Aku tidak melihat dengan jelas lingkaran hitam di bawah mata Ford. Itu karena ruang kamar hanya diterangi lampu tidur dan Matahari belum sepenuhnya menampakkan dirinya. Namun setelah Ford menyalakan lampu ruangan sehingga kamar menjadi terang benderang, aku bisa melihat raut gelisah dan lingkaran hitam di bawah matanya dengan jelas.
"Ford!? " ucapku hampir memekik.
Aku terkejut melihat Ford di ruangan ini. Dia menatapku dengan mata sayu. Dadanya naik turun dan ia merangkak naik ke ranjang untuk berada di atas tubuhku. Dia berdiri dan bertumpu pada lututnya, jari-jarinya yang kuat bekerja secara cermat melepas kancing pakaian dan melemparnya ke belakang.
Dia seksi dengan otot yang melambai untuk disentuh. Bentuk V erotis yang membuat tenggorokanku mengering. Lalu membayangkan hal-hal menyenangkan yang bisa aku lakukan pada ototnya. Hanya saja, ada satu pertanyaan besar di otakku.
'Bukankah dia seharusnya ada di apartemen Cindy. Tapi mengapa dia sekarang berada di kamarku dan dalam kondisi mengeras? '
Aku mencoba mendapatkan jawaban dengan meraba sisi kanan ranjang. Masih terasa hangat. Artinya Ford tidur di sampingku semalaman. Dia pulang. Ya ampun, aku sangat bahagia memikirkan Ford memilih tidur bersamaku dari pada bersama Cindy. Senyum pun terbentuk di bibirku. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa ekspresiku saat ini.
"Kamu di sini? Eh... " Ups, pertanyaan bodoh. Bagaimana aku bisa menanyakan hal itu. Pertanyaanku bisa memberi tahu Ford jika aku tau dia pergi menemui Cindy. "Mak-maksudku kamu sudah bangun? Lihat dirimu, kamu nampak lelah dan kurang tidur. " Aku tergagap seperti orang yang ketahuan bersalah.
Tangan Ford mengusap-usap bibirku tanpa menjawab celotehanku. Satu demi satu baju tidur yang aku kenakan sobek karena Ford tidak ingin membuang waktu untuk melepasnya.
"Aku sudah tidak bisa menahannya lagi Swana. " Suara Ford yang serak dan dalam menembus gendang telinga, mengirimkan getaran-getaran di setiap sel tubuhku.
"Aku benar-benar tidak tahan. Ini bisa membuatku gila. "
Aku bingung maksud dari perkataan Ford. Hatiku gelisah karena penasaran dengan maksud kata 'tidak tahan'. Apakah yang ia maksud adalah tidak tahan bersamaku?
Akan tetapi pertanyaan itu terjawab begitu Ford mendesak lembut ke arahku, membuatku bahagia, melayang dan merasa diinginkan. Ternyata yang dia maksud adalah tidak tahan untuk segera berlabuh ke surga dunia bersamaku.
''Aku menginginkan ini sejak tadi malam, Swana. Rasanya aku bisa gila jika menahannya satu menit lagi... ''
"Eh? "
Apalagi aku tau jika Ford menahannya sejak semalam, tandanya dia memikirkan kondisiku dan tidak ingin mengganggu waktu istirahat. Sungguh manis sekali. "
"Ford..."
Kini beribu pertanyan timbul di benakku. Bukankah Ford menemui Cindy? Seharusnya gadis seksi berbody model seperti Cindy sudah cukup membuat Ford b*******h akhirnya mereka berdua bercinta karena mereka memang saling mencintai. Atau Ford hanya bermain sebentar dan pulang. Ini membingungkan, Ford bersikap seperti belum melampiaskan hasratnya.
"Ssthh, jangan menghentikanku, Swana. "
'Ataukah Ford tidak bernafsu dengan Cindy? '
'Tidak ada aroma wanita lain maupun cairan cinta pada Ford, lalu ranjang di sebelahku terasa hangat, apakah dia sedang membuka bab baru tentang seleranya terhadap perempuan? '
Perlu waktu tidak sedikit untuk melayani Ford hingga dia puas. Pria ini ternyata masih memiliki stamina yang tinggi meski terlihat jika kurang tidur. Memang tidak mengherankan mengingat olah raga rutin yang dia lakukan usai bekerja, lihat saja otot bisepnya. Sangat indah hingga menarik gairahku untuk menyelam dalam putaran hasratnya.
'Ah, aku wanita hamil yang m***m. '
.
.
.
Memang percintaan kami penuh gairah yang memabukkan. Ford mengajakku ke dalam mimpi indah yang belum pernah aku rasakan. Membuatku begitu liar hingga lupa diri. Sayangnya semua berakhir sama seperti kegiatan percintaan itu. Setelah semua selesai, maka segala pemujaan, cintanya, dan perasaan sangat diinginkan oleh Ford---hilang tak berbekas.
Sangat menyakitkan mendapatkan pasanganmu menjadi aneh setelah kegiatan seksual. Ini memberi perasaan yang seolah dirimu sudah melakukan kesalahan dan dicampakkan. Ford nampak menyesali apa yang sudah terjadi di antara kami. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Sejak pertama kami melakukannya.
"Kamu cantik Swana, " ucap Ford. Dia memang mengatakan kata-kata pujian usai kami bercinta. Membuat perasaanku melayang bahkan siap untuk putaran selanjutnya. Dia memang selalu melakukannya. Pujian dan memberi limpahan kasih sayang, juga perhatian padaku seperti sebuah agenda usai bercinta. Contohnya menyiapkan s**u atau membuat sandwiches.
Aku tau itu hanya permulaan untuk mimpi buruk yang akan hadir. Entah bagaimana caranya, Ford mendadak terdiam. Dia kemudian menjaga jarak dan mengacak-acak surainya. Setelah itu Ford tidak akan mengatakan apapun. Dia terdiam tanpa ekspresi.
Sama seperti hari ini, tidak ada perbedaan sama sekali. Ford sudah menunjukkan segala perhatian dan kasih sayang. Jadi ia sekarang sedang memulai ke fase penyesalan. Sikapnya mulai dingin dan wajahnya juga berubah datar. Memang terasa menyakitkan.
'Apa aku memang tidak memiliki kesempatan dapatin hati Ford?'
Lagi-lagi aku ingin menyerah dan pergi begitu saja. Dalam benakku bertanya, apakah semua ini sepadan? Dan aku kembali mendapatkan kekuatan saat membayangkan keluarga utuh yang aku dapatkan jika berhasil mendapatkan hati Ford. Kekuatan itu berhasil mendorongku memperjuangkan 10 persen kemungkinan mendapatkan hati Ford.
''Aku berangkat. ''
"Ya, hati-hati di jalan. "
Beberapa jam terlewat tanpa aku sadari. Padahal aku merasa baru datang ke salah satu cabang toko Swalayan milik Andrea. Dia kebetulan sedang mengunjungi tokonya dan akan kembali ke Seattle nanti sore.
"Swana, kukira kamu lupa sama aku! " pekik Andrea. Wanita berumur tiga puluh lima tapi masih terlihat seperti dua puluh tahun itu memelukku lembut. Lalu tangannya mengusap perutku dan tersenyum lebar.
"Jangan bilang kamu lagi ngidam dan pengen rujak ya? Makanya kamu datang ke swalayanku. "
Aku menunduk malu. Memang itu tujuanku. Dari tadi aku merasa jika ada seseorang yang menyuruhku beli mangga.
"Mbak Andrea tau aja. Aku memang pengen buah dari Indonesia. Sudah lama aku nggak makan mbak. Jadi kangen sama rasanya. "
"Bagus, ayo mbak tunjukin macem-macem buah yang bisa buat ibu hamil ngiler." Mbak Andrea menarik tanganku lembut ke arah ruangan yang berisi buah dari Indonesia. Aku hampir menangis karena senang.
Saat aku memilih dan siap membayarnya, mbak Andrea mengajak aku berkeliling lebih dahulu. Dia mengajak aku keliling Manhattan karena tau aku belum pernah jalan-jalan sebelumnya.
"Ayo kita jajan di trotoar Manhattan. Kau pasti terkejut. "
"Ya sudah, ayo. "
Dia benar, kami pun jalan-jalan dengan perlahan. Tujuan kami memang tidak jauh, itu karena kondisiku yang hamil besar.
Dengan tas di tangan yang berisi makanan, tiba-tiba aku melihat Cindy sedang masuk ke mobil yang pernah aku naiki. Di sana ada Ford yang memakai kacamata hitam. Mereka berhenti di depan butik Prada.
'Pasti Cindy meminta kompensasi dengan barang-barang mewah dari Ford. '
Pemandangan itu bahkan membuat mbak Andrea terkejut.
"Dia kan suamimu! " ucap mbak Andrea. Dia menganga karena tak percaya melihat suamiku bersama gadis lain padahal aku sedang hamil.
"Oh, istri sedang hamil dia malah selingkuh. Dasar b******n! " Mbak Andrea hampir berubah menjadi banteng dan menghajar mereka. Itu akan menjadi masalah besar buat kami bertiga.
"Mbak, jangan, " cegahku.
"Tapi mereka itu selingkuh! " protes mbak Andrea. Dia lebih marah dari pada aku. Wajar saja, mbak andrea memang tidak tau cerita yang sebenarnya.
"Mbak, masalahnya nggak sesederhana itu. Ayo kita balik dan aku akan cerita semua sama mbak. "
Mbak Andrea menghela nafas panjang. Dia pun menurut meski wajahnya kesal plus penuh tanda tanya.
Perjalanan pulang dari belanja makanan ringan tidak semenyenangkan ketika keberangkatan kami. Semua itu disebabkan pertemuan dengan Cindy dan Ford. Jujur saja hatiku terasa perih melihatnya. Padahal beberapa jam yang lalu, Ford habis meniduriku.
"Jelaskan pada Mbak sekarang, " tuntut Mbak Andrea. Sikapnya menjadi seorang detektif yang menginterogasi penjahat. Itu membuatku terharu karena orang yang perduli padaku sekarang bertambah.
"Sebenarnya aku dan Ford terpaksa menikah karena kecelakaan. Kejadian itu berlangsung di Indonesia."
Mbak Andrea mendengarkan ceritaku dengan seksama. Raut keterkejutan terlihat saat aku menceritakan sebagian masalah rumah tanggaku. Aku tidak ingin menceritakan seluruh masalah keluargaku karena tidak ingin Mbak Andrea menganggap Ford kejam.
"Begitulah, Mbak. Umpama Ford minta aku cerai usai bayi ini lahir --aku nggak masalah. Dia memang nggak punya perasaan padaku. "
Hatiku berdenyut sakit sebagai efek pertanyaanku sendiri. Sungguh ironis menjaga nama baik Ford sedangkan aku begitu tersiksa.
"Ya sudah. Mbak akan antar kamu pulang sekaligus kembali ke Seattle. " Raut wajahnya terlihat kasihan padaku. Wajar saja, setiap wanita yang tau posisiku pasti merasa iba.
"Terima kasih, Mbak. "
Tbc.