ketika jalanan mulai  lenggang. Ketika sampai di basement, ia segera membuka pintu dan berlari menuju lift.  "Ah, sial!", Umpatnya ketika melihat jam di ponselnya.  Donghwa menggerak-gerakkan kaki kirinya, rasanya begitu lama menunggu lift itu sampai di lantai 17. Begitu pintu lift terbuka, ia segera berlari menuju unitnya. Donghwa menekan password dengan cepat, membuka pintu dan langsung melepas sepatunya begitu masuk.   "Sayang? Kau kenapa?", Tanya Yoona begitu melihat sang suami berdiri di dekat meja dapur.  Donghwa mengatur nafas sebelum menjawab. "Tidak ada. Aku pikir kau_"  "Kenapa kau masih memakai kaos kaki? Cepat lepas. Akan ku siapkan air setelah menyelesaikan ini."  Donghwa memperhatikan istrinya yang sedang memindahkan masakan dari wajan ke piring saji. Yoona memakai daster seperti biasanya. Dan sepertinya istrinya itu tidak marah dengan keterlambatannya.  "Tidak usah menyiapkan air. Aku sedang tidak ingin berendam"  "Baiklah. Jangan lama-lama. Aku sudah lapar"  Yoona tersenyum melihat sang suami masuk ke kamar. Kemudian ia mulai menata meja makan. Malam ini ia memasak ayam lada hitam, lalu tumis jamur, wortel, dan brokoli. Hanya dua masakan ditambah kimchi dari sang ibu mertua.  Selesai menyiapkan makan malam, Yoona pergi ke kamar dan masuk ke ruang pakaian. Dia menyiapkan baju untuk sang suami. Tak lama kemudian Donghwa keluar dari kamar mandi, disambut senyuman dari sang istri.   "Kau masak apa?"  "Hanya ayam dan tumis sayur"  "Ayo makan"  Yoona melayani sang suami dengan senang. Dan Donghwa memperhatikan sejak tadi. Ia merasa heran, tadinya ia pikir Yoona akan marah dan benar-benar mengunci pintu mengingat sore tadi Yoona marah karena Donghwa ada janji mendadak, bahkan Yoona sampai menangis.   Yoona menyadari jika Donghwa memperhatikannya. "Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?"  Donghwa menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, hanya ingin memandangmu saja"  Yoona tertawa, "Ada-ada saja"  Donghwa makan dengan lahap, nasi dan lauk yang Yoona siapkan benar-benar habis tak bersisa. Membuat Yoona tersenyum senang.   "Biar aku yang mencuci, kau mandi saja"  "Baiklah"  Sementara istrinya mandi, Donghwa membereskan meja makan, mencuci piring dan mangkuk, dan terakhir menata beberapa perabot di dapur yang belum sempat Yoona rapikan.  Donghwa melihat ke pintu kamar yang terbuka, sepertinya Yoona belum selesai. Jadi ia duduk di ruang tengah dan menyalakan televisi, mencari chanel yang memutar film box office sembari menunggu istrinya. Ia mematikan lampu dan mulai memperhatikan film yang sedang tayang.  Jemarinya mulai bergerak-gerak, sesekali melihat ke arah pintu kamar. Istrinya itu belum muncul juga. Donghwa menghela nafas sambil menyandarkan punggung ke sandaran sofa. Dan ketika itulah Yoona keluar dari kamar. Yoona melangkah tanpa suara, tapi sang suami yang mencium aroma semerbak itu telah menoleh.   "Baju baru?", Tanya Donghwa begitu melihat baju yang istrinya kenakan.   Yoona memakai dress maroon dengan tali kecil di pundak, berbahan satin, dengan belahan d**a yang rendah, dan gaun itu terlihat sangat pendek.  "Bagaimana menurutmu?", Tanyanya sambil berputar.  Donghwa malah tertawa pelan, membuat Yoona mengerucutkan bibir. Yoona berdecak sembari melangkah mendekat, ia berniat untuk duduk di samping Donghwa. Namun tak disangka, suaminya itu menarik tangannya hingga ia terduduk di pangkuan sang suami.  "Kenapa kau lucu sekali?"  "Apa aku tidak menarik? Oppa tidak suka bajunya?"  "Bukan itu, kau selalu menarik. Bahkan ketika kau memakai baju batik itu di dapur, kau terlihat sangat sexy", Bisiknya.   "Jangan menggombal", Ucap Yoona dengan menahan tawa sambil memukul pelan d**a suaminya.  Televisi yang memutar sebuah film itu seolah terabaikan karena sepasang suami istri itu tengah fokus dengan apa yang mereka lakukan selanjutnya di atas sofa. Satu tangan Donghwa meraih remote dan menonaktifkan suara televisi sementara ia masih menerima ciuman dari sang istri. . . .  Dua tubuh di balik selimut tipis itu masih terasa panas, bahkan mereka masih mengatur nafas masing-masing. Yoona menyeka keringat di kening suaminya, mencium kening itu lalu merebahkan kepalanya di d**a bidang sang suami.  "Sayang", Panggil Yoona.  "Hm?"  "Kau mau langsung tidur?"  "Wae?"  "Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan", Ucapnya lirih sambil memainkan jemari lentiknya di leher Donghwa.  "Bicaralah"  "Aku_"  Yoona kembali ragu ingin mengatakannya. Tadinya ia pikir akan lebih mudah untuk mengatakannya setelah berhasil melayani sang suami dengan baik. Yoona juga sangat berharap jika suaminya itu tidak akan marah setelah ia mengungkapkannya nanti.  "Kau ingin beli tas keluaran terbaru? Atau perhiasan? Pesanlah. Berapa harganya?"  "Bukan itu"  "Lalu?"  "Sayang, bolehkah aku menerima tawaran iklan?"  Donghwa terdiam, membuat Yoona menggigit bibir bawahnya karena takut. Yoona mulai khawatir karena tak kunjung mendengar jawaban dari suaminya. Keduanya melepaskan pelukan, kemudian bangun dan duduk berdampingan.   "Ceritakan padaku"  "Beberapa hari lalu Gina eonni menelponku. Dia menawariku untuk menjadi model iklan di toko roti temannya. Temannya yang meminta itu." Yoona menceritakannya sambil memainkan jemari lentiknya tanpa berani menatap wajah Donghwa.  "Lalu?"  "Aku sudah mencari tahu tentang toko roti itu. Dan ternyata aku pernah membeli roti di sana, dua kali. Kau ingat terakhir kali aku membeli roti?"  "Ya, itu roti dari toko itu?"  "Iya. Dia sedang merintis toko itu, tapi rotinya sangat enak. Aku ingin membantunya, Gina eonni bilang dia penggemarku." Setelah mengucapkan itu Yoona tersenyum malu.  Donghwa mengangguk. "Kau sudah yakin?"  "Aku yakin, itu sebabnya aku minta izin padamu"  "Maksudku, kau sudah yakin untuk tampil lagi di depan publik? Bukan sebagai istriku, tapi sebagai publik figur"  "Iya. Aku sudah siap"  "Yeobo", Donghwa meraih tangan kiri Yoona, lalu menggenggam telapak tangan itu. "Kau ingat bukan, apa yang ku katakan beberapa tahun lalu?"  "Apa itu?", Tanya Yoona sambil menatap Donghwa.  "Aku akan mengizinkanmu tetap berkarir meskipun kita sudah menikah"  "Jadi?"  "Tentu saja aku akan memberimu izin"  "Benarkah?", Mata Yoona tampak berbinar. "Gomawo!", Yoona menghambur memeluk sang suami.   "Jadi, kau sengaja merencanakan ini?"  Yoona melepaskan pelukan itu. Kemudian tersenyum malu sambil menunduk. Donghwa mengacak puncak kepala istrinya dengan gemas.   "Usaha yang bagus"  Kemudian Donghwa bangun, mengambil pakaian yang tergeletak di lantai dan memakainya. Begitupun dengan Yoona, ia memakai dress maroon tadi.   "Aku akan memberimu ekstra"  "Di kamar?"  "Ish, pikiranmu." Yoona mulai melangkah. "Aku mau membuat nasi goreng!"  "Apa?! Hanya itu?"  "Hahaha…!"  "Awas kau!"  Donghwa bergegas ke dapur mengejar sang istri. Tapi ternyata Yoona sudah bersiap untuk lari. Yoona berlari memutari meja dapur tanpa alas kaki. Sedangkan Donghwa terus mencoba menangkapnya. Yoona menjulurkan lidahnya karena Donghwa belum bisa menangkapnya. Donghwa berhenti dan berpura-pura menyerah.  "Sudah cukup", Ucapnya sambil terengah.  Yoona tertawa pelan, kemudian ia melangkah mendekati kulkas. Dan ketika tangan Yoona hampir menggapai pintu kulkas, Donghwa menangkapnya dan memeluknya.  "Kena kau!" Seru Donghwa sambil memutar bersama Yoona di pelukannya.  "Andwae! Turunkan aku!" Teriak Yoona dengan kaki menendang-nendang udara.  Donghwa menurunkan sang istri dan mendudukkannya di meja dapur, lalu mengunci pergerakannya dengan memeluk pinggang ramping itu. Keduanya saling menatap hingga nafas keduanya mulai teratur. Yoona melingkarkan kedua tangannya di leher Donghwa. Bagai magnet, kedua wajah itu saling mendekat dan_  Kcucuk...  "Hah, kau ini. Kebiasaan sekali"  Yoona meringis, "Mianhae. Aku lapar lagi. Semua energiku terkuras untuk merayumu"  "Oh…, jadi itu benar?"  "Lepaskan aku, perutku sangat lapar"  Donghwa mengecup bibir sang istri. Kemudian melepaskan pinggang Yoona, lalu membopongnya dan mendudukkan Yoona di kursi ruang makan.  "Duduklah, akan ku buatkan nasi goreng kimchi"  "Oke"                                      ***  Yoona bangun lebih awal dari suaminya, seperti biasa. Ia mengemas baju kotor di ruang pakaian. Lalu tak lupa mengecek jadwal suaminya. Ini hari minggu, tapi tetap saja sang suami harus pergi meski sebentar. Dan Yoona tampak mengerucutkan bibirnya.   Yoona pergi ke dapur dan mencuci beras. Setelah memasukkan beras ke rice cooker, ia mulai mengeluarkan beberapa bahan makanan. Kemudian ia mulai membersihkan udang satu per satu.   "Yeobo"  "Cuci muka dulu baru boleh cium", Ucap Yoona tanpa memandang suaminya, fokus pada udang yang sedang dibersihkan.   "Arasseo" (Aku mengerti)  Yoona menatap kepergian suaminya dengan heran. Tidak biasanya Donghwa menurut seperti ini. Donghwa memang selalu memanggilnya setelah bangun tidur, persis anak kecil yang memanggil ibunya ketika bangun. Lalu memeluk dan mencium istrinya sebelum mencuci muka dan gosok gigi, membuat Yoona kesal setiap pagi.  Nasi sudah matang, dan Yoona telah selesai membuat udang goreng tepung, sambal terong ala Indonesia, telur gulung, dan sup tauge. Donghwa datang setelah Yoona selesai menata hidangan di meja makan. Lalu Donghwa mengecup bibir Yoona sebelum duduk.  "Senangnya, kalau seperti ini setiap pagi", Ucapnya sambil duduk.  "Ya, akan kulakukan setiap hari. Asal kau juga melakukan apa yang aku katakan"  "Ish, ternyata ada udang di balik batu?"  "U_udang? Ini?", Tanya Donghwa sambil menunjukkan udang dengan sumpitnya.  Yoona mengangguk. "Itu pepatah lama di Indonesia. Artinya kau punya maksud lain di balik sikap baikmu", jelas Yoona.  "Hm, aku mengerti", Ucap Donghwa dengan mulut penuh nasi. "Bukankah itu seperti yang kau lakukan semalam?"  "Ish!", Yoona menginjak kaki Donghwa.  "Aw!", Donghwa mengaduh, tapi kemudian ia tersenyum. "Kenapa wajahmu merah? Hahaha!"  "Jangan bahas itu. Katakan apa maumu?"  "Habiskan dulu sarapannya, baru kita bicara."  Yoona mengangguk, lalu keduanya makan dalam diam hingga selesai. Sang istri mencuci peralatan makan, sedangkan sang suami yang membersihkan meja makan dan dapur. Yoona membuat secangkir kopi setelah selesai mencuci. Ia menyusul suaminya yang kembali duduk di ruang makan dengan laptop di hadapannya.  "Kopimu", Yoona meletakkannya di meja.  "Gomawo"  "Ayo katakan sekarang", Pinta Yoona sambil menopang dagu dengan lengannya.  Donghwa menoleh, "Kau tidak sabar?. Akan ku selesaikan ini dulu." Jawabnya sambil mengetik caption di postingan media sosial.  "Aku ada janji dengan Ah ri"  "Apa?", Donghwa terkejut sekaligus kecewa.  "Wae?"  "Aku pikir kita akan keluar jalan-jalan hingga siang nanti"  "Mianhae, aku sudah terlanjur membuat janji dengan Ah ri. Jadi, cepat katakan"  Donghwa beralih menghadap istrinya, menatapnya sambil tersenyum sebelum mulai bicara.  "Aku tahu jika sudah banyak tawaran yang menantikan jawabanmu. Aku sudah bicara cukup banyak dengan Gina noona"  Yoona tercengang, "Kapan kau bicara dengannya?"  "Kemarin. Maaf, beberapa hari lalu aku sempat membaca pesanmu dengan Gina nona. Lalu aku menanyakan itu padanya."  "Jadi semalam kau sudah_"  Donghwa mengangguk, dan pipi Yoona merona malu. Donghwa tersenyum, lalu memegang kedua pipi istrinya agar mata indah itu kembali memandangnya.  "Aku akan mengizinkanmu kembali ke dunia hiburan. Tapi aku punya syarat"  "Apa itu?"  "Tidak boleh ada jadwal di akhir pekan. Kau harus izin sebelum menyanggupi pekerjaan diluar kota. Dan jangan mengambil jadwal yang padat jika kau kembali seperti dulu"  "Seperti dulu?" Tanyanya bingung.  "Yeobo, kau ini. Apa kau lupa siapa dirimu dulu?"  Tentu saja Yoona ingat, dulu dirinya adalah salah satu artis terkenal di negeri ginseng itu. Sudah beberapa judul drama dan film yang ia bintangi. Banyak produk kecantikan dan fashion yang menjadikan Yoona sebagai brand ambassador. Jadwalnya begitu padat, ia sering keluar kota dan pulang larut malam bahkan dini hari.  "Baiklah. Aku mengerti batasanku. Aku janji tidak akan melalaikan tugasku sebagai seorang istri"  Donghwa mengusap puncak kepala Yoona. "Bagus."  "Boleh aku pergi sekarang?" Tanyanya aembari bangun, ia segera melangkah setelah mendapat anggukan dari sang suami.  "Nanti aku mau ke gym dan pergi dengan Heejin hyung sebentar"  "Aku sudah cek jadwalmu, bukankah ada latihan koreo juga?  "Tidak. Itu sudah dibatalkan. Perlu ku antar?", Tanya Donghwa sambil mengikuti Yoona yang mengambil tas di kamarnya.   "Tidak, terima kasih. Aku naik taxi dan bertemu dengan Ah ri di kafe Jong woon oppa"  "Baiklah", Donghwa mengangguk. "Kau sudah pesan tempat di sana?"  "Aku sudah minta pada Jong in untuk menyiapkan tempat di rooftop"  "Kisseu", (Cium) Pintanya sambil menarik tangan Yoona agar mendekat.  Yoona mendekat dan mencium pipi kiri sang suami, lalu memeluknya sebentar.  "Aku pergi"  "Hati-hati. Cek daya ponselmu, jangan sampai tidak aktif saat ku hubungi"  "Ya, Sayang!" Author pov* End.                                               ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD