Malam hari datang dengan cara yang mengesankan bagi Bella. Begitu membuka mata setelah menjalani hal yang dibutuhkan manusia untuk menyegarkan badan, ia terbangun dan merasa seolah berada di dunia peri. Bagaimana tidak, saat ini lantai kamar Bella dibanjiri bunga yang terkumpul. buket bunga mengelilingi kamarnya bersama dengan kelopak bunga yang tersebar di lantai. Begitu indah sampai terasa misterius. Dan hanya satu orang yang bisa ia andalkan untuk mencari jawaban. Tak lain adalah Leo.
Tok.
Tok.
Leo datang sambil tersenyum. Dia menutup jendela kamar Bella karena sudah menjelang malam.
"Paman Leo, ada apa dengan kamarku? aku tidak pernah pesan bunga?" ucap Bella yang masih setengah sadar. Dia merenggangkan tangannya dan menguap. Matanya yang masih sayu mengawasi Leo yang meletakkan teh di nakas meja dan menggeser bunga.
Leo menoleh ke arah Bella lalu menghadiahkan senyum mengoda. Dalam pikirannya, Bella sedang sok polos berpura - pura tidak tahu siapa yang mengirimkan bunga sebnayak ini. Leo memutuskan untuk mengambil kartu yang bersandar di salah satu buket bunga untuk ditunjukkan pada Bella.
"Jangan bercanda nona. Kua pasti tahu ini dari siapa," ucap Leo yang menunjukkan kartu bertuliskan tangan. Bella mengumpulkan nyawanya yang belum genap setelah bangun tidur. Dia pun menerima kartu itu dan langsung mendapatkan kesadaran.
Kartu itu ditulis begitu rapi, tegas dan artistik. Sangat mencerminkan sifat Blair yang tegas dan sulit ditebak. Gaya tulisan yang dimiliki oleh Blair memang tidak ada yang bisa meniru.
Kau sangat cantik meski dalam keadaan tidur. Aku mengirim bunga ini agar kau menghirup aromanya dan memimpikanku kala tidur.
Bella celingukan dan memeriksa apakah ada kamera pengawas di sini. Dia takut Blair mengawasinya dengan memasang CCTV, itu akan merenggut kebebasannya dan tentu saja akan menimbulkan perdebatan di antara mereka nantinya. Dan ia pun merasa konyol saat sadar jika imajinasinya terlalu besar. Tidak ada kamera di manapun.
"Baiklah, ini memnag dari pacar baruku," ucap Bella yang menyadari tanda tanya besar pada mata Leo. Jawabannya dijawab sebuah senyum bahagia dari Leo.
"Oh akhirnya tidak ada pengerat yang mendekatimu," sindir Leo. Seperti yang banyak orang tahu, hati Leo merasa sakit melihat gadis kecil yang sudah ia rawat dipermainkan seperti gadis bodoh, oleh pria pecundang. Saat itu ia ingin sekali menghentak bahu Bella dan menyuruhnya sadar jika ia dipermiankan belaka. Namun ia juga sadar jika ini akan menjadi proses pendewasaan Bella. Dan sekarang berkat rasa sakit yang dialami oleh Bella, gadis itu menjadi lebih bertanggung jawab juga lebih rajin meski kepolosannya masih belum hilang. Justru itu menunjukkan jika ia sama sekali tidak memiliki pikiran buruk pada seseorang.
"Aku akui jika apa yang dilakukan Blair sangat luar biasa. Dan jangan samakan dengan Bryan, Paman. Pria itu sudah musnah dari hatiku."
"Akhirnya kau tahu rasanya dicintai dengan tulus, Nak. Pria yang mencintai kekasihnya akan berjuang keras membahagiakannya, bukan memerasnya."
Bella mengambil salah satu bunga mawarbdan menciumnya. Dia tersenyum kala aroma manis dari bunga masuk ke paru - paru dan memberi ketenangan.
"Aku tahu paman."
Bella agak tersentuh karena baru pertama ia mendapatkan hadiah dari seseorang tanpa menggunakan kartunya. Seseorang yang jauh lebih kaya dan tidak akan mengincar hartanya. Seseorang yang hanya menginginkan dirinya, seutuhnya. Itu adalah perasaan yang menakjubkan, membuat Bella merasa sangat berharga.
'Jadi seperti ini ya rasanya mendapatkan hadiah dari seseorang yang mencintaiku? rasanya tidak buruk,' batin Bella yang terus mengamati kamarnya yang disulap menjadi taman kelopak bunga oleh Blair.
Jika mengingat Bryan yang memberinya hadiah dengan menggunakan kartu kreditnya, rasanya ia seperti orang bodoh karena begitu bahagia. Padahal yang pria itu gunakakn adalah uang ayahnya, bukan dari kerja keras Bryan sendiri. Dan sekarang pria itu mendapatkan apa yang pantas ia dapatkan. Dia mengirit semuanya, belajar agar bisa mengembalikan hutang pendidikan.
"Nona, cukup untuk menikmati bunga - bunga ini. Sekarang segera turun karena ayahmu akan makan malam hari ini...." ucap Leo.
"Akh itu juga kejutan yang menyenangkan."
Bella mengangguk, jarang sekali ayahnya makan malam dengannya. Biasanya ia akan menghabiskan waktu dengan pacaranya di apartemen karena ia tidak ingin membuatnya marah jika membawa pacarnya ke mansion. Ayahnya begitu menyanyanginya sampai ia rela tidak menikah. Bella sangat bersyukur akan hal itu.
"Okey... aku akan datang beberapa menit lagi," ucap Bella.
Begitu Leo keluar kamar, Bella melihat ponsel yang memiliki gantungan sangat cantik. Seperti yang ia duga, Blair menghubunginya.
From Blair Love.
Bagaimana bunganya?
Bella mengetik pesan untuk membalas pesan dari Blair. Kemudian ke kamar mandi.
To Blair Love.
Bunganya sangat indah. Aku seolah bangun di dalam dunia dongeng.
Message Send....
Bella menunggu balasa dari Blair sambil membersihkan diri. Dia tidak akan tampil lusuh saat bersama ayahnya atau di dalam rumah. Hanya saja ia tidak akan terlalu lama mandi. Ada hal yang lebih ia tunggu dari pada sekedar mandi. Begitu ia selesai mandi, Bella menuju ke ranjang.
Ting.
Sebuah pesan pun datang. Dan tentu saja dari Blair meski ada pula pesan dari Trisa. Tentu saja temannya akan menggosip tenang semua oarng yang terlibat di magangnya. Itu sangat menarik tapi tidak untuk sekarang. Dia lebih tertarik untuk melihat pesan dari Blair dari pada melihat tulisan gosip Trisa.
From Blair love
Aku tadi sempat mampir dan melihatmu. Berapa kalipun melihatmu tidur, itu sangat luar biasa.
Jingga menyadari jika Blair datang ketika ia tidur. Dia bahkan tidak bisa membayangkan betapa memalukan dirinya saat tidur. Bella takut jika ia mengorok atau ngiler. Tentu saja dia tidak ingin Blair melihatnya dalam kondisi memalukan seperti itu.
To Blair Love.
Kau vampire stalker. Baiklah aku ingin mendengar seberapa memalukan aku saat tidur? Apakah aku mendengkur atau apa?
NB. Kau harus jujur.
Dengan perasaan berdebar ia menunggu balasan dari Blair. Dia bahagia. Keinginannya untuk mencintai dan dicintai seorang pria tanpa syarat akhirnya terwujud. Belum pernah ia merasakan perasaan yang luar biasa seperti ini. Sesuatu yang belum pernah ia dapatkan dari Bryan karena saat itu hanya ia yang berjuang sendiri untuk hubungan mereka. Dia menjadi pihak yang seolah sangat membutuhkan Bryan. Bella mati - matian mengabaikan sikap acuh tak acuh Bryan. Berbeda rasanya ketika ia diinginkan seperti yang Blair lakukan. Dia sangat memujanya, mencintainya. Itu adalah perasaan yang tak bisa dibeli oleh apapun. Dan seharusnya Bella sadar jika ia tidak seharusnya menghadiahkan Bryan apapun karena pria itu akhirnya menganggapnya seperti kulkas. Saat pria itu butuh sesuatu, dia sangat baik dan sebaliknya.
From Blair Love.
Kau cantik meski dalam kondisi tidur. Aku menyukai gerak- gerikmu yang mencari boneka untuk kau peluk. Aku sangat ingin menggantikan boneka itu.
"Aw, ini pujian paling indah yang pernah aku dengar," ucap Bella senang sambil menatap ponselnya. Dia merebahkan diri ke ranjang dan tidak sadar jika hanya memakai bathrobe.
Tok.
Tok
"Nona, tuan sudah menunggu."
Bella terkejut saat mengetahui berapa lama waktu yang terlewat saat saling balas pesan dengan Blair. Semuanya nampak begitu singkat padahal sudah beberapa menit berlalu. Dia pun tahu jika harus segera turun.
To Blair Love.
Nanti disambung lagi. Aku akan makan malam dengan ayahku.
Usai mengetik pesan, Bella segera menjawab Leo.
"Iya Paman, aku akan turun."
Bella melakukan aksi gerak cepat. Dia menyisir surainya dan hanya memakai baju kasual. Beruntung Trisa tidak ada di sini, jika tidak maka ia akan memberi semua hinaan yang ia miliki karena gadis itu anti pakaian kasual. Yah tidak mengherankan mengingat selera fashionnya yang menakjubkan. Oleh karena itu dia mengambil jurusan fakultas desain di kampus. Trisa sudah dalam radar untuk meneruskan usaha ibunya yang seorang desair dunia.
Bella menuruni tangga dan terpaksa meninggalkan ponselnya di kamar. Baginya sungguh tidak sopan membiarkan ayahnya karena ia sibuk melhat ponsel.
Dengan rasa bersalah Bella menuju ke meja makan.
"Maafkan aku, apa ayah sudah lama menungguku?" tanya Bella.
"Tidak, ayah hanya terkejut mendapati kau tidak ada di meja makan ketika ayah mengajakmu makan malam. Yah inilah nasib ayah seorang putri yang jatuh cinta," ucap James Blair. Nama belakang mereka memang mirip nama depan Blair. Itu membuat Bella merasa jika lagi - lagi ia ditakdirkan untuk bersama dengan Blair. Bahkan nama keluarganya saja sama dengan nama depan Blair. Sedangkan nama belakang Blair adalah Antonius.
"Ayah?" Bella terkejut mendapati ayahnya mengetahui tentang hubungannya dengan Blair. Dia melihat ke arah Leo yang langsung mengangkat bahunya, menandakan jika ia sama sekali tidak tahu dari mana ayahnya tahu.
"Dari mana kau mendengarnya?" tanya Bella.
''Jangan remehkan sumber informasi ayah. Lagi pula siapa yang tidak mendengar CEO Blair Aiden Antonius memesan bunga yang hampir memenuhi truk dan dikirimkan ke alamat mansion ini. Berita ini sudah muncul di web maupun sumber media masa manapun," jelas James.
Mata Bella membola, ia yang tadi sibuk mengagumi bunga dari Blair tidak sempat memeriksa apa gosip terbaru di ponselnya. Jika memang berita Blair yang mengirimkan bunga padanya menjadi berita utama maka itu akan sangat luar biasa. Gelar stupid blonde akan menghilang karena ia membuktikan jika bisa mendapatkan pria se- wow Blair. Hanya saja ia masih belum siap untuk menjadi sorotan media, meski selama ini dia adalah putri dan adik pengusaha kaya tapi ia tidak pernah mendapat sorotan kecuali saat menghadiri acara amal saat menemani ayah dan ibunya ketika masih hidup.
"Ya ampun, ini bearti aku akan dikejar media karena mereka penasaran padaku? Oh ini akan membuatku tak bisa bernafas ayah," gerutu Bella.
James justru menggeleng tenang. "Jangan khawatir, Ayah sudah melihat sekumpulan pria yang mengawasimu dari jarak yang tidak kau ketahaui. Kurasa Blair sudah mempersiapkan segalanya untuk membuatmu tetap aman," ucap James.
Bella agar risih dengan ide itu. Dia tidak suka diikuti karena membuatnya seperti tahanan. "Aku akan menyuruhnya menarik kembali kelompok pria itu. Aku tidak suka diawasi."
James menggeleng tidak setuju," Sayang, kurasa kau harus terbiasa karena Blair baru mengumumkan pada masyarakat kau adalah miliknya dan dia milikmu. Ada banyak hal tak terduga yang akan terjadi selama awal pengumuman hubungan kalian. Ingat, Manhattan tidak seratus persen aman. Namun begitu tiga bulan berlalu maka kau bisa bernafas lega karena hanya ada beberapa paparazi yang menguntitmu hanya untuk membuat gosip."
Sebagai ayah, James hanya memberi nasehat pada putrinya tentang apa yang terbaik. Beruntung Bella menyetujui karena ia tahu resiko menjadi kekasih pria yang paing diincar artis hingga membuat mereka melakukan tindakan ekstrim. Mereka bisa saja melakukan hal mengerikan padanya. Yah untuk saat ini ia harus bersabar.
"Baiklah. Thank untuk nasehatnya yang bijak, Ayah."
"Inilah gunanya ayah, Sayang. Kau adalah permata ayah. Dan kakakmu, Dave adalah kebanggaan ayah. Jadi ayah akan menjaganya sekuat tenaga."
Bella mengangguk. Mereka pun melanjutkan makan malamnya. Dia senang karena ayahnya meninggalkan pacarnya jika menuntut ingin dinikahi. Akan tetapi jika suatu saat ayahnya memang ingin menikah lagi maka Bella tidak akan melarang. Dia juga ingin ayahnya bahagia setelah tiga tahun kepergian sang ibu.
Tbc.