bc

SEISI HATI

book_age18+
324
FOLLOW
1.5K
READ
drama
twisted
sweet
serious
like
intro-logo
Blurb

Cerita tentang kasih sayang abang dan adik yang ternyata berubah menjadi cinta. Cinta terlarang yang semula disembunyikan, akhirnya malah berubah terang-terangan saat mengetahui bahwa keduanya ternyata bukanlah saudara kandung. Keduanya pun menikah atas restu dari kedua orang tua.

chap-preview
Free preview
BAB 1
            Sebagian gadis seusia Viola yang kini jatuh pada angka tujuh belas, pasti mengeluh saat kakak laki-lakinya terlalu overprotective dengan semua rutinitas masa muda. Bertengkar setiap saat akibat larangan demi larangan, hingga tak jarang menimbulkan permusuhan yang tanpa akhir. Namun hal itu tidak bagi gadis yang memiliki nama panjang Viola Amanda Aliza. Gadis cantik yang memiliki rambut ikal sepunggung dengan kulit putih itu begitu santai menjalani hidupnya yang selalu dinaungi Panji, abang kandungnya yang tak pernah jauh darinya sejak kecil. Bagi Viola, Panji bukan hanya sekedar abang untuknya, melainkan tidak jarang Panji bisa menjadi sesosok sahabat bahkan pacar yang cukup setia. Ia tidak pernah malu atau bahkan menjauh saat sikap memanjakan dari Panji, melayang kepadanya di depan semua sahabatnya di sekolah. Viola juga tidak terlalu peduli dengan semua sindiran teman-temannya, yang menyatakan bahwa dia, berada di ketek Panji. Bahkan Viola sering mendengar ledekan yang lebih menyakitkan dari itu. Tapi tetap saja, Viola selalu cuek bebek dengan semua sindiran yang melayang padanya.             Panji sendiri adalah sosok lelaki tampan dan bertubuh tinggi yang mengabdikan diri sejak kecil untuk menjaga Viola. Viola adalah segalanya, itulah yang dia ketahui sampai saat ini. Panji yang mengetahui kalau sejak kecil Viola sudah dijauhi semua temannya akibat sikap egois yang selalu hadir di diri sang adik, mengharuskannya memusatkan waktu lebih lagi untuk Viola. Demi Viola, Panji malah menutup hatinya untuk cewek lain. Asalkan ada Viola, itu sudah lebih dari cukup untuknya.             Kekesalan Viola kembali hadir. Weekend yang dia bayangkan bisa jalan-jalan bareng Panji, kini harus dia lewati dengan berdiam diri di dalam rumah. Sambil melihat Panji yang sejak pagi sibuk berkutik di taman depan rumah. Selalu saja begitu. Taman kecil yang berhasil dibuat Panji satu tahun yang lalu, memang selalu membuat Panji melupakan segalanya. Termasuk Viola sendiri. Hobby sang mama yang menurun ke Panji, jelas tidak disukai gadis berlesung pipi itu. Dia merasa terkalahkan. Dan hal itu membuatnya tidak terima. Berulang kali dia mendengus dan menghentakkan kakinya kesal. Namun cowok itu hanya tersenyum tanpa menghentikan rutinitasnya.             Viola sendiri mengakui, bakat mempercantik taman yang ada di diri Panji hadir karena mama yang juga menyukai dunia bunga. Tidak jarang Panji membelikan satu bunga untuk menjadi hiasan tambahan di taman minimalis itu. Menjaga rumput-rumput agar tidak tumbuh terlalu panjang dan selalu dengan telaten menyiram tanaman dua kali sehari. Persis seperti jeda waktu mencuci rambut.             Jika diperhatikan, taman itu memang terlihat indah. Beberapa pot bunga dengan bunga mawar yang tertanam di dalamnya, begitu menawan hati. Warna merah dan putih selalu mampu mencerahkan kedua mata setiap pagi menjelang. Namun semua itu tidak untuk Viola. Dia benci semua itu. Baginya, lebih baik ia menghabiskan waktu liburan di dalam kamar dengan berkutik pada komputer, dari pada harus panas-panasan sepanjang hari.             “Masih lama?” keluh Viola manja yang sejak tadi berdiri di teras rumah.             “Bentar,” jawab Panji tanpa menoleh.             Viola menghentakkan kaki kanannya. Sikap yang sejak dulu tidak pernah berubah darinya saat emosi membendung. Viola mengalihkan tatapannya ke arah lain, lalu kembali memusatkan tatapannya ke Panji dengan bibir manyun, “Dari tadi bentar mulu jawabannya!”             Cowok itu malam diam. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Viola semakin kesal dan kembali menghentakkan kaki kanannya. Berharap Panji akan menatapnya walau sesaat.             “Apa tuh tanaman lebih penting dari Vio?!”             “Iya.” Jawaban singkat itu berhasil membuat emosi memuncak sampai ke ubun-ubun kepalanya. Viola menggepal kedua tangan dengan wajah geram.             “Nikah aja sana sama tuh tanaman!” Viola kembali masuk dengan langkah kesal. Cowok itu berbalik. Senyuman di bibirnya membuatnya semakin terlihat tampan dengan rambut sedikit melewati leher. Kulitnya putih serta rambutnya yang ikal ditambah kedua mata yang tampak kecokelatan, membuatnya semakin menawan di mata para cewek. Dia melangkah masuk ke rumah meninggalkan segala rutinitasnya di taman.             “Marah?” tanyanya sambil meraih gelas di meja makan. Menuangkan air ke dalamnya melalui teko berwarna keemasan.              Viola melipat tangannya dengan bibir manyun. Duduk di kursi makan, berusaha memalingkan wajah dari tatapan cowok tampan itu.             “Vio kalau marah makin manis lho.” Panji meletakkan gelas yang telah kosong ke atas meja. Menatap Viola yang masih enggan melihatnya.             “Emang manis!” Viola memanyunkan bibir dan sesekali melirik ke arah Panji yang kini malah tersenyum melihat sikap manjanya.             “Tapi kalau senyum, malah makin manis!”             “Gak usah ngerayu!” tolaknya. “Udah sana, habisin aja hari libur abang sama tuh tanaman!”             Panji tertawa. Melangkah mendekati Viola lalu duduk di hadapannya. Viola kembali mencoba mengalihkan tatapannya ke arah lain. Hal itu membuat Panji kembali tertawa.             “Memangnya adik abang ini mau ke mana sih?” Panji mengusap kepala Viola. Membuat rambutnya yang tertata rapi, berantakan mengikuti usapannya.             “Ya ke mana kek, berenang, shopping atau nonton bioskop gitu. Ini malah di rumah terus kayak anak pingitan!”             Tawa Panji kembali terdengar. Bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Viola menatapnya lamat-lamat. Kekesalan masih terlihat jelas tergaris di wajahnya. Menyadari tatapan tidak suka itu, Panji menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dan mencoba menahan tawa.             “Oke-oke, kita nonton yuk?” Panji menaik turunkan alis matanya dengan senyuman lebar.             Viola membuang tatapannya, “Malas, udah gak mood!”             “Shopping?”             “Gak minat!”             “Kalau makan ice cream?”             Viola terdiam. Kedua matanya meneduh. Lidahnya memutar di bibirnya seakan menginginkan ice cream cokelat kesukaannya. Panji tersenyum tanda berhasil memenangkan hati sang adik. Viola melirik ke Panji dengan wajah memelas.             “Tapi bayarin?” Viola menggigit bibir bawahnya.             “Siiiipp. Kita makannya di taman komplek aja ya?!”             Viola mengangguk manja lalu beranjak dari tempat duduknya diikuti Panji yang melangkah tepat di belakang. Langkah riang Viola jelas terlihat sembari membetulkan letak posisi topi yang dipakainya. Panji yang memang terkenal usil, malah dengan sengaja memukul bagian depan topi hingga membuat wajah Viola, sedikit tertutup. Viola memukul lengan Panji lalu berlari menjauh darinya.             “Bang, ingat gak besok hari apa?” tanya Viola sambil berayun di ayunan kayu di taman komplek. Tangan kanannya memegang erat besi ayunan, sedangkan tangan kirinya tampak menggenggam erat ice cream cokelat kesukaannya.             “Hari senin,” jawab Panji santai sembari mendorong ayunan yang dinaiki Viola.             Viola memanyunkan bibirnya. Dan membiarkan lelehan ice cream jatuh ke tanah, “Iya, Viola tahu besok hari senin.” Viola menjilat sesaat ice creamnya. “Ya, ada apa gitu di hari senin. Coba ingat-ingat dulu.” Senyuman kembali tergaris di bibir Viola.             Panji tersenyum mendengarnya, lalu berpura-pura berpikir, “Oh iya!” Viola tersenyum penuh arti. “Besok abang ada tes gitu di kampus. Aich, baru ingat. Makasih ya, Vi, udah ngingatin.”             Senyuman Viola spontan lenyap. Dia menghentikan gerakan ayunan dengan menahan kedua kakinya di tanah. Berdiri lalu berbalik menatap ke Panji yang berpura-pura heran, “Cuma itu?!” Viola menajamkan tatapannya ke Panji yang masih menunjukkan ekspresi bingung. Ekspresi Panji yang terus berpura-pura, membuat Viola kesal bukan main. Viola mendekat, lalu menancapkan sisa ice creamnya di hidung Panji. Menghentakkan kakinya sekali lalu berlari meninggalkan Panji sendiri yang mulai sibuk membersihkan ice cream di hidungnya. Panji menggelengkan kepala lalu melempar ice cream Viola ke tong sampah yang ada di dekatnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook