Rencana Pertemuan Keluarga

1173 Words
"Kau bisa menentukan kepada siapa kau akan jatuh cinta, tetapi kau tak bisa memaksa jodohm dengan siapa kau akan menikah nantinya." *** Araela masih sibuk dengan tumpukan dokumen didepannya, saat sang mami menelphon dengan seperti biasa diawali dengan kata-kata mutiara sebelum ke inti cerita. "Ingat! pulang kantor, langsung pulang! jangan ngelayap kemana-mana dulu." Suara mami terdengar penuh harap tanpa omelan seperti biasa saat dirinya lambat menjawab panggilan dari kanjeng ratu. "Iya, Mi! ini sudah telphone ketiga dan sms ke sepuluh dalam satu hari ini,"jawab Araela membuat maminya terdengar mendengkus diseberang telphone. "Oh ya, sekalian nanti kamu mampir di toko kue langganan mami, ambil kue pesanan mami." "Kenapa tidak menyuruh Ariel saja sih, Mi," gerutu Araela. Jujur dirinya suka merasa malas kalau disuruh mampir apa lagi ke toko kue. "Ariel ada turament basket, sore ini dikampusnya,"jawab mami membuat Araela tertunduk lemas. "Jangan lupa! pulang kerja jangan telat, terus ambil pesanan kue mami." "Sendiko dawuh kanjeng mami."Akhirnya jawaban pendek yang Araela berikan lalu menutup panggilan. Pandangannya kembali ke tumpukan dokumen yang menggunung didepannya. Mendekati akhir tahun, semua unit kerja dibanjiri pekerjaan yang sudah dilaksanakan tahun ini dan perencanaan pekerjaan yang akan dilakukan tahun depan. "Ra! nanti sore kita ke Soho yuk!"ajak Mela temen kerjanya. "Emang kamu, nggak dijemput David?"tanya Araela tanpa beralih dari layar komputernya. "Mas David pulang lembur, jadi aku disuruh pulang sendiri,"jawab Mela si calon ibu . "Aku sudah di warning sama mami! hari ini nggak boleh pulang telat. Karena mau ada acara keluarga dirumah,"jawab Araela tidak semangat . "Ya sudah kalau begitu,"sahut Mela dengan wajah ditekuk . "Eittts jangan cemberut dulu bumil! bukannya masih ada besok?atau sabtu saja skalian,"Araela membujuk sahabatnya yang memang gampang sekali ngambek, mungkin pengaruh hormon ibu hamil. "Sabtu ... Oh iya! kitakan ada janji sama Bianca ,Bela dan Ivone. Iya sudah kalau gitu sekalian sabtu saja." Mela berkata dengan mata berbinar , dan Araela mengangguk senang . "Tapi hari ini, nanti kamu pulang aku anter saja, kebetulan aku tadi bawa helm dua, habis nganter Azera sekolah,"kata Araela lagi dan Mela mengangguk lalu kembali keruang kerjanya yang berada di sebelah ruang kerja Araela. *** "Mel, kita mampir ke toko kue Sweet dulu ya? nggak apa kan?" tanya Araela saat mereka berada di tempat parkir . "Nggak apa," sahut Mela sembari naik ke boncengan Araela . Kedua wanita muda itu pun melaju di jalan yang lumayan padat. Araela kali ini tidak berani memacu laju motornya melebihi 40 km/jam seperti biasanya karena kondisi Mela yang sedang hamil . Dan dia juga tidak mau kena omel David suami Mela, kalau sampai Mela kenapa - kenapa. Karena omelan David itu lebih pedes dari pada gado-gado cabe lima, pria jutek ya David itu kembaran dengan Devan suaminya Bianca. Saat Araela sampai dirumah sudah hampir maghrib, karena gadis itu mengantar Mela dulu yang arah rumahnya berlawanan dengan arah rumah Araela . Dilihatnya sebuah mobil inova putih milik kakeknya terparkir di garasi, mobil papinya juga sudah nongkrong di depan mobil kakeknya. "Assalamulaikum," salam Araela ketika masuk ke ruang keluarga melalui pintu samping yang menghubungkan dengan garasi . "Walaikumsalam , kok telat pulangnya, Ra?" tegur maminya yang lagi sibuk di dapur ditemani tante Mia adik mami dan tante Febri adik papinya . "Iya maaf, Mi. Karena tadi nganter Mela dulu mi, David tidak bisa jemput karena lembur banyak pasien," sahut Araela sembari meletakkan kotak kue dimeja pantry . Araela lalu mencomot sepotong perkedel kentang yang disusun tante Febri dipiring , tantenya hanya tersenyum sembari mencubit pipinya . "Cepat mandi, tidak enak kalau tamu sudah datang kamu masih bau asap jalanan!" perintah maminya . "Memangnya mau ada tamu siapa sih mi?" tanya Araela sembari meneguk segelas jus apel . Maminya yang ditanya hanya menjawab singkat."Teman baik kakekmu juga papi." Araela hanya nyengir dan mengangguk, kemudian berlalu menuju kamarnya yang berada dilantai dua . **** Araela sedang asik menonton serial drama korea kesukaannya di kamar bersama sepupunya Sofia dan Azera adiknya . Ceklek ! Terdengar suara pintu kamar dibuka, lalu muncul wajah manis tante Febri yang terbingkai jilbab warna hijau botol . "Ara, bisa ikut tante ke kamar mami ?"suara lembut tante Febri membuyarkan konsentrasi tiga gadis itu menonton aksi Lee Jong Ki dan IU dalam Scret Moon Lovers. "Kenapa, Tan?"tanya Araela dengan sedikit malas . "Nanti kamu tahu sendiri, ayuk cepetan,"jawab Tante Febri sembari menggandeng tangannya . Diruang tengah, lantai atas depan kamarnya, tampak Ariel dan tiga sepupunya yaitu Jordan, Dio dan Risky asik bermain PS sementara sikembar Keanan dan Kaira anak kakak perempuannya Amera asik dengan mainan balok kayunya . Dua bocah usia 9 bulan itu tampak menggemaskan dengan pipi gembulnya , sebenarnya Ariel dikasih tugas jagain si kembar. Namun begitulah Ariel, dia malah asik sendiri main PS dengan ketiga sepupunya . Kamar mama terletak dilantai satu dekat ruang makan, Araela langsung dibawa masuk tantenya kedalam kamar . "Ehh pada ngumpul disini,"ucap Araela sedikit kaget karena disitu sudah ada mbak Amera, tante Fanny juga maminya . "Kemarilah."Mami memanggil dengan isyarat tangan agar dirinya mendekat . "Araela sudah paham kan, soal perjodohan yang kemarin kita bicarakan,"kata Mami lembut sembari mengelus punggung tangannya. Araela mengangguk dia tidak mau ribut lagi dengan maminya seperti sebulan yang lalu , saat kedua orangtuanya juga kakeknya menyampaikan perjodohan ini . Araela saat itu sangat terkejut dan marah, dia merasa dipaksa sementara dirinya sendiri belum siap buat menikah. Lagi pula dia masih punya mimpi dan keinginan yang belum terlaksana seperti melanjutkan pendidikannya. Namun argument maminya terlalu kuat buat dikalahkan, alasan kesehatan kakek dan pertemanan papinya membuat Araela menurut ditambah dengan usianya yang usdah melewati angka 25 tahun. "Tapi mi! Ara 'kan belum kenal dan belum tahu siapa calon Ara. Masa seperti beli kucing dalam karung,"jawab Araela dengan wajah memelas . "Nanti juga kamu tahu dan kenal. Toh menikahkan tidak harus melalui pacaran dulu," sahut maminya tetap pada predikat tidak mau kalah. "Contohnya kakakmu Amera, ketemu sekali langsung nikah. Pacarannya setelah menikah dan sekarang malah sudah punya sikembar,"Mami always the best kalau soal berdebat . "Sudah dek, dijalani saja dulu. Toh ta'arup nggak buruk kok, malah bagus lagi. Kalian ketemu langsung halal, kan enak."Amera ikut membantuin sang mami melunakkan hati adik tomboynya . "Kalau nanti aku nggak bahagia gimana?"Araela masih berupaya menolak perjodohan ini . "Soal bahagia itu tergantung bagaimana kalian menerima dan memahami satu dengan yang lainnya."Tante Febri ikut menjadi pendukung mami, sementara tante Fanny hanya mesam mesem manis saja . "Kata papi, calon suamimu ini oke banget, cakep dan punya karier bagus."Amera kembali menguatkan argument maminya membuat Araela semakin frustasi . "Kok nggak ada yang ngebantuin Ara sih?"sungut Araela sebel . "Tante ngebantuin Ara kok,"Tiba-tiba tante Fanny bicara tapi dengan senyum liciknya . "Yes!tante memang harus ngebantuin Ara. Bilangin ke kakek kalau Ara masih pengen lanjut kuliah, nggak mau nikah muda."Mata Ara berbinar - binar menatap tantenya. "Iya untuk yang terakhir tante nggak bisa bantu , " jawab Fanny membuat Ara cemberut."Karena tante sudah nyiapkan ticket ke Swiss buat kamu dan suamimu,"lanjut tante Fanny. "Ticket ke Swiss buat apa?"tanya Araela . "Buat honeymoon dong , masa buat mulung coklat disana," sahut Amera sembari tertawa demi melihat wajah Araela yang memerah menahan kesel. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD