Kecewa

918 Words
BTARI: KECEWA  Bang Hans nggak benar-benar pergi ke Surabaya seperti yang dia katakan padaku seperti semalam. Meskipun aku belum mengiakan ajakkannya, tetapi bagaimanapun dia tidak boleh mengingkari janjinya sendiri. Aku kira, Bang Hans bersungguh-sungguh dengan ancamannya. Walaupun aku sempat merasa terkejut, tapi sedikit banyaknya aku jadi berharap lebih kepada laki-laki itu. Aku membayangkan betapa gentle-nya Bang Hans kalau sampai benar-benar meminta izin Ayah dan Ibu untuk menikahiku. Aku belum mau menebak bagaimana reaksi mereka, aku belum sanggup membayangkan kalau pada akhirnya aku dan Bang Hans tidak akan mendapatkan restu dari Ayah dan Ibu. Pagi-pagi sekali Bang Hans pergi, entah akan ke mana. Kami sempat berpapasan, hanya saja Bang Hans nggak membahas masalah kemarin malam atau pun sekadar menyapa seperti biasanya. Lakilaki itu mengenakan pakaian santai, hanya membawa ponsel yang menempel di telinganya lalu bergegas pergi tanpa berpamitan padaku. Hah! Aku mendengus keras, meletakkan sebelah tanganku ke pinggang. Untuk kesekian kalinya aku dikecewakan. Baru semalam dia berjanji akan mengajakku pergi ke Surabaya untuk bertemu Ayah dan Ibu, tetapi paginya dia malah pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun, seolah aku adalah mahluk yang tak kasat mata. Dasar pembohong! "Bang Hans, mau pergi ke mana emang? Kok, buru-buru?" tanyaku kepada Kak Chua yang baru keluar dari dapur. Kak Chua menatapku selama beberapa detik, lalu menjawab. "Nggak tahu mau ke mana. Tapi, kayaknya ada janji sama Kak Nora, deh." Aku menghela napas berat. Dadaku tiba-tiba saja terasa sesak begitu mendengar Abang pergi karena ada janji dengan Kak Nora. Janji seperti apa sih memangnya? Sebegitu pentingnya sampaisampai nggak menoleh ke arahku sama sekali? Mereka mau ke mana pagi-pagi begini? Kak Chua menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Pagi ini suasana meja makan tampak sepi karena hanya ada kami berdua saja, tanpa Bang Hans. Aku mengaduk-aduk makanan di piring tanpa berniat menyuapkan ke dalam mulut. Rasanya ada yang mengganjal di dalam d**a dan pelupuk mataku. Refleks aku menunduk saat merasakan punggung tanganku basah. Aku mengusapnya cepat-cepat sebelum Kak Chua menyadari bahwa aku sedang menangis. "Ri, lo di rumah sendirian nggak apa-apa, kan? Gue diajak pemotretan sama Dominiq. Palingan sore udah balik." Kepalaku mengangguk, lesu. Tidak berani mengangkat wajahku, apa lagi menatap Kak Chua. "Iya. Nggak apa-apa." Kak Chua beranjak dari kursi sembari membawa piring kotor di tangan. "Apa lo mau ikut gue aja? Daripada lo sendirian. Bang Hans juga nggak jelas pulang jam berapa." Kali ini aku dengan berani mengangkat kepalaku, menatap Kak Chua untuk beberapa saat. "Kalau aku pergi main sama temen, boleh nggak, Kak?" "Temen yang mana?" tanya Kak Chua. "Temen kuliah." jawabku. "Nggak ke mana-mana kok, palingan cuma makan sama nonton doang." "Tapi pulangnya gue jemput, ya." kata Kak Chua, kemudian kuangguki sebagai tanda setuju. *** Tidak ada gunanya memikirkan orang yang sama sekali tidak peduli dengan kita. Aku sudah menunggu pesan atau telepon dari Bang Hans sejak pagi tadi, tapi tidak ada satu notifikasi yang masuk. Yang ada, hanya pesan dari operator pulsa. Untuk mengalihkan pikiranku dari Bang Hans, aku menerima tawaran Bigar, salah seorang kating di kampusku. Bukan rahasia umum lagi kalau Bigar menyukaiku. Walaupun tidak menunjukkannya secara terang-terangan seperti cowok lain, namun orang-orang bisa menebak dengan tepat kalau Bigar menyukaiku. Harusnya bukan hal sulit untuk balik menyukainya. Dia baik, dia pintar, dia bukan hanya populer karena wajah gantengnya, tapi juga prestasi dan tipe cowok yang nggak pernah neko-neko. "Abis nonton, mau ke mana lagi?" tanya Laliana kepadaku dan yang lainnya. Aku memang menerima ajakannya untuk pergi jalan-jalan. Tapi bukan berarti aku mau diajak pergi berdua saja dengan cowok itu. Untungnya saja Bigar memahami kalau aku nggak pernah nyaman kalau hanya pergi berdua bersama cowok. Maka dari itu, Bigar mengiakan sewaktu aku mengatakan akan mengajak Laliana. Dia pun begitu, Bigar mengajak temannya. Kami berempat. Aku pergi dibonceng oleh Bigar, dan Laliana dibonceng teman cowok itu. Karena aku dan Laliana nggak bisa mengendarai motor atau pun mobil, kami nggak menolak kalau harus dibonceng menggunakan motor. Ini gila. Ini kali pertama aku pergi bersama seorang cowok, apa lagi dibonceng menggunakan motor. Sepertinya, cinta benar-benar membuatku bodoh dan merubah diriku menjadi orang lain. Cuma karena aku dikecewakan Bang Hans, aku menerima ajakan cowok lain, padahal sudah berkali-kali aku tolak. Ah, kalau begini aku jadi penasaran bagaimana reaksi Bang Hans kalau tahu aku pergi bersama cowok lain. Apakah dia marah? Atau mengancam lebih dari kemarin? Aku tidak peduli. Aku tidak akan memikirkan laki-laki itu untuk sekarang. Lebih baik aku menikmati masa-masa mudaku dengan bergaul bersama banyak orang. Mau itu cewek atau pun cowok, aku berhak memiliki berteman dengan siapa pun. "Aku nginep di rumah kamu ya, La?" Laliana memandangiku bingung. "Hah? Kenapa?" Bukannya mengiakan, Laliana malah balas bertanya. Mungkin saja menurutnya aku ini aneh. Aku paling sering menolak ajakkannya untuk pergi ke mana-mana, apa lagi diajak pergi menginap dengan alasan takut dimarahi Abang dan Kak Chua. "Nggak boleh, ya?" tanyaku kepada cewek jangkung itu. Laliana menggerakkan kedua tangannya, lalu segera menjawab. "Bukan nggak boleh. Cuma, tumben aja." Aku meringis, lantas mengantongi ponsel ke dalam saku celana. "Nggak ada orang di rumah. Takut kalau tidur sendirian," Laliana mengangguk-anggukkan kepala. "Tapi lo udah izin sama Abang dan Kakak lo, kan?" "Udah, kok." jawabku. Aku tidak berbohong kepada Laliana. Aku sudah meminta izin ke Kak Chua untuk menginap di rumah teman, setelah itu aku segera menonaktifkan ponsel lalu mengantonginya. Untuk sekali ini saja, aku mau bersikap egois. Tidak selamanya aku harus menuruti kemauan Abang, kan? Kak Chua saja boleh menginap di rumah Kak Dominiq. Lalu, kenapa aku tidak? Aku dan Kak Chua sama-sama perempuan. Sama-sama adiknya. Jadi, aku akan meminta laki-laki itu bersikap adil mulai dari sekarang. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD