Take Picture

1168 Words
"Gue gak mau, lepasin!" teriak Asya yang sudah ditarik keluar kelas oleh Reno. Bella, Keyna, dan Nata ikut berlari di belakangnya, “sakit kak!" Asya meringis sakit menatap tangannya yang digenggam erat kak Reno. "Kak lepasin temen gu—“ "Lama banget sih, bawa cewek kaya gini doing," ucap Arsyad yang langsung mengambil alih Asya. Asya meringis sakit menatap tangannya yang sudah merah. "Cewek lo susah banget dibawanya. Harus ditarik dulu." Reno gemas. "Thanks. Ayo ikut gue." Arsyad kembali menarik tangan Asya. "Bisa gak sih, kak, gak usah kasar sama cewek!" teriak Nata dengan wajah judesnya. Ditarik tangan Asya yang lainnya tapi tangan kiri Asya tetap ditahan Arsyad. "Lo gak usah ikut campur, dia pacar gue," kata Arsyad tegas dengan tatapan tajamnya. "Gak bisa gitu dong! Asya kan gak kenal lo siapa dan lo malah jadiin dia sebagai pacar dia secara tiba-tiba itu sama aja lo mainin perasaan Asya," Ucap Keyna. "Udah mending lo minggir deh," sahut kak Reno, Bagas dan Dino yang termasuk sahabat Arsyad. "Kalo gitu kita kenalan. Hai gue Naufal Arsyad anak kelas 11 IPS 3," kata Arsyad yang bersalaman tangan dengan Asya. Asya menghempaskan tangannya kesal. Tapi Arsyad kembali menggenggam pergelangan tangan Asya. "Kak lepasin!" teriak Asya saat Arsyad menariknya menuju kantin. Bella, Keyna, dan Nata tidak bisa mengikuti karna ditahan oleh Reno, Bagas dan Dino. "Bisa gak sih gak usah kasar?!" Teriak Asya langsung menarik pusat perhatian sekelilingnya. Semua menatap Asya kagum, ada juga yang iri, ada juga yang kasihan. Ini semua karna ulah Arsyad. "Duduk," perintah Arsyad. Asya menatap Arsyad tajam. "Gimana mau duduk kalo tangan gue lo pegangin terus." Asya jadi sewot. Arsyad melepas tangannya dan membiarkan Asya duduk. Asya menatap Arsyad tajam lalu tatapannya beralih menatap tangannya yang semakin merah. Melihat ada kesempatan, Asya berusaha kabur dari Arsyad. Tapi sayang sebelum ia menjauhi Arsyad, kerah bajunya sudah ditarik oleh Arsyad. "Duduk atau tangan lo gue iket sama tangan gue," ancam Arsyad membuat Asya bergidik ngeri lalu Asya memutuskan untuk duduk. Arsyad tersenyum, "mau makan apa?" Asya menatap Arsyad dengan tatapan kesal. Arsyad bahkan bicara tidak menatap matanya. Orangnya disamping kali bukan di depan. Batin Asya. Arsyad menoleh menatap Asya. Asya membulatkan matanya dan segera mengalihkan pandangannya menatap yang lain, membuat Arsyad tertawa pelan. "Gue tau gue ganteng, lo kagum kan, sama ketampanan gue?" ucap Arsyad santai membuat Asya ingin muntah, "cepet mau makan apa?" "Gue kenyang," jawab Asya berbohong padahal perutnya benar-benar kosong sekarang dan Asya memiliki penyakit magh. "Yaudah liat sini," kata Arsyad seraya menjulurkan handphone-nya kedepan lalu, Cekrek! Arsyad tersenyum puas melihat hasil fotonya. Asya yang menatap Arsyad dengan wajah kesalnya dan Arsyad yang tersenyum senang menatap kamera. Lucu sekali. "ARSYAD APUS GAK!" bentak Asya yang langsung mencoba mengambil handphone Arsyad. Siswi dikantin semakin menjadikan Asya sebagai pusat perhatian. So sweet banget ya mereka baru jadian udah kaya gitu, Eh liat deh Kak Arsyad kok mau ya sama Asya, Cocok ya! Ganteng sama cantik, Ihh lebay banget sih tuh cewek, Bisikan demi bisikan mulai terdengar membuat Asya semakin geram. Asya menghentakan kakinya, lalu segera berlari menuju kelas. Dengan menahan malu tentunya. "Lucu juga fotonya. Gue pajang bagus kali ya?” kata Arsyad puas lalu ia menaruh handphone-nya dikantung celananya lalu pergi kembali ke kelas. Meninggalkan kantin yang seolah tidak terjadi apa-apa. * "Ish nyebelin." Asya menghentakan kakinya. Sekarang sudah jam pulang sekolah. Keyna, Bella dan Nata ikut menemani Asya yang masih duduk dibangku depan kelas. "Muka lo pucet, Sya, mending lo pulang deh," ucap Nata menyentuh pundak Asya. Asya menggeleng pelan. Ia tidak mau lewat kelas IPS 3 yang biasanya Arsyad dan kawannya masih duduk dibangku depan kelasnya. Matahari sudah hampir terbenam. Memang jam pulang sekolah SMA Wijaya jam 3 sore, dan Asya belum pulang sampai jam 5 begini. Arsyad yang kelasnya berada satu lorong dengan Asya menatap Asya dari kejauhan. Matanya beralih melihat jam. "Jam lima kenapa dia gak jalan balik?" bisik Arsyad. "Siapa Syad?" tanya Bagas. "Asya lah pasti. Tuh, dia masih duduk disana. Nungguin lo kali, Syad," sahut Reno menunjuk lorong kelas paling ujung. Gak mungkin dia nungguin gue. Dia kan galak banget sama gue. Pasti dia gak mau lewat kalo gue belum pulang. Batin Arsyad. "Balik bro," ucap Arsyad bangkit dari duduknya lalu pergi. Teman-temannya melongo menatap kepergian Arsyad. Dino kebingungan, "biasanya balik jam enam terus ke tongkrongan. Kenapa sekarang dia udah mau balik aja?" "Kak! Kak Reno!" teriak Nata yang ngos-ngosan berlari keujung lorong depan. "Apa?" Reno yang tadinya ingin menyusul Arsyad menjadi terhenti. "Gue ke Arsyad deh bilangin kalo lo masih ada urusan," kata Bagas menyusul Arsyad. Dino ikut dengan Bagas. Mereka takut Arsyad akan meninggalkan mereka karna mereka berempat biasa naik satu mobil berempat. Tentu pakai mobil Arsyad. "I—itu! Asya pingsan kak!" ucap Nata panik. "Hah? Kok bisa?!" Reno langsung berlari menuju kedepan kelas Asya. Bella dan Keyna masih menepuk pipi Asya pelan berharap Asya akan bangun. "Kak, tolong kak," kata Keyna yang panik bahkan sudah menangis. "Kenapa nih?" tanya Reno yang langsung menggendong Asya. "Tadi dia sempet bilang kalo perutnya sakit kak. Terus mukanya udah pucet gitu tapi dia gak mau pulang," jawab Bella sama paniknya. "Yaudah, ayo ikut gue anter dia kerumah sakit." Reno yang langsung membawa Asya keparkiran mobil, "Arsyad gue izin gendong cewek lo ya jangan marahin gue, please," Arsyad yang tadinya sudah berada dimobil matanya membulat tiba-tiba. Tentu karna melihat Asya yang digendong Reno. Ia langsung keluar mobil. "Ada apaan nih?" tanya Arsyad mengambil alih Asya. Reno membungkukkan badannya. Tangannya menyentuh lututnya dengan nafasnya yang terengah-engah. "Asya pingsan kak tadi dia sempet bil—“ "Yaudah kita kerumah sakit,” kata Asryad, “woi awas, turun lo pada!" kata Arsyad membaringkan tubuh Asya dikursi belakang. Bagas dan Dino segera turun dari mobil dengan wajah kebingungan. "Bella, lo ikut sama gue, duduk depan," kata Arsyad yang langsung naik mobil bersamaan dengan Bella. Lalu mobil melesat begitu saja. "Terus kita gimana?" tanya Bagas dengan wajahnya yang melongo. "Udah ayo, kita nyusul naik bis. Tanya Bella rumah sakit mana,"sahut Nata seraya menarik Keyna. Bagas, Reno dan Dino pada akhirnya memilih ikut dengan Nata. * "Maaf anda harus tunggu diluar," ucap suster membuat Arsyad dan Bella berhenti terdiam di depan pintu. Bella menggigit kuku jari tangannya khawatir. Air matanya sudah mengalir. Lalu matanya membulat saat tiba-tiba ada yang menyentuh tangannya agar tidak menggigit kuku jari tangannya. "Nyokap gue bilang kita gak boleh gigitin kuku jari tangan, karna disitu kuman semua," ucap Arsyad santai lalu duduk dikursi tunggu. Bella menatap Arsyad tak percaya. Detak jantungnya memompa lebih cepat saat Arsyad tiba-tiba menyentuh tangannya. Lalu Bella memutuskan untuk duduk disamping Arsyad, ia terdiam. Handphone-nya menyala dan terdapat pesan masuk dari Keyna. Keyna Kalian dirumah sakit mana? Bella menatap Arsyad yang sedang menatap lurus-lurus kedepan. Tepat dipintu Asya yang sedang diperiksa. Bella tersenyum tipis lalu mematikan handphone-nya. Disisi lain, Reno, Bagas, Dino, Keyna dan Nata sudah turun dari angkutan umum lalu mereka berdiri dipinggir jalan. "Dibales gak?" tanya Reno kesal akibat nyamuk mulai menyerangnya. Karna mereka berdiri di dekat semak-semak. "Cuma di baca."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD