2~A Mafia Obssesion

659 Words
Fania menatap keluar kaca memandang langsung ke arah kolam renang yang besar itu yang di lingkupi oleh tembok pembatas di sekiling nya. Untuk sesaat diri nya terus menatap ke arah kolam tersebut, melihat air kolam yang tampak tenang itu Seolah menatap air tersebut bisa membuat diri nya juga ikut merasa tenang dengan pikiran yang berkecamuk di dalam. Lelaki itu, Lelaki bermata Amber itu membuat diri nya terus berpikir dengan apa yang baru saja di katakan nya. Flashback ON Lelaki berwajah tampan juga bermata Amber itu terus menatap Fania dengan tajam, membuat Fania yang berdiri tidak jauh dari nya merasa gelisah dengan tatapan yang di lontarkan nya. "Apa kau tidak duduk ?" suara datar juga terkesan dingin itu mampu membuat Fania bergidik ngeri. Fania menatap lelaki yang duduk di depan nya itu, lelaki tersebut menggerakan wajah nya menyuruh Fania untuk duduk. Dengan sedikit ragu juga gugup diri nya berjalan mendekati sofa yang berhadapan dengan sofa yang di duduki lelaki tersebut. Untuk sesaat tidak ada pembicaran yang terjadi di antara mereka, lelaki tersebut masih betah untuk terus menatap wajah perempuan yang di depan nya. Hingga pada saat Fania mengangkat wajah nya menatap lelaki yang juga menatap tepat ke arah bola mata nya membuat diri nya seakan di koyak oleh tatapan tersebut. "Sa-saya--" "Aku akan berbicara langsung ke inti nya." Potong lelaki tersebut dengan suara dingin nya. "Mulai dari sekarang ini adalah rumahmu. Kau bisa melakukan segala sesuatu di sini. Tapi, kau tidak bisa pergi dari sini. Hanya satu hal yang tidak dapat kau lakukan di sini. Kau tidak bisa melanggar apa yang aku katakan." Lelaki itu terus menatap tepat ke arah bola mata Fania mengunci pergerakan mata hitam kelam milik perempuan tersebut. Lebih tepat nya Mengintimidasi perempuan yang di ambil nya. "Singkat kata aku adalah Tuanmu dan kau milikku.". Kalimat tersebut mampu membuat Fania terkejut. "Apa ? Bagaimana bisa anda mengatakan bahwa anda adalah pemilik dari saya. Saya bahkan baru meng--" "Ayahmu meminjam uang ku dan menjadikan mu sebagai jaminan dari uang yang di pinjam nya. Dan dia belum membayar uang tersebut lebih tepat nya dia melarikan diri. Dan aku mengambil barang yang menjadi jaminan uang ku." Kerja otak Fania mendadak berhenti bagaimana bisa ayah nya, ayah kandung nya sendiri menjadikan nya barang jaminan kepada lelaki yang sama sekali tidak di kenal nya. Dengan mata berkaca - kaca Fania menatap lelaki yang berada di depan nya yang sama sekali tidak menunjukan ekspresi apapun saat ini. Menggeleng kepala menolak semua yang di katakan lelaki tersebut. "Kau berbohong. Ayah ku tidak mungkin melakukan itu. Ayah ku-- Ayah ku tidak mungkin menjadikan ku barang jaminan. Ayah ku--" "Tapi, seperti itulah kenyataan nya nona." Hanya beberapa rentetan kalimat tapi, mampu membuat kepercayaan nya runtuh. "Jadi secara tidak langsung kau itu barang. Barang. Jaminan. Milikku." Flashback OFF Tok...Tok...Tok... Suara ketukan pintu membuat Fania tersadar dari pemikiran nya. Saat pintu terbuka muncul lah seorang perempuan yang menatap nya takut - takut. "No-Nona ingin makan apa ? Sudah waktu nya untuk makan malam." Fania tidak menjawab melainkan diri nya menatap perempuan tersebut yang masih menunduk takut. Apa perempuan tersebut takut pada nya ? "Berapa umurmu ?" Fania tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan perempuan tersebut melainkan menanyakan umur nya. "Ya ?" Perempuan tersebut terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan Fania sehingga tanpa sadar perempuan tersebut mengangkat wajah nya menatap Fania, hingga perempuan tersebut kembali menunduk merasa telah melakukan suatu kesalahan. "16 tahun." Pantas saja perempuan tersebut masih terlihat sangat muda ternyata umur nya masih berumur 16 tahun. Lalu apa yang di lakukan seorang gadis berumur 16 tahun di sini. "Siapa nama mu ?" "Se--Seila nona. Ji-jika saya melakukan hal yang salah, saya minta maaf. Tolong jangan lapor saya kepada Tuan." perempuan yang bernama Seila tersebut menatap Fania dengan mata berkaca - kaca. Tuan ? Siapa yang di maksud nya Tuan ? Lelaki bermata Amber itu ? "Aku tidak akan melapor mu, Seila." Seila bernafas lega mendengar penuturan Fania. "Dan aku tidak ingin makan. Aku ingin menemui Tuan mu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD