Chapter 1

839 Words
Selamat membaca Beberapa karyawan di perusahaan menyapa hormat saat para direktur dan manager memasuki kafetaria. Sekumpulan orang elit itu duduk di tempat khusus untuk petinggi di perusahaan. Seluruh mata tertuju ke salah satu pria yang tampak berkarisma dan paling bersinar di antara rekan kerja lainnya. Sikapnya yang dingin dan tegas justru membuat para wanita tergila-gila dengannya. Bahkan karena ingin memikat hati pria itu, para karyawan wanita sengaja memakai pakaian yang begitu ketat dan sexy saat bekerja untuk mencari perhatian dari pria yang menjabat sebagai Direktur Utama, sekaligus pewaris tunggal di perusahaan itu. Raymond Kyler... Dia memang sudah terkenal di kalangan wanita sejak masih duduk di bangku sekolah. Wajah tampan nan rupawan, tubuh atletis, harta berlimpah, serta putra tunggal dari pemilik perusahaan dan bangsawan terkaya membuat wanita di luar sana berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Termasuk para aktris, model, presenter, bahkan putri bangsawan juga mendekatinya. Tatapan para karyawan wanita tak pernah lepas dari Raymond, termasuk salah satu wanita yang hanya bisa memandang Raymond dari jauh. Wanita itu tidak pernah berpikir untuk dekat dengan Raymond, karena dia tau itu adalah sesuatu hal yang mustahil. Lagipula dia hanya wanita biasa dan sama sekali tidak pantas untuk bersanding dengan pria idola semua wanita itu. Ditambah lagi perbedaan status yang terlalu jauh membuat wanita itu menjadi rendah diri. Karena itu, dia tidak pernah mengatakan perasaannya yang sebenarnya. Dia hanya bisa memendam dan menepis rasa yang sudah empat tahun lebih membelenggu hati. Selena mengalihkan pandangannya dari Raymond, dan mulai menyantap makan siangnya bersama dengan Katy. Seniornya tidak pernah berubah, dia tetap pria dingin tak tersentuh persis seperti saat masih kuliah. Jika bukan karena mendapatkan beasiswa di salah satu universitas terbaik di dunia, mungkin ia tidak akan pernah bisa menempuh pendidikan di Stanford University dan bertemu dengan Raymond. "Bukankah direktur sangat tampan?" Raut wajah Katy ceria saat membicarakan tentang Raymond. "Lupakan saja, kau tidak akan bisa memilikinya," celetuk Selena tanpa dosa. Katy memasang wajah cemberut sembari melipat tangan di d**a. "Ada apa denganmu? Semua wanita menyukai direktur, tapi kau sama sekali tidak tertarik saat aku membicarakan tentang direktur. Padahal direktur adalah pria yang sempurna, tapi kenapa kau begitu membencinya?" Selena terdiam. Tidak heran jika semua orang mengira dirinya membenci Raymond. Pasalnya saat bertemu atau pun berpapasan dengan Raymond, Selena hanya memasang wajah datar dan memilih menghindar seakan tidak menyukai Raymond. Padahal sebenarnya Selena hanya tidak ingin perasaannya semakin tumbuh jika terus bertemu dengan Raymond. Karena itu, dia berusaha keras untuk menghindari Raymond agar lebih mudah melupakan dan menghilangkan rasa yang tak akan pernah terbalas. Itulah sebabnya Selena tidak pernah berharap lebih kepada Raymond, karena akhirnya hanya rasa kecewa yang akan dia dapatkan. "Percuma saja aku menyukainya, lagipula banyak wanita cantik di luar sana yang juga menyukai direktur. Dan juga direktur tidak mungkin menyukaiku," sahut Selena santai. Saat Selena berjalan keluar dari kafetaria, dia tidak sengaja menoleh ke arah Raymond yang tenyata juga tengah menatapnya. Selena mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan raut wajah datar. Dia sudah menyerah dengan perasaannya, dia tidak lagi optimis bisa dekat dengan Raymond. Sikap dingin Raymond sejak awal sudah membuat Selena pesimis terlebih dahulu sebelum mencoba. Tidak lama setelah Selena duduk di meja kerjanya. Sekretaris Raymond datang menghampiri Selena dan meminta untuk datang ke ruangan Direktur Utama. Meskipun Selena bingung dan tidak mengerti alasan kenapa Raymond tiba-tiba memanggil dirinya, namun Selena tetap mengikuti Merry menuju ruangan Raymond. Merry mengetuk pintu dan mempersilahkan Selena untuk masuk ke dalam menemui Raymond yang tampak sedang menunggu kedatangan Selena. Selena duduk di sofa yang berhadapan dengan Raymond. "Apa ada yang ingin Direktur bicarakan?" tanya Selena tanpa basa-basi. "Karena kau sepertinya tidak suka berada di sini bersamaku, aku akan langsung mengatakan intinya," tukas Raymond datar sembari menyerahkan sebuah amplop coklat kepada Selena. Selena menaikkan alis sebelah. "Silahkan dilihat sebelum aku menjelaskan." Selena membuka amplop coklat itu, lalu membacanya dengan teliti setiap tulisan yang tertera di kertas putih itu. Setelah selesai membaca keseluruhannya, Selena menengadah menatap Raymond meminta penjelasan. "Aku ingin mengajakmu untuk menikah," ujar Raymond lugas. "Anda mengajak saya menikah hanya karena ingin menjadi pemimpin perusahaan ini?" Selena benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa seseorang bersedia melakukan sebuah pernikahan hanya karena kedudukan? Padahal dia menikah dengan pasangan yang sama sekali tidak dia cintai. Apa pernikahan seperti itu bisa memberikan kebahagiaan? "Aku bisa memberikan apa pun yang kau inginkan. Kau hanya perlu berpura-pura menjadi pasangan yang bahagia dan saling mencintai di depan kedua orang tuaku. Hanya selama dua tahun, setelah itu kontrak pernikahan kita berakhir." Selena menggeleng pelan. "Anda tidak akan pernah bisa memberikan apa yang saya inginkan." "Katakan saja, rumah? Uang? Mobil? Perhiasan? Kedudukan? Akan kuberikan semuanya." "Saya tidak butuh uang, saya sudah cukup dengan kehidupan saya yang sekarang," jawab Selena tenang. "Aku akan memberikan salah satu perusahaan untukmu." "Kenapa Anda sangat bersikeras?" tanya Selena ringan. "Karena aku harus menikah untuk memenuhi syarat sebelum menjadi pewaris tunggal perusahaan." "Banyak wanita di luar sana yang ingin menikah dengan Anda, kenapa harus saya?" "Aku menikah bukan karena cinta, tapi karena untuk kepentingan dan keuntungan. Aku butuh wanita yang tidak mencintaiku." Selena terdiam. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD