Siang itu, Ford tertidur setelah menghadapi kelelahan batin karena rasa bersalah. Dia kini harus berjuang menanggung penderitaan kehilangan orang yang ia cintai akibat menyakitinya terlalu dalam. Berjuang untuk tetap waras di tiap detik yang terlewat di hidupnya. Beberapa bulan yang lalu, dia mencoba melarikan diri dari kesedihan dan rasa bersalah dengan dengan bersenang- senang di club malam hari. Setelah itu, keesokan harinya menenggelamkan diri dalam pekerjaan tiada henti. Hanya itu yang bisa ia lakukan, dan Ford mengikuti pola yang sama setiap hati. Semua demi meredam rasa sakit yang tak berkesudahan. Berharap waktu akan mengikis rasa sakit di dadanya. Andainya saja pelarian yang ia lakukan selama ini berhasil meringankan rasa sakit di hati, tentu Ford tidak akan sengsara seperti ini

