bc

The Secret Of Snow In Summer

book_age12+
81
FOLLOW
1K
READ
mafia
mystery
straight
brilliant
realistic earth
crime
like
intro-logo
Blurb

Kematian sang ibu membawa rahasia siapa ayah kandung Antonio Bertolini. Antonio yang sejak kecil tinggal di desa Kuala Namu Sumatera Utara mencari tahu siapa ayah kandungnya. Hingga pencariannya mendapatkan titik cerah, ayahnya adalah mafia di Calabria Italia Selatan.

chap-preview
Free preview
Mawar Melarikan Diri
Mawar melihat ke sekeliling dengan gelisah, bola matanya bergerak ke sana ke mari memindai penjaga yang mondar-mandir di luar kamar bayinya. Ia mengambil napas dalam-dalam, keputusannya sudah bulat ia harus pergi dari mansion itu bersama putra dan putrinya secepat mungkin.   Mawar menutup pintu kamar bayinya lalu berjalan menuju dua box bayi yang bersandingan berwarna pink dan biru. Dua bulan lalu ia baru saja melahirkan anak kembar melalui operasi cesar. Antonio dan Alicia, nama yang diberikan kakek mereka Vincenzo Bertolini seorang mafia yang berkuasa di wilayah Italia Selatan.   “Oek … oek …!” Alicia tiba-tiba terbangun dan menangis keras. Mawar segera mengangkat putrinya dari box bayi lalu menyusuinya. Alicia yang memang kelaparan menyusu dengan lahap.   “Oek … oek …!” Giliran Antonio yang menangis dengan keras.   Klek. Pintu terbuka menampakkan Maria sang pengasuh bayi datang. Wanita berpakaian maid itu tersenyum. Ia adalah satu-satunya orang yang memperlakukan Mawar dengan baik di mansion itu.   “Biar saya bawa Nona muda Alicia ke taman dan Nyonya bisa menyusui Tuan muda Antonio denga tenang.”   Mawar menyetujui usul itu dengan menganggukkan kepalanya. Maria mengambil Alicia dari pangkuan Mawar lalu menaruhnya di kereta bayi dan berlalu pergi.   Mawar memangku Antonio lalu menyusuinya sambil menangis. Ia merindukan Eduardo Bertolini sang kekasih yang tak kunjung datang saat ia memberitahu kehamilannya. Mawar merasa Eduardo akan senang jika tahu mereka akan memiliki anak setelah sebulan sebelumnya keduanya menikah diam-diam. Tetapi yang datang di malam nahas itu justru anak buah Vincenzo ayah dari Eduardo yang membawanya ke mansion ini dengan membohongi Mawar bahwa Eduardo telah menunggunya.   Mawar menghapus air matanya lalu menatap putranya penuh kasih. “Kamu harus punya kehidupan yang baik, kita harus keluar dari mansion ini. Tidak ada yang baik di mansion ini, mereka semua iblis.” Antonio sang bayi hanya menatap wajah ibunya sambil menyusu.   Ucapan Mawar pada putranya bukan tanpa alasan. Beberapa hari lalu ia menyaksikkan Vincenzo mengeksekusi salah satu anak buahnya yang melakukan kesalahan dengan menyiksa lalu menusuknya dengan pisau tepat di jantung pria malang tersebut. Dan setelah melakukan itu Vincenzo justru tersenyum tanpa ada rasa bersalah sama sekali. Dan ini bukan kali pertama Mawar menyaksikan kekejaman Vincenzo, semasa ia hamil pun Vincenzo pernah menodongkan pistol pada  dokter yang menanganinya saat ia hampir saja keguguran. Iblis, ya itulah kata yang paling tepat disematkan pada Vincenzo sang ayah mertua yang tak punya hati.   Mawar khawatir jika putra dan putrinya dibesarkan di mansion tersebut maka akan mengalami k*******n dari kakek mereka sendiri atau bahkan mungkin anak-anaknya akan menjelma menjadi iblis seperti kakek mereka. Mawar tak akan membiarkan itu terjadi, anak-anaknya butuh lingkungan yang baik agar menjadi orang baik.   Terdengar suara keributan di luar kamar, Mawar bergegas melihat keluar mealui jendela kamar. Dari jendela kamar yang berada di lantai dua terlihat anak buah Vincenzo menyeret seorang pria berambut pirang masuk ke dalam. Beberapa anak buah Vincenzo mengikuti. Entah apa yang terjadi Mawar tidak tahu tetapi yang pasti penjagaan di mansion itu menjadi tidak ketat dan ini adalah kesempatannya melarikan diri setelah selama lebih dari seminggu ia mencari celah untuk keluar dari mansion tersebut.   Mawar menggendong Antonio dengan gendongan bayi berbentuk sling yang c**k untuk bayi di bawah 5 bulan.. Kemudian ia mengambil tas kecil miliknya, benda satu-satunya yang ia bawa dari apartemennya sembilan bulan lalu. Tas kecil itu berisi dokumen penting miliknya seperti kartu identitas dan paspor serta sejumlah uang dan kartu debit miliknya.   Dengan berhati-hati dan tidak menimbulkan kecurigaan, Mawar berjalan menuju taman samping tempat Maria sang pengasuh membawa Alicia. Sampai di taman Mawar mempercepat langkah kakinya.   Sampai di dekat Maria, Mawar mengambil napas dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya.   “Nyonya, kenapa Anda ke sini?” Tanya Maria yang tampak heran melihat nyonya muda di hadapannya terlihat gelisah sambil menggendong Antonio yang tampak tertidur.   “Aku … bosan di kamar terus jadi ingin keluar. Lagipula matahari bagus kan untuk kesehatan. Aku ingin berjemur bersama kedua anakku.” Mawar memberi alasan dengan ekspresi senatural mungkin.   “Iya, Anda benar. Matahari adalah anugerah Tuhan yang tak terhingga untuk setiap makhluk-Nya.” Wanita yang berusia 29 tahun itu tersenyum.   “Maria, bisakah kau ambilkan aku segelas air? Aku sangat haus. ” Mawar memegang lehernya untuk meyakinkan Maria agar segera pergi dari hadapannya.   “Owh, Nyonya haus. Baiklah akan saya ambilkan.”   Begitu Maria hilang dari pandangan Mawar, ia segera mendorong kereta bayi berisi Alicia ke arah garasi. Kemarin Mawar telah mengambil kunci salah satu mobil secara diam-diam. Mobil itu memang jarang dipakai jadi mudah bagi Mawar untuk mengambil kuncinya di meja teknisi yang khusus dipekerjakan Vincenzo untuk merawat koleksi mobilnya.   Mawar mendekati mobil yang dimaksud lalu membuka pintunya. Ia melipat bagian roda kereta bayi Alicia dan kereta bayi itu pun menjadi carseat. Baru saja memasukkan Alicia ke dalam mobil terdengar suara pria berteriak. “Hei, apa yang kau lakukan?!”   Mawar segera pindah ke bagian kemudi, ia harus segera pergi apa pun yang terjadi. Setelah memundurkan kursi karena ia harus mengemudi sambil menggendong Antonio, kunci mobil ia masukkan lalu menyalakan mesinnya.    “Anda tidak boleh pergi, Nyonya!” Seorang pria berkepala botak berteriak sambil menggedor pintu mobil. Pria lainnya yang merupakan teknisi di garasi itu berhasil membuka pintu penumpang dan mengambil Alicia bersama carseat yang belum terpasang dengan benar.   ”Jangan ambil anakku!” Teriak Mawar sambil terus berusaha memajukan mobil yang ia kendarai.   Beberapa pria anak buah Vicenzo datang dan memasuki garasi. Mawar merasa bingung, jika ia turun dan berusaha mengambil Alicia ia pasti akan tertangkap dan tak mungkin dapat melarikan diri di tengah kepungan pria-pria berbadan kekar itu. Dalam waktu yang sangat singkat, Mawar memutuskan untuk tetap pergi tanpa membawa Alicia, paling tidak ia bisa menyelamatkan dirinya dan putranya walau harus meninggalkan putrinya.   Mawar menginjak pedal gas dan melajukan mobil secepat yang ia bisa walau harus menabrak anak buah Vincenzo. “Maafkan aku, putriku. Aku harus meninggalkanmu, sampai jumpa.” gumam Mawar sambil meneteskan air mata.   Mawar mengemudikan mobil itu secepat mungkin dan menabrak gerbang mansion. Terdengar suara revolver milik Vincenzo dari kejauhan dan Mawar makin mempercepat laju mobilnya. Satu tempat yang ia tuju yaitu bandara.   Dalam waktu 45 menit Mawar sampai di Reggio Calabria Airport dan langsung menuju ke bagian tiket. Sepertinya keberuntungan sedang berada di pihak Mawar, ia bisa mendapatkan tiket dengan mudah karena tidak banyak penumpang hari itu yang menuju ke Singapura. Mawar tidak langsung menuju ke Indonesia karena Vincenzo pasti akan mengejarnya ke sana, ia akan terbang ke Singapura menemui Gunadi adik satu-satunya yang ia miliki.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Devil Billionaire

read
94.8K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.3K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.9K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.3K
bc

Marriage Aggreement

read
81.2K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
625.2K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook