Chapter 2

1224 Words
Sudah sebulan ini Kayla bekerja di sebuah restoran cepat saji. Walaupun dia hanya sebagai pramusaji, wanita berusia 28 tahun itu sangat bersyukur karena ia bisa mendapatkan penghasilan tetap. Seperti saat ini, wanita dengan pashmina hijau army dipadukan dengan seragam kerjanya yang lebih dominan hitam tengah mengantarkan makanan yang dipesan oleh pelanggan. Senyuman tidak pernah pudar dari wajah cantiknya ketika ia menaruh makanan itu di atas meja. "Pesanan anda, Tuan dan Nyonya. Selamat menikmati." Kayla memberikan senyuman ramahnya sebelum ia kembali ke dapur. Tapi kali ini ia dibuat tidak bisa bekutik lagi karena kedua pelanggannya di hadapannya kini menatapnya sinis. "Waw, kamu ternyata bekerja di sini?" ucap wanita dengan pakaian minim yang memperlihatkan bahunya. Kayla hanya bisa tersenyum sambil mengangguk. "Ada yang bisa saya bantu lagi?" "Heleh, gak usah sok gitu deh. Aku gak nyangka ya, ternyata kamu itu berselingkuh dibelakang Rega. Nyesel aku kenalin dia sama kamu," lanjutnya. Kayla terdiam. Hatinya terasa perih kala sahabatnya sendiri pun tidak mempercayainya. Ingin rasanya mulutnya ini membela, tapi ia tidak ingin membuat keributan di restoran ini. "Sayang, sudahlah. Biarkan dia kembali bekerja," ujar pria berjas biru tua sambil mengelus tangan kekasihnya itu. "Perempuan kayak dia itu harus diberi pelajaran. Malu-maluin Mas, pakai hijab tapi kelakuannya nauzubillah." Ucapan wanita itu yang cukup kencang membuat beberapa pengunjung menengok ke arahnya. Ingin rasanya Kayla langsung pergi dari kedua manusia yang pernah menjadi temannya itu. Tapi entah kenapa rasanya kakinya begitu sulit untuk melangkah. Telinganya ingin mendengarkan semua pemikiran buruk tentangnya langsung dari mulut sahabatnya sendiri. Ia kira, sahabatnya itu akan percaya setelah ia memberikan penjelasan lewat sms. Tapi, ternyata dugaannya salah, pantas saja selama ini pesan yang selalu ia kirim tidak pernah ada yang dibalas oleh wanita itu. "Sayang, please jangan diteruskan lagi. Jangan buat malu diri kamu sendiri." Pria itu memberikan tatapan penuh intimidasi kepada kekasihnya itu. "Dan kamu, silahkan kembali bekerja. Terima kasih untuk makanannya," lanjutnya sambil menatap Kayla sekilas. Kayla mengangguk. Dengan cepat wanita itu berjalan ke arah dapur. Lalu ia masuk ke toilet khusus kariawan. Menatap cermin besar di hadapannya, wanita itu menangis menumpahkan segala kesedihan yang selama ini ia pendam. "Bahkan kamu, tidak menganggilku dengan sebutan 'adek' lagi Bang." Kayla tersenyum kecut ketika ia mengingat pria yang berkata dingin kepadanya seakan menganggap ia orang asing. "Gista, kenapa kamu gak percaya sama aku? Aku gak mungkin seperti itu, Gis." Kayla terus menangis hingga suara ketukan pintu membuatnya gelagapan dan langsung mencuci muka. "Mba Kay, kenapa lama sekali?" Kayla tersenyum ketika ia mengenali suara siapa itu. "Bentar dek, sebentar lagi aku selesai." Kayla memperhatikan dirinya di cermin. Setelah merasa sudah baikan, Kayla membuka pintu dan mendapati gadis cantik di depannya. "Mba, aku takut mba kenapa-napa loh, soalnya mba gak keluar-keluar." Gadis itu menatap Kayla dengan cemas. "Ah, kamu itu Rit, mba gakpapa kok." "Tapi mba, kenapa mata memerah? Seperti orang habis nangis saja." Gadis bernama Rita itu mengelus pelan lengan kecil Kayla dengan lembut. "Oh, ini kelilipan, tadi sempat mba kucek, jadi merah gini." Sebenarnya, Rita masih tidak yakin dengan jawaban wanita di depannya ini. Tapi ia tahu, dirinya bukan siapa-siapa, dia hanyalah teman kerja wanita itu, dan dia tidak punya hak untuk mengetahui masalah wanita cantik itu. "Yaudah Mba, kita kerja lagi, banyak pelanggan di depan. Semangat!" Kayla tersenyum lalu mengangkat tangannya yang jemarinya sudah ia kepal. "Semangat!" ••• "Darimana kamu La? Pulang larut sekali." Kayla yang tengah membuka sepatu kerjanya menoleh dan tersenyum mendapati sang bibi yang sedang menatapnya. "Kerja Tan, banyak pelanggan tadi di resto." "Beneran? Kamu gak habis jual dirikan?" Ucapan bibinya itu sontak membuat Kayla mengernyitkan dahinya. "Astaghfirullahaladzim Tan, kenapa ibu tega berbicara seperti itu pada Kayla?" "Lagian kamu ini, sudah diberi suami yang tampan, kaya, dan juga anak yang cantik, kenapa masih berani cari lelaki di luar? Sevis suamimu tidak memberikanmu kepuasan hingga kamu mencari di luar?!" geram wanita berusia 50 tahun itu sambil mengikat rambutnya yang sangat terawat. "Kenapa Tante tidak pernah percaya pada Kayla? Itu bukan Kayla, tan! Kayla tidak pernah melakukan itu!" ucap Kayla sambil menaruh tasnya di sebuah nakas meja. "Kalau saja kamu tidak melakukan itu, mungkin sekarang kita tidak tinggal di sini Kayla. Tante juga masih menerima uang setiap bulan darimu yang banyak itu, dan juga tante sangat benci ketika di hadapan mereka semua kamu seolah sombong tidak ingin menerima harta gono-gini dari suamimu itu!" Kayla menunduk. Wajahnya yang terlihat lelah menangis lagi ketika ia mendengar ucapan pedas dari bibinya itu. "Seharusnya saya tidak menampungmu! Seharusnya kamu pergi bersama kedua orang tuamu ke akhirat! Saya benci harus mengurusmu lagi! Kamu itu hanya beban, Kayla!" Kayla tidak menanggapinya, wanita itu bergegas lari menuju kamarnya dan langsung mengunci pintu kamar itu ketika ia sudah di dalam. Wanita itu terduduk hingga punggungnya menempel di dahan pintu. Kedua kakinya ia tekuk dan wajahnya ia tenggelamkan di antara kedua lututnya. Wanita berparas cantik yang memiliki wajah seperti wanita Timur Tengah itu menangis terisak hingga ia tidak sadar bahwa ia tertidur dalam posisinya yang seperti itu. ••• Disebuah rumah mewah bergaya American Classic, terdapat seorang anak beserta sang ayah yang sedang bersenda gurau di ruang keluarga. Gadis berusia 7 tahun itu tampak kegelian saat sang ayah menggelitikinya di bagian pinggang. "Berhenti Papa, Yaya... haha.. capek." "Tidak, sebelum Yaya kasih tau Papa, apa hadiah yang akan Yaya berikan pada Papa?" Pria berusia hampir 41 tahun itu terus saja menggelitiki anaknya. "Aduh.. haha.. nggak, Yaya nggak mau.. haha.. kan biar kejutan Papa," ucap gadis kecil itu sambil tertawa. Pria itu mendengus sebal lalu duduk di sisi ranjang sambil menatap seluruh kamar anaknya itu. "Shaniya sayang Papa," ucap Shaniya sambil melingkarkan tangannya di leher sang Papa lalu mengecup pipi pria itu dari belakang. "Papa juga sayaang sekali sama Yaya." Pria itu menoleh dikit lalu mencium pipi putih nan gembul milik putrinya. "Papa jangan kerja terus. Yayakan sendirian di rumah karena Mama sudah pergi." Ucapan sedih putrinya membuat pria itu langsung menarik gadis kecil itu ke pangkuannya. Ditatapnya wajah sang anak yang cantik mirip seperti dirinya, hanya kulit dan bibir saja yang mewarisi dari sang ibu. "Iya, Papa usahain. Yaya jangan mikirin Mama lagi ya sayang," ucapnya tegas. "Kenapa Pa? Kata guru aku, kita harus sayang sama ibu kita, karena dia yang sudah melahirkan kita, menyusui kita sampai dua tahun dan merawat kita sampai besar. Memangnya Papa lagi marahan sama Mama? Mama bilang—” Shaniya memotong ucapannya ketika ia ingat sudah berjanji bahwa tidak boleh mengatakan apapun pada sang Papa. "Mama bilang apa sama kamu?" tanya pria itu penuh selidik. Karena ia takut, otak anaknya akan dipengaruhi oleh ucapan wanita itu. "Nggak ada. Mama bilang Yaya harus sayang sama Papa, jagain Papa, kata Mama juga Papa orangnya cengeng, gampang nangis. Yaya gak gitu tuh," ucap Shaniya sambil tertawa kecil. "Enak saja. Papa gak akan nangis, Papakan kuat!" "Iya iya, Papa Regaksa emang Papa paling kuat di bumi kayak hulk!" "Jangan hulk dong, superman aja, kan Papa tampan," ucap Rega sambil memberikan senyumannya. "Iya, iya. Yaya ngalah, biar papa nggak nangis." Rega tersenyum lalu ia menarik gadis kecilnya itu ke pelukannya. Ia mengecupi rambut halus nan coklat milik putrinya. Hingga tatapan matanya tertuju pada foto besar yang terpampang di dinding. Terdapat gambar sebuah keluarga kecil yang terlihat amat bahagia. Tapi yang menjadi objek pandangannya kini adalah wanita berghamis hitam dengan pashmina merah yang tersenyum lebar menatap kamera. Tangannya mengepal dibalik punggung sang anak. Napasnya tidak beraturan. Dan bibirnya mengerut kesal. Wanita sialan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD