Terror

1543 Words
Jum’at, 2 April 2020   Kringggg Kringggg Kringggg   Tepat pukul 07.00, bel masuk berbunyi dan gerbang sekolah pun sudah ditutup. Pagi yang sangat indah ditemani dengan kicauan burung dan sinar mentari hangat menyinari bumi. Hari ini adalah hari dimana semua murid bersemangat. Ya, tentu saja karena ini adalah hari Jum’at dan jam pelajaran berakhir sedikit lebih cepat untuk kemudian istirahat. Seperti hari-hari biasa nya, mereka melakukan apel pagi di lapangan. Tiba-tiba terdengar suara “GUBRAK” di belakang barisan. Ternyata suara itu berasal dari Harsa yang jatuh bersama motornya saat sedang dikejar-kejar oleh pak satpam karena datang terlambat dan menerobos masuk. Seketika semua murid yang ada di lapangan tertawa terbahak-bahak melihat kejadian tersebut. “JANGAN KETAWA,” teriak Harsa dengan nada malu karena saat ini dia menjadi pusat perhatian seluruh sekolah, termasuk para guru dan staf sekolah. “HAHAHAHAHAHAHAHAHA.” Terdengar suara tertawa Jovan lah yang paling mendominasi diantara yang lain. “HAHAHAHAHA makanya ga usah gaya-gayaan menerobos masuk, Sa,” ucap Yura sembari tertawa bersama Revaz. Ya, Harsa memang tipikal murid yang sering terlambat dengan alasan ketiduran atau alasan lainnya. Tentu saja karena begadang semalaman bermain game. “Diem kalian,” ucap Harsa dengan nada marah dan malu.  “Harsa ... this is your second time in this week. Sini kamu maju. Berdiri di barisan sendiri sampai apel selesai terus ke ruangan saya,” ucap Pak Jae. “Baik pak,” sambung Harsa yang sudah pasrah dengan apa yang akan dilakukan Pak Jae. Apel pun dimulai dan berjalan dengan lancar.  Setelah apel selesai, Harsa langsung menemui Pak Jae. “Kalau kamu begini terus, Bapak akan panggil orang tua kamu ya,” ucap Pak Jae. “Jangan Pak, please ... nanti handphone saya disita sama mama saya kalau ketahuan sering terlambat,” ucap Harsa.  “Itu kan urusan kamu. Kamu harus berani bertanggung jawab dan mengambil konsekuensi dari setiap perbuatanmu, Sa,” Jawab Pak Jae mengangkat bahu acuh.  “Aduh pak, Saya janji deh Pak tidak akan terlambat lagi.” Karena lelah mendengar Harsa merengek, akhirnya Pak Jae memberikan satu kali kesempatan lagi dan memperbolehkan Harsa masuk ke kelasnya. Pelajaran berjalan seperti biasa, hingga tiba waktu istirahat.    Kringggg Kringggg Kringggg   Bel yang sudah ditunggu-tunggu pun berbunyi. Semua murid bergegas menuju kantin atau memakan bekal mereka. Karin yang sedari tadi menahan rasa sembelit di perutnya langsung berlari menuju kamar mandi. Karin adalah anak yang sangat suka makanan pedas. Semalam, dia menjajal tteokbokki yang terkenal di kota karena tingkat kepedasannya. Karin bahkan pernah dirawat di rumah sakit akibat terlalu banyak makan makanan pedas. “Pasti makan pedas lagi kan semalem?” tanya Lily yang bertemu dengannya di depan kelas. “I-iya sumpah sakit banget perut gue,” jawab Karin dengan wajah yang memerah. “Kebiasaan dasar, yaudah sana cepetan,” balas Lily menepuk bahu Karin. “Bye, Lily,” ucap Karin sambil berlari menuju toilet. Ketika sedang berada di dalam bilik toilet, Karin mendengar suara pintu terbuka, namun dia mengabaikan suara itu dan berpikir bahwa itu hanya murid lain yang ingin ke toilet juga. Seperti toilet pada umumnya, terdapat sedikit celah di bagian bawah pintunya dan tiba-tiba ada seseorang yang melemparkan kertas ke dalam bilik Karin. Karin yang terkejut langsung menyudahi aktivitasnya dan langsung membuka kertas tersebut. “Apa nih … hah? ga jelas. Siapa sih orang iseng yang masih suka lempar-lempar kertas,” ucap Karin setelah membaca tulisan are yang ada di kertas tersebut.  “Eh wait, kayanya gue pernah liat tulisan ini,” gumam Karin. Matanya menelisik pada tulisan yang ada di kertas itu. Tulisan tersebut tampaknya ditulis oleh seseorang yang dia kenal karena model tulisan itu tidak asing baginya. “Ah tapi pasti perasaan gue doang, udahlah buang aja ga penting.” Karin yang tidak mempedulikan kertas tersebut langsung membuangnya ke tempat sampah lalu kembali ke kelasnya.    * Senin, 5 April 2020   Semua murid melakukan aktivitas pembelajaran seperti biasanya, hingga tiba waktu dimana Karin ingin ke toilet seperti biasa dan dia mendengar ada seseorang yang masuk setelahnya. Seperti waktu itu, orang tersebut melemparkan kertas ke dalam bilik toiletnya. Karin langsung membuka kertas tersebut dan menemukan tulisan you di dalamnya.  “Kemaren are sekarang you, apa maksudnya coba?” gumam Karin kesal. Setelah selesai, Karin berniat membuang kertas tersebut ke tempat sampah,  “Eh, apa coba gue simpen ya? Siapa tau berguna nanti,” ujar Karin yang tidak jadi membuang kertas tersebut. Munculah ide di dalam benaknya untuk pergi ke toilet lagi esok hari untuk mengetahui apakah dia akan mendapat kertas lagi atau tidak. Setelah itu Karin kembali ke kelasnya dan melanjutkan pelajaran.   *   Seperti rencananya kemarin, Karin sengaja pergi ke toilet walaupun sebenarnya tidak perlu. Ia merencanakan untuk berpura-pura masuk ke dalam bilik lalu ketika orang tersebut melempar kertas, Karin akan langsung keluar dan menangkapnya. ‘Nah, kan bener dia ngikutin gue, pasti abis ini dia lempar kertas itu lagi," batin Karin melihat ada bayangan yang berjalan tepat di belakangnya dari sudut bola matanya. Seperti dugaan, orang tersebut mengikuti Karin ke dalam toilet dan melempar kertas itu lagi. Seketika Karin langsung membuka pintu biliknya tetapi sia-sia. Orang tersebut langsung berlari keluar menuju lift sehingga Karin tidak sempat menangkapnya. ‘Ah no, I lost her, siapa sih sebenarnya dia? Pasti pelakunya perempuan kan?’  Ready, itulah tulisan yang ada di kertas ketiga yang Karin terima. Ia sadar bahwa kertas-kertas tersebut memiliki tulisan yang berkesinambungan sehingga ia memutuskan untuk tetap pergi ke toilet pada hari-hari berikutnya untuk mengetahui apa makna kertas tersebut sampai habis. Hari keempat, Karin menerima kertas bertuliskan for yang membuatnya semakin yakin bahwa kertas-kertas tersebut memiliki pesan tersembunyi. Hari kelima, ia mendapat kertas bertuliskan the dan game?. “Kayanya semua potongan kata nya udah lengkap, gue bakal sambungin semuanya,” ucap gadis itu. “Ready for the game? maksudnya? Oh iya kertas pertama are, kedua you, berarti kalo digabung jadi are you ready for the game? Game? Game apa sih?” ucap Karin kebingungan. Akhirnya Karin memutuskan mengabaikan kertas tersebut dan berpikir bahwa itu hanya ulah orang iseng. Akan tetapi, keesokan harinya, ia mendapat kertas lagi tetapi dengan tulisan yang sudah lengkap, yaitu are you ready for the game?. Karin yang merasa risih dan terganggu akhirnya melaporkan kejadian tersebut kepada orang tuanya dan pihak sekolah. Pihak sekolah langsung menanggapi kejadian tersebut dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa hanya ulah murid iseng atau ada motif lain? Karin juga mengabari teman-teman grup musiknya atas kejadian tersebut. Mereka memutuskan untuk mencari tahu sendiri siapa pelakunya. “Guys, gimana kalo kita coba cari sendiri pelakunya, dengan cara kita minta semua teman kelas kita untuk nulis kalimat yang sama kaya di kertas ini, terus kita lihat apa ada tulisan yang sama persis kaya gini atau engga,” ucap Zevan sambil memegang kertas tersebut. “Nah, boleh tuh. Gila sih ide lo emang mantep, Van,” jawab Harsa menangkup pipi Zevan dan langsung dihempaskan oleh Zevan. “Iyalah Zevan gitu lho, emangnya lo?” sambung Revaz. “Gue tampol lo ya, Rez, sirik aja lo,” lanjut Harsa. “Idih sirik kenapa tau,” ucap Revaz “Berisik lo semua, ayo kita cari ga pake lama,” ucap Zeanne yang lelah dengan keributan ini.   *   Setelah semuanya selesai meminta teman mereka untuk menulis kalimat tersebut, mereka berkumpul di kantin dan mencocokkan dengan tulisan yang ada di kertas. Tiba-tiba Yura berteriak dan membuat pandangan semua murid yang ada di kantin tertuju pada Yura. “GUYS GUE NEMU PELAKUNYA,” ucap Yura ketika menemukan salah seorang teman kelasnya yang memiliki tulisan sama persis seperti di kertas tersebut. “Shuttt, jangan teriak-teriak, Ra, nanti ketauan kita,”  bisik Vella. Gadis itu tersenyum kikuk menyadari kecerobohannya, “Eh iya sorry.” “Siapa pelakunya?” tanya Harsa penasaran. “Nancy.” Seketika semua orang disana terkejut mendengar ucapan Yura. “Nih liat sendiri,” balas Yura sembari menunjukkan kertas milik Nancy dan membuat mereka percaya apa yang dikatakan Yura. --Nancy, anak yang suka menyendiri dan tidak suka bergaul dengan teman-temannya, ia adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama nenek dan adiknya. Ia sangat menyayangi mereka karena hanya mereka yang ia punya—   Zevan yang kaget mendengar kabar tersebut langsung menghampiri Nancy dan melaporkannya ke pihak sekolah yang kemudian langsung dimintai keterangan.   *   “Terus siapa?!” tanya Karin yang kesal dengan pengakuan Nancy. Ia mengaku bahwa kertas-kertas tersebut memang ditulis dan dilemparkan olehnya. Namun, semua itu karena ia juga diteror oleh seseorang untuk mengirimkan kertas-kertas tersebut kepada Karin. “G--gue juga ga tau s--siapa yang neror gue,” ucap Nancy sembari menahan air matanya. “K--kalo gue ga lakuin hal itu, a--adik sama nenek g--gue bakal jadi korban dan gue ga mau hal itu terjadi sama mereka karena cuma mereka yang gue punya,” ujarnya. “K--kar, gue m--minta m-maaf banget sama lo, gue bakal lakuin apa aja biar lo maafin gue.” Tangisnya pecah menyesali perbuatannya. Karin muak melihat Nancy yang menangis tersedu layaknya anak kecil di hadapannya. Zevan yang memahami bahwa Karin sulit untuk menerima permintaan maaf Nancy meyakinkan gadis itu bahwa pengakuan Nancy itu benar karena Zevan tahu tidak mungkin Nancy melakukan hal tersebut tanpa alasan atau desakan dari siapapun. Dengan bujukan yang cukup lama Karin akhirnya mau memaafkan Nancy dan membiarkan gadis itu pergi. Kini mereka harus mencari siapa pelaku sebenarnya di balik teror yang menimpa Nancy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD