-ESCAPE-

1523 Words
Daniel POV Hari ini adalah hari ulang tahun Siren yang kedua puluh. Umur dua puluh tahun adalah tahun yang istimewa bagi keluarga kami, karena itu lah aku berencana menyiapkan pesta kejutan dan akan mengenalkan seseorang padanya. Aku yakin Siren akan menyukainya. Sejak tadi pagi aku sengaja tidak mengucapkan selamat kepada Siren. Aku akan mengucapkannya waktu dia sudah sampai rumah nanti. Untung hari ini Siren berangkat kuliah lebih awal jadi aku bisa dengan leluasa menyiapkan pestanya. Aku bersama dengan paman dan bibi penjaga rumah membersihkan dan mendekorasi rumah agar terlihat cantik. Siren menyukai warna biru, jadi aku mendekorasi rumah ini dengan berbagai macam jenis bunga berwarna biru yang aku dapatkan dari Lize. Tak lupa aku memesan beberapa makanan kesukaan Siren dan tentu saja kue ulang tahun. Lize menyarankan aku untuk membelikan sebuah gaun untuk dipakai siren saat acara nanti dan aku juga sudah menyiapkannya Kemungkinan hari ini Siren akan pulang pada siang hari, sekitar jam sebelas. Rencananya nanti jam sepuluh aku akan memberikan penjelasan ulang tentang bagaimana kejutan ini akan dilakukan kepada semua orang yang berada di rumah. Sekarang masih jam sembilan pagi, jadi aku masih bisa melakukan banyak hal sebelum acaranya dimulai. Beberapa makanan yang aku pesan baru saja datang. Aku akan membantu bibi untuk menata makanannya. Ketika aku sedang asik menata makanan di piring, terdengar suara pecahan kaca dari ruang tamu.  Prang... Bruk... Aku dan semua orang yang ada di rumah mendekat kesana untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata itu Viro yang datang secara teleportasi dengan menggendong Siren yang tak sadarkan diri. "Siren! Apa yang terjadi Viro?! Kenapa Siren jadi begini!?" aku panik. "Tenangkan dirimu Daniel." "Viro! Aku tidak bisa tenang! Apa yang kau lakukan pada adikku?! Aku sudah bilang, jangan mendekat pada Siren sebelum dia pulang. Aku cuma memintamu untuk mengawasinya!" bentakku pada Viro. "Dengarkan aku dulu Daniel! Mereka sudah tau kalau kalian adalah keturunan terakhir keluarga Flame. Tadi dia berusaha membawa siren pergi. Lihat!" Viro mengangkat pergelangan tangan Siren. Dia benar. Pergelangan tangan Siren memar sampai berwarna biru dan sangat jelas kalau itu merupakan bekas cengkraman. "Kau benar." Aku mendekat ke Viro dan gantian menggendong Siren. "Kita harus mulai lebih berhati-hati lagi sekarang," ucap Viro. "Kita harus bagaimana Viro? Aku tak menyangka mereka dapat menemukan kita." Aku menatap Viro dengan penuh harap. Kemudian beralih memperhatikan Siren yang tak sadarkan diri dalam gendonganku. "Sabar Siren, sebentar lagi kita akan dapat cobaan besar. Cobaan terbesar keluarga Flame." Aku pun membawa Siren ke kamarnya dan membaringkannya di kasur. *** Sudah dua hari Siren terbaring di kamarnya. Dia masih belum bangun. Ini semua salahku. Seharusnya aku tidak meninggalkannya begitu lama sendirian di sini. Harusnya aku membawanya bersamaku. Mereka pasti sudah mengamati Siren sejak lama, sejak aku pergi.  "Cepatlah bangun Siren, jangan tinggalkan aku sendirian. Rumah ini sepi kalau kamu tidur terus," ucapku sambil memegang tangan Siren. Tok tok tok... "Masuk," kataku. Seorang perempuan berambut merah dan bermata hijau masuk sambil membawa buku 'Siren' di tangannya. "Arnav, ada informasi penting yang harus aku sampaikan." "Katakan saja Lize." "Siren memiliki bukunya. Lihat. Ini adalah buku yang mereka cari selama ini. Pantas saja selama ini para siren dengan sihir gelap mengincarnya. Ternyata buku ini menyimpan banyak rahasia yang jarang diketahui oleh bangsa siren. Sebenarnya buku ini adalah catatan harian milik Anthea Finn. Sebelum kau bertanya akan aku beri tau siapa dia. Anthea Finn itu adalah seorang siren yang telah melanggar perjanjian antara manusia dan siren dengan menikahi seseorang yang seharusnya ia jaga. Buku ini berisi tentang panduan untuk menggunakan sihir gelap kuno, cara masuk ke kerajaan bawah laut, lokasi di mana para bangsa siren biasa bersembunyi dan kelemahan-kelemahan dari bangsa siren. Berbagai cara untuk mengunci dan membuka segel kekuatan manusia dengan kekuatan siren juga ada. Buku ini akan sangat berbahaya kalau sampai jatuh ke tangan mereka. Selain itu ada juga ramalan tentang kehancuran bangsa siren-” penjelasan Lize terhenti Brak... Pintu kamar Siren terbanting dengan keras oleh Viro. "Daniel! Bahaya! Mereka berada di sekitar rumah, mungkin sebentar lagi mereka bisa menghancurkan barrier rumah karena sudah terjadi sedikit retakan!" "Apa!? Bagaimana bisa?" tanyaku. "Seperti yang kita duga, mereka telah menyerap sedikit kekuatan Siren untuk bisa merusak barrier-nya." "Viro, bawa Siren ke ruanganku di Camellia Flame sekarang! Dan kau, Lize. Bantu aku membawa barang-barang dan setelah itu kita susul Viro." Aku bergegas meninggalkan kamar bersama Lize setelah melihat Viro menghilang bersama Siren.  Barrier rumah ini berfungsi untuk menahan sihir gelap dari luar dan menahan kekuatan kami keluar sehingga keberadaan kami di sini tersembunyi dari siren lainnya. Barrier ini sebenarnya tidak terlihat oleh mata manusia biasa tapi terlihat jelas dimata para siren. Oleh karena itu barrier yang ada sini dibentuk serupa dengan gerbang yang mengelilingi rumah dan sudah bertahan selama ratusan tahun sejak bangunan pertama di tanah ini didirikan. Barrier di rumah ini dibuat oleh salah satu penyihir terkuat yang ada di kerajaan bawah laut, kalau tidak salah namanya adalah Chadwick. Seharusnya barrier ini bisa menahan kekuatan sihir gelap, tapi entah mengapa para siren dengan sihir gelap itu bisa menghancurkannya. “Bagaimana bisa mereka menggunakan kekuatan Siren untuk merusak barrier? Mereka pasti telah belajar banyak tentang sihir gelap yang mampu menghancurkan kekuatan mantra siren kan?” tanyaku pada Lize sambil bergegas mengambil sebuah koper. “Aku juga tidak tahu Arnav, mereka pasti telah melakukan berbagai eksperimen berbahaya tentang cara meningkatan kekuatan siren,” jawab Lize. "Tapi aku masih tidak percaya mereka datang secepat ini. Aku belum siap Lize, aku baru belajar mengendalikan kekuatanku selama lima tahun. Apa aku bisa melawan mereka?" kataku sambil memasukkan beberapa barang ke dalam koper. "Aku juga belum siap Arnav, tapi mau tidak mau kita harus selalu siap. Karena kejadian ini telah diramalkan akan terjadi." "Tapi persiapan yang aku lakukan belum sempurna Lize, bagaimana kalau ramalan itu salah?" "Itu tidak mungkin terjadi, kau jauh lebih siap dari yang kau kira. Ayo berangkat. Aku tidak yakin barrier itu akan bertahan lebih lama lagi." "Aku siap." Lize memegang tanganku dan dalam hitungan sepersekian detik kami sudah berada di Camellia Flame. Aku melihat ke sekeliling ruangan untuk mencari di mana keberadaan Viro dan Siren. "Daniel," panggil Viro. "Bagaimana keadaan Siren?" "Masih belum sadar Dan. Semoga dia bisa sadar secepatnya." Aku mendekati Siren yang terbaring di sofa lalu menggenggam tangannya.  Dingin. Tangannya terasa dingin. "Cepatlah sadar Siren. Ada banyak hal yang harus aku jelaskan padamu." Mataku terasa panas dan tanpa terasa butiran air mulai mengalir membasahi pipiku. Aku segera menghapusnya. Aku tidak ingin mereka melihatku menangis. "Tenang Dan, dia pasti sadar. Dia akan segera sadar," kata Viro sambil menepuk bahuku "Dia satu-satunya yang tersisa dari orang tuaku,"jawabku. "Arnav, Viro. Aku menemukan sesuatu yang bisa membantu Siren untuk bangun. Tapi aku belum tau efek dari cara ini." Sontak aku menoleh ke arah sumber suara itu. "Benarkah? Cepat bangunkan dia Lize! Aku tidak tahan melihat adikku seperti ini." "Sebentar Arnav, ini bisa jadi sangat beresiko. Kalau kita gagal membangunkannya maka dia bisa tertidur selamanya." Lize menunjukkan tulisan dalam buku 'Siren' yang dibawanya. "Kau benar. Aku terlalu buru-buru. Harusnya sejak awal aku tidak meninggalkannya sendirian. Ini salahku Lize, salahku!" Aku menggenggam rambutku. "Bukan Dan, ini semua bukan salahmu. Ini semua telah ditakdirkan untuk terjadi. Jangan menyalahkan dirimu. Aku dan Lize akan bersamamu apapun yang terjadi," ucap Viro. "Arnav, tenangkan dirimu. Ini tidak terlalu sulit. Tapi kalau gagal resikonya besar. Jadi bagaimana? apa kita akan melakukannya?" Lize melihat ke arahku dengan tatapan tajam. "Apa pun akan ku lakukan untuk adikku. Bahkan jika aku harus memberikan seluruh nyawaku padanya." "Baiklah kalau begitu. Mari kita bersiap-siap," kata Lize sambil menutup buku 'Siren'. "Apa saja yang kita butuhkan Lize? Biar aku ikut mencarinya. Daniel yang akan menjaga Siren," ujar Viro. "Ikuti aku Viro, ini akan sedikit melelahkan." Beberapa detik kemudian mereka berdua menghilang dari pandanganku. *** Aku bosan menunggu Viro dan Lize yang tidak kunjung datang. Ini sudah hampir tiga jam sejak mereka pergi. Aku mendekati Siren dan duduk di sampingnya. Tangannya terasa dingin ketika aku genggam. Denyut nadinya juga semakin melemah. "Siren." Aku berusaha memanggilnya tapi tidak ada jawaban darinya. Suasana kembali hening seperti sebelumnya. "Ray..." Suara Siren memecah keheningan. Aku terkejut sekaligus senang ketika mendengar suara lemah itu. "Siren, apa kau mendengarku?" kataku sambil mengelus pipinya. Tidak ada suara atau pun gerakan dari Siren. Aku kembali menunggu kehadiran Viro dan Lize. Ini sudah hampir petang, tapi mereka tidak kunjung kembali. Setelah beberapa jam, Viro dan Lize kembali dengan dua buah keranjang yang dipenuhi dengan berbagai macam jenis bunga. Selain keranjang bunga, Viro membawa seikat ranting sedangkan Lize membawa sebotol air yang berwarna merah muda. Aku tidak tau dari mana mereka mendapatkan itu semua. Yang aku yakini adalah mereka baru saja berkeliling dunia dalam waktu beberapa jam. Aku iri dengan mereka. "Apa semuanya sudah siap?" tanyaku pada kedua orang itu. "Belum. Ada satu yang belum kami dapatkan," kata Lize. "Apa itu? Apa sulit didapat?" tanyaku heran. "Tidak, ini sangat mudah didapatkan. Hal terakhir yang kita butuhkan adalah sedikit darahmu, Arnav." “Darahku?” tanyaku. “Iya Daniel. Tanpa darahmu semua akan menjadi sia-sia. Karena Siren membutuhkan sedikit kekuatan untuk mengembalikan kesadarannya. Sedangkan di sini hanya kekuatan yang ada di tubuhmu yang bisa membantunya dan cara yang paling efektif untuk memberikannya kekuatan adalah dengan memberikan sedikit darahmu pada Siren.” “Baiklah, aku mengerti.” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD