Bagian 11. Perjalanan pulang

1239 Words
Rangki membukakan pintu mobil untuknya, mendorong Nata sambil memrintah masuk,tanganya tetap menjaga kepala Nata biar tidak kejedot. Jika yang lain melihat ini mungki mereka akan merasa beruntung, punya pasangan kaya, romantis dan perhatian, beda dengan Nata dia tidak sedikitpun menginginkan ini. Saat dimobil keduanya diam, ini pertama kalinya bagi mereka berkendaraan jauh, perjalanan yang harus di tempuh untuk sampai di kota C 5-6 jam di jam sibuk siang hari begini. Baru melewati 30 menit perjalanan ini akan tersa lebih panjang bagi keduanya. Suasana hening, keduanya diam, Rangki tidak berniat membuka suara begitu juga Nata, Nata yang hanya menatap pemandangan luar dari jendela, tidak sedikitpun mencoba memecahkan keheningan mereka. Rangki yang merasa bosan menyetel radio di mobilnya untuk memecahkan keheningan ini. Nata masih tidak peduli dengan sekelilingnya… merebahkan kursi lalu memejamkan matanya. “jangan tidur” ucap Rangki, aku bisa ikutan ngantuk akibat virus tidur yang kamu bawa, ucap nya lagi. Seketika Nata terkejut dan membuka matanya, emang ada virus tidur? Tanya Nata dengan polos. Perlu aku buktikan? Tanya rangki sambil mengemudi dan melirik sekilas ke tubuh Nata dengan genit, dan tersenyum bak iblis. Aku bisa memarkirkan kendaraan di sini, pemandangan dan suasanya bagus ucap Rangki kembali. Lalu send kiri pun di nyalkan dan dia mencoba memarkikan pendaraan disisi kiri badan jalan. hei Kamu gila ya? Ayuk kita pulang katanya banyak kerjaan ucap Nata dengan nada suara berteriak. Rangki yang sudah terlanjur menhentikan mobilnya lalu membuka seat belt nya, Nata yang gelisah sudah mengetahui arah otak m***m Rangki. “ini masih dijalan loe, kalau ada yang lihat gimana? Tanya Nata. Rangki dengan gesit mengoda Nata, “trus kalau gak dijalan boleh? Lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Nata dan mendekatinya dan menciumnya dalam disana. “kamu mengemaskan” ucap Rangki usai mencium nya dan kembali duduk di kursi pengemudi. Nata yang pipinya kemerahan menahan malu dan juga jengkel. “Sudah ya aku tidak ingin berdebat dengan tuan Rangki, sebaiknya anda segera antarkan saya pulang” kalimat formal kembali di lontarkan Nata. “Baik Nyonya Nata” ucap Rangki sambil tersenyum, merasa senang bisa mengoda Nata. Aku belum menikah Nyonya disematkan untuk yang sudah menikah ucap Nata kesel. “Makanya Menikah dengan aku ucap Rangki” santai seraya mengemudi dengan kecepatan 60 km /jam. “Tuan Rangki yang terhormat, setelah anda menodai saya lalu mau menikahi saya? Apakah anda ingin menikahi saya adalah bentuk tangunggj awab anda tanya Nata penuh hormat. Terlihat ekspresi Nata yang tidak ingin berdebat, dan ingin mencari tahu tujuan menikahinya apa. Yang Nata tau nikah harus dua orang saling mencintai, sedangkan dia sama sekali tidak mencintai Rangki. “apakah dia mencintai aku “ pikir Nata. Ah tidak mungking, seraya mengeleng-gelengkan kepalanya, bisa bencana jika aku dicintai lelaki begini, Lalu kalau tidak kenapa melamar pikirnya lagi?, apa tidak ingin aku membongkar kelakuan tak bermoralnya? , nata masih bertanya-tanya dalam pikiranya, sembari menunggu jawaban Rangki yang tak kunjung di jawab. Rangki yang sedang memikirkan jawaban yang tepat, namun tidak satupun terlintas. “ia, aku harus bertanggung jawab, setidaknya aku tau kamu pertama bersama saya ucap Rangki. “Terima kasih Tuan Rangki, saya sudah bilang dari pagi tadi tidak ingin terikat hubungan apapun dengan anda, saya tegaskan sekali lagi, tidak untuk jadi karyawan anda tidak juga jadi istri anda. Ucap Nata tegas tanpa rasa takut. sriiitttt,,, suara rem dadakan mobil Rangki lalu Nata yang dari tadi tidak siaga tersentak kedepan. Seketika suasana hening. Lalu Rangki berucap. “ ternyata otak mu tidak bisa bekerja dengan baik ya? Tanya Rangki penuh penghinaan, bukanya sudah ku katakan kamu tidak punya pilihan dan aku tidak mau di bantah. “kamu lupa ? atau amnesia? Dirumah sakit adikmu masih terkulai lemas, ibumu mengambil sejulah pinjaman untuk membantu adikmu. Lalu aku Cuma menawarkan syarat menikah dengan ku. “Kalau tidak mau menikah, mau mebayarnya? “ pakai apa? Hah?... Mau jual diri? Aku sangat yakin, kamu akan sangat sulit mebayarnya, ibumu sudah menerima 1 M. ucap Rangki dengan nada penuh amarah dan mengejek. Suasana dalam mobil menjadi mencekam, seketika di luar terdengar petir dan ujan turun sangat deras. Setiap Rangki berteriak petir ikut mengiringi, suasana didalam mobil makin menakutkan, Nata begetar, tubuhnya bereaksi keluar keringat seketika, nafasnya mulai tersedat. Nyali Nata yang sudah dikumpulkan untuk berani menghadapi Rangki malah menghilang dan menciut melihat kemarahan Rangki bak serigala yang siap menerkam. Seketika Rangki melihat perubahan itu, dia sudah tau yang akan terjadi berikutnya Nata akan pinsa jika dia terus menekanya. Lalu Rangki menarik diri, memilih diam dan kembali mengemudi tanpa bicara satu kata pun. Di tengah hujan badai Rangki terus mengemudi Mobil dengan penuh-hati-hati, mereka masih berada di hutan Pinus, susanan makin gelap, padahal masih sore hari, jarak pandang pun terbatas. Rangki perlahan-lahan melirik Nata yang sedari tadi diam tanpa kata. “Kamu boleh tidur, jika merasa badanmu lelah akan ku bangunkan bila sudah sampai ucap Rangki penuh perhatian. Nata yang memang merasakan kelelahan, lelah fisik dan fikisnya memilih untuk tidur tidak kuat untuk berdebat, yang disadarinya tidak akan menang yang punya uang berkuasa. Lalu dia membaringkan badanya kembali dan memilih tertidur sambil meringkuk memeluk lututnya seperti posisi bayi dalam kandungan. Sementara Rangki, mengemudi mobil tanpa bersalah, tidak ada permintaan maaf atas semua perlakuan buruk nya pada Nata. Hujan diluar sana mulai reda, lampu-lampu jalan mulai menyala, perjalanan mereka sudah memasuki perbatasan kota C. Rangki menekan Gas dengan kecepatan penuh mengemudi dalam hening di temani lagu lawas bersenandung mendayu-dayu dengan idama yang merdu. Mobil terus bergerak, Rangki melirik jam ditanganya sudah menunjukan pukul 9 malam, mereka terlamabat satu jam dari perkiraan, karena sempat mengemudi pelan diakibatkan hujan deras. Rangki memasuki komplek elit dikota C, hampir setengah komplek dari Rumah yang ada di komple Berlin ini adalah milik keluarganya. Rangki mengemudi dengan santai saat memasuki gerbang komplek Berlin, melewati beberapa blok, hingga sampai di gerbang rumah miliknya, membunyikan klekson 2 kali, tin,,tinn,, pintu gerbang dengan segera di buka. biasanya Rangki jarang tinggal dirumah ini, dia lebih menyukai Apartemen yang letaknya tidak jauh dari Restoran utama miliknya. Bahkan Rangki tipe gila kerja yang tidak jarang menghabiskan malam dikantornya, sehingga ada ruang istirahat disana. Tentu ruang petaka buat Nata. Pagi tadi setelah mendengarkan penolakan Nata, Rangki sudah menyusun rencana untuk membawanya kerumah ini, posesifnya pada Nata sungguh gila. Namun Rangki sendiri tidak tau ini jenis penyakit apa yang membuatnya mengilai satu gadis, tidak seperti biasa dirinya yang sering gonta ganti pasangan tidur, tidak punya kerikatan secara khusus dengan wanita manapun, namun kali ini berani mengajaknya menikah hanya karena status mereka di pertanyakan pagi tadi. Malam ini sudah di depan gerbang rumahnya, mengemudi perlahan memasuki carport. Setalama matikan mesin, duduk cukup lama mempertimbangkan apakah membangunkan Nata atau membopongnya ke kamar, melirik Nata, menyibak rambutnya ke sela-sela telinganya , memperlihatkan wajah yang cantik, dibawah sinar lampu. “sudah sampai, mau bangun atau aku gendong tanya Rangki, yang disadarinya Nata tidak benar-benar tidur nyenyak. Nata sontak terkejut lalu bangkit melepaskan seat belt, dan keluar dari mobil, tanpa menyadari jika ini bukan lingkungan rumahnya. Setelah benar-benar menginjak bumi, ditatapnya bangunan rumah mewah didepanya, rumah 2 lantai, dipenuhin lampu disetiap sudutnya sinar terang makin memperlihatkan keindahan rumah ini. sekitaka ditatapnya Rangki lalu dengan sorotmatanya penuh tanya. Rangki cukup cerdas untuk memahami sorot mata Nata lalu dia mengajak Nata masuk. “ayuk masuk” ini rumah aku ucap Rangki yang nanti aku dan kamu tinggal disini. “jangan berdebat, ucap Rangki saat melihat Nata ingin protes. “jangan lupakan semua yang aku katakan dimobil tadi “ ucapnya lagi. Lalu Nata segera patuh, ucapan Rangki kini bagai perintah untuknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD