Bagian 12 Rumah

1147 Words
Nata diam tanpa bersuara sedikitpun, patuh terlihat sepenuhnya seperti gadis penurut. Rangki menggenggam tanganya membawanya masuk, Nata walau terlihat patuh sepenuhnya namun masih memikirkan banyak hal sehingga langkahnya terlihat ragu-ragu, kakinya berat untuk melangkah, Rangki yang dibuatnya geram tersulut emosi. “kaki mu bisa digunakan untuk melangkah tidak?’ tanyanya. Perubahan sikap Rangki mulai terlihat disini, Rangki lebih mendominasi di rumahnya, dikantornya, dilingkunganya, sangat berbeda jika itu di ruang publik. Rangki dengan kesel terlihat tidak sabaran Lalu menyeretnya masuk dengan cepat. Nata tidak bersuara masih dengan bisunya. Rumah ini besar, namun tidak ada penghuni, sepi, sunyi tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hanya terlihat beberapa pajangan lukisan, tidak ada juga foto keluarga, Nata memperhatikan sekilas ketika dirinya melewati beberapa ruang dan terus di tarik paksa masuk kekamar. Rangki menyeretnya, memaksanya menaiki tangga, lalu melaju jelewati koridor diantara ruang-ruang lain, lalu berhenti tepat di depan pintu. Setelah pintu di buka Rangki melepasnya dengan kasar. “ istirahatlah disini” tidak perlu ngontrak lagi saya cukup uang untuk memberimu fasilitas. Ucap Rangki. Nata diam, sedang berpikir, ini semakin tidak masuk akal, dia terjerat disini bersama pria tidak waras, dan aku dipakasa untuk mengikuti keinginan nya, kesalahanya hanya terlambat bekerja malah rumit seperti ini. Rangki berbalik ingin keluar meninggalkanya, lalu saat pintu akan ditutup Nata membuka suara dan sedikti berteriak. ‘Tunggu,, disini aku belum paham kenapa kamu bersikap begini dengan ku. Kumohon beri aku penjelasan yang bisa ku mengerti. “berpikir berapakali pun aku tidak memahami kenapa aku terjerat dengan kamu. ‘ yang ku tau salah ku hanya telat bekerja, dan sampai saat ini aku sudah tidak memperhitungkan salah mu menodaiku beberapa kali. Ucap Nata kembali lantang. Rangki yang mendengar tersulut emosinya, menghentikan gerakan menutup pintu lalu membuka dengan lebar masuk kembali dan membanting pintu dengan keras dan dia ada dikamar bersama Nata. Rangki, menghirup nafas nya yang dalam lalu perlahan- lahan melepaskanya, berusaha mengatur emosi, tentu hati kecilnya juga tidak ingin sampai menyakiti Nata. Apa? Kamu masih tidak tau salah mu apa? Salah mu adalah masuk kedalam hidup ku. Bajingan sialan, kamu yang memasuki aku bukan aku yang memaksa kamu. Dasar sakit. Emosi Rangki makin terlihat, wajahnya memerah, berusaha menahan diri. Perlahan – lahan melangkah, mendekati Nata “aku tidak ingin berdebat malam ini, istirahatlah jika kamu memaksa bukan tidak mungkin hal buruk kembali terjadi padamu. Lalu Rangki berbalik dengan cepat dan menutup Kamar Nata. Satu yang Nata tidak tau, kamar yang disedikan untuknya adalah kamar utama rumah ini sang pemilik adalah Rangki. Harapanya sirna, tidak ada kejelasan, hubungan yang rumit. Merogoh tasnya mencari Hp, namun yang di dapat Hp yang sudah terbelah menjadi dua, “ahhhhh,, geramnya, tada satupun yang berjalan mulus, lalu HP itu kembali dilempar ke lantai. Tidak ada yang bisa dilakukan, dimematikan lampu lalu tidur. Diluar kamar rangki berjalan cepat keruang olahraga, tidak ingin emosinya menyakiti Nata dia memilih melakukan beberapa olahraga mencoba meredakan emosinya. Satu jam telah berlalu, setelah berolahraga, Rangki merasa segar kembali emosinya mereda. Lalu kembali kekamar nya, melirik sekilas melihat Nata tertidur pulas meringkuk memeluk lututnya. Rangki cukup tau ini posisi orang tidur jika merasa ketakutan dan tidak nyaman dengan lingkunganya. Tidak berniat mengganggu Nata lalu melangkah cepat kekamar mandi. Shower dinyalakan, seluruh badanya basah ketika berdiri dibawah shower, dingin malam membuat air semakin dingin, Rangki tidak suka mandi air hangat jadi biasanya dia memilih menahanya. Gemercik air, membangunkan Nata, yang memang tidurnya tidak nyenyak. Kamar ini masih gelap, Nata bagun perlahan-lahan memastikan benar tidak dengan yang didengar. Perlahan-lahan melangkah mencari suara air, yang memang nata belum tau kamar mandi dikamar ini, dan ada ruang apa aja Nata juga tidak peduli. Langkah kakinya mengikuti suara air, lalu ketika dia sampai didepan pintu kamar mandi, yang memang memiliki celah, tidak ditutup rapat, suara air berhenti, Nata merinding, kok tiba-tiba airnya mati pikir Nata. Saat Nata melangkah ingin memastikan, mendorong pintu perlahan, namun betapa kagetnya yang dilihat pemandangan seorang pria yang melilit handuk berwarna putih di pinggang, dengan d**a terbuka, memperlihatkan seluruh d**a bidang dan perut sixpack, rambutnya masih basah. Sang pria yang dilihat sengaja memainkan rambutnya yang basah sehingga percikan air menyadarkan lamunan Nata. “Mau mandi tanya Rangki” “tidak, aku mau tidur ucap Nata lalu berbalik meninggalkan Rangki Namun yang terdengar di Rangki adalah mengajak nya tidur. “ayuk kalau begitu ucap Rangki sangat bersemangat, seperti bocah menemukan mainan kesukaanya, lalu segera memeluk nata dari belkang. Nata yang kaget dipeluk dadakan lalu berusaha melepaskan tangan Rangki. Bukanya terlepas pelukan Rangki makin menguat, “Tadi mengajak ku tidur, penolakan mu makin membuatku suka” bisik Rangki . Membuat Nata merinding. “ kamu memintaku istirahat kan? Aku ingin tidur jadi tolong lepaskan aku “ ucap Nata pelan tidak ingin menyulut emosi Rangki. Jika posisi begini Nata cukup tau apa yang akan terjadi nantinya, ini bukan kali pertama Nata berhadapan dengan Rangki. Nata tidak bergerak, karena tau pergerakanya akan membuat gelombang yang lain untuk Rangki. Sementara Rangki tidak peduli dengan kalimat yang di ucapkan Nata, yang dia mau harus terpenuhi, begitu hasratnya meningkat maka apapun akan terjadi diluar kendalinya, Rangki lebih seperti binatang buas jika berhubungan dengan syahwatnya. Rangki merasa sangat nyaman saat memeluk Nata, suasana kedingingan tadi berubah hangat, perlahan-lahan tubuhnya mulai mengajak lebih, isnting laki-lakinya mulai bekerja dengan perlahan-lahan tangan nya menyusuk kedalam kemeja Nata. “istirahatnya setelah ini ya sayang ucap Rangki, tenang aku akan pelan, tidak akan kasar seperti pertama kali, rayunya lagi, kali ini aku yakin kamu akan lebih nyaman karena ini bukan yang pertama ucap Rangki kembali, lalu mengendus endus leher Nata yang jenjang, meninggalkan beberapa kecupan disana. Nata tidak bereaksi, dia sangat frustasi jika Rangki sudah begini. Rangki sangat bersemangat, Nata merasakan yang didalam handuk mulai mengeras, tepat di bokongnya terasa menekanya. Rangki terus mengodanya, mencium pungung nya, sedangkan tangan yang lain perlahan-lahan membuka kemeja nya. Kemejanya berhasil dibuka sempurna, menurunkan menjatuhkan kelantai, lalu bagian belakangya dicium dan Rangki meningalakan beberapa gigitan kecil disana, hingga Nata buka suara. “ jangan menggit, aku merasakan sakit. Rangki menyadari itu lalu memilih mencium-cium semua bagian belakang Nata, Rangki mengila jika menyangkut wangi badan Nata, sangat mengodanya. Perlahan-lahan tangan Rangki mulai menurunkan celana jens yang digunakan Nata, lalu tangannya menusup kebagian inti Nata. Ahhh,,, ahhh,,,, keluar desahan dari mulut Nata.. yang sedari tadi ditahanya. Nata tidak menyukai dengan dirinya yang sangat sensitif akan sentuhan dari Rangki. “kamu tergoda sayang, jangan menolak ku lagi ya” ucap Rangki penuh godaan. “memangnya kamu memberi pilihan padaku” ucap Nata tidak berdaya. Lalu Rangki terkeh-kekeh tertawa tidak menyangka Nata akan bersuara begitu. Lalu Rangi melepasnya, dan hanya mengengam tanganya, mengajaknya ke pembaringan. Nata ikut, bukan karena senang tapi sangat tau tidak punya pilihan. Perlahan-lahan Rangki meniduri Nata, lalu melanjutkan aktifitasnya, handuknya dibuka, narik selimut, perlahan-lahan memasuki Nata. Nata masih sangat pasif, hanya terdengar beberapa kali desahan yang memang di coba tahan oleh Nata. Setelah malam yang panjang bagi mereka berdua Hingga akhinya Rangki menyelesaikanya. Memeluk Nata.. Nata yang sudah tidak berminat langsung tertidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD