Bagian 23 kuharap kau menderita.

1387 Words
Hujan mulai reda, terlihat dari jedela saat Nata menyibak gorden penutup jendela. Sedikit gerimis kecil dirasakanya saat sengaja membuka jendela, mebiarkan sapuan angin pagi dan segar masuk melewati dirinya, menikmati sejuknya pagi, matanya terpejam menghirup dalam-dalam udara segar pagi ini, mencoba melupakan hal buruk yang terjadi padanya dalam satu minggu ini. . . . Saat jendela makin terbuka lebar, akibat sapuan angin lebih kencang, lalu aku melangkah keluar, menikmati balkon kamar dilantai dua ini, , aku sudah bisa keluar pikirnya. Mengulurkan tangan nya, menampung butiran hujan itu, merasakan dinginya gerimis pagi ini,, membiarkan tanganya kemabali basah dari rintik-rintik hujan, , , menikmati pagi ini sambil menyusun rencana untuk bisa lolos dari rumah mewah ini dan tuan Rangki. . . . Lamunan nya dikagetkan saat mendengar suara lelaki mendekat dan menyapanya,,”sudah jangan melamun, nanti aku kirim supir untuk membawa mu kemanapun tujuan mu, aku mengabulkan kebebasan mu, ucap Rangki seraya memeluk Permata Nata, dan mencium leher dan rambutnya, dengan kondisi handuk putih masih melilit dipingang nya. . . . “biarkan aku jalan sendiri, aku tidak suka diawasi ucap Nata, tidak ingin geraknya terbatas. “ditemani supir atau tidak sama sekali” tegas Rangki tidak ingin dibantah. Rangki memang sangat mendominasi, semua disekitarnya berputar sesuai keinginan nya, tipe yang tidak mau ditolak. . . . “aku,,,mau,,,” belum selesai kalimat di utarakan Nata, bibirnya sudah dikulum Rangki, “ciuman pagi hanya untuk mu ucap Rangki dengan mata sedikit mengoda. Lalu melepaskan Permata Nata mengingat tubuh bagian bawahnya sudah merespo, jika diteruskan kawatir gadis ini tidak akan berangkat kekampus. Rangki tidak ingin merusak suasana pagi dengan kebencian yang akan kembali diberikan Nata padanya. Rangki kali ini sudah merasakan kehangatan Nata saat semalam dia membalas kemesraan mereka, yang Rangki tidak tau Nata punya niat dibalik kejadian semalam. . . . “hari ini aku belum membuat sarapan ucap Rangki di sela-sela kegiatanya memakai baju kerjanya. Lalu mengeluarkan isi dompetnya dengan lembaran merah yang cukup banyak, ambil ini beli sarapan dan beberapa keperluan kamu, ucap Rangki lalu meletakan uang di atas nakas. . . Nata melihat setumpukan uang merah itu, cukup banyak untuk sekedar membeli sarapan pikirnya. “enak menjadi kaya untuk sarapan aja aku bisa mendapatkan setumpukan uang merah ini” ucap nya lantang seraya mengambil uang itu, Nata tidak menolak, karena dia memang tidak memiliki uang cash, uang di ATM yang di transfer Rangki tempo hari cukup untuknya bertahan hidup beberpa tahun jika dia menghemat pikirnya. . . . “gunakan sesuka kamu, kamu bisa mendapatkan lebih banyak lagi jika kamu patuh seperti semalam” ucap Rangki sambil tersenyum dan berjalan datang memeluk Nata, pantulan mereka sedang berpelukan ter cetak di cermin meja hias, terlihat serasi. Lalu Rangki kembali mencium pipi Nata gemes, kemesraan mereka pagi ini terlihat seperti pasangan normal lainya, sangat romantis berbagi cinta dengan setuhan kecil. Nata tidak menolak malah kembali menautkan pelukanya ke leher Rangi dan sedikit menjinjit memberikan satu kali cecupan di bibir Rangki sambil tersenyum. “itu bonus ucap Nata”. . . . Perasaa Nata hancur ketika ucapan Rangki mengatakan” kamu bisa mendapatkan lebih banyak lagi jika kamu patuh seperti semalam”. Rasanya dia seperti perempuan murahan diluar sana, yang profesinya melayani lelaki hidung belang demi setumpuk uang dan menyelesaikan nafsu nya dan melayani nafsu p****************g. . . Sengaja melakukan kecupan singkat di bibir Rangki demi memuluskan niatnya, memberikan harapan palsu, meyakinkan Rangki dia sudah menerimanya, karena terlihat menolaknya akan terus mengekang nya seperti sebelumnya. Kali ini Nata bermain cantik, berpura-pura menjadi kucing yang suka di elus namun dia sekarang adalah ular berbisa yang siap memberikan racunya dengan satu kali sentakan. . . . Ranki yang menerima kecupan mendadak dari Nata merasa sekujur tubunya merinding, perasaan luar biasa, serasa darahnya berdesih, membuat nya merinding seketika. Lalu detik berikunya dia menangkup kedua pipi Permata Nata lalu kembali mengecup gemes bibirnya, lalu melakukan ciuman panas pagi ini. “begitu cara berciuman yang benar , Permata Nata ku” ucapnya selesai menyudahi ciuman mereka. . . . Lalu Nata terlihat tersipu malu, ektingnya kali ini luarbiasa, patut diberikan piala oskar. . . Lalu Nata beranjak kembali mebereskan barangnya, lalu kembali melihat Hp nya yang rusak, aku akan mampir ke moll ucap Nata , mau cari hp baru beritahu supirmu untuk mengantarku kesana, ucapan Nata ini cukup masuk akal. . . “kamu bebas kemana saja aku memberimu kebebasan asal kamu di antar sama supir, ucap Rangki kembali sambil mendekat dan mengulus kepala Nata. . . “aku ada rapat hari ini, dan banyak agenda, jika sudah menemukan Hp segera hubungi aku, ucap Rangki sambil membuka kembali dompetnya dan memberinya kartu black, gunakan ini, kamu bebas beli apa saja. Pilih model yang kamu suka ucap Rangki lembut seraya memengang tangan Nata dan meberikan kartu itu. Lalu Nata mengengamnya tidak menolak. . . Nata melihat keluar jendela, matahari sudah benar-benar muncul kali ini, hujan pun sudah reda. “aku berangkat, ucap Nata lalu mengambil tasnya. Tidak terdengar suara Rangki mengiyakan atau melarang. Lalu Nata melangkah, saat tepat didepan pintu dan dia memutar kenop pintu, saat itu juga dengan cepat Rangki kembali menekan pintu untuk tertutup kembali dan dengan segera memeluk Nata, serasa berat melepaskanya, berat untuk rangki membiarkan nya keluar. Seketika takut Permatana Natanya kembali menghilang dari pandanganya. . . . Kembali memeluk Permata Nata, menariknya kedalam pelukan, menarik pinggangganya dan pinggang mereka saling berdekatan tanpa jarak. “ bisa tidak dirumah saja? Kembali Rangki menawarkan kepada Nata, aku tidak kuat melepaskan mu, ikut aku saja ke restoran yuk, kembali ajakan Rangki yang tidak ingin Nata hilang dari pandanganya. “ besok setelah urusan ku selsai aku menemani kamu sampai puas kemanapun” ucap Rangki lagi serasa merasakan akan kehilangan Nata jika dia melepaskan nya begitu saja hari ini. . . . “tukan lelaki ini punya filing yang kuat, Nata membatin, sambil berpura-pura kembali merangkul Rangki. “aku tidak akan Pergi, bukanya kamu meberiku supir ucap Nata kembali mengingatkan. . . . “tapi aku jadi sangat merindukan mu saat kamu tidak ada di depan ku, ucap Rangki kembali merayu sambil begeluyutan memeluk Nata tidak ada niat melepaskan. . . “beri aku ruang sehingga aku bisa memberi mu ruang di hatiku, ucap Nata lalu mengecup bibir Rangki kembali, dilakukanya tiga kali, cup,, cup,, cup,,,, dan yang ke empatkalinya Nata memberikan ciuman yang dalam, rasanya seperti ciuman perpisahan dari Nata untuk tuan Rangki. . . . Namun yang dirasakan Rangki adalah seperti ciuman penyemangat, meyakinkan dia kalau nata akan kembali untuknya. . . . Aku pergi ucap nata lalu memeluk kembali Rangki. Segera membuka kembali pintu dengan ekspresi datar dibuatnya, tidak ingin terlihat bahagia karena dia juga tidak tau rencana ini akan berhasi, jika gagal maka dia juga akan kembali terjebak dirumah ini dan kembali dalam lingkaran syetan nafsu birahi tuan muda Rangki. . . . Langkahnya dipercepat, tidak ingin Rangki berubah pikiran, lalu semakin cepat sakan berlari menyambut kebebasanya. Saat sampai didepan pintu rumah dia membuka dengan eksperesi yang sulit ditebak, melihat pintu terbuka seaakan-akan kebebasan sudah di depan matanya. . . Lalu datang seorang supir dengan baju serba hitam, terlihat lebih seperti penjahat dari pada supir, tampangnya yang terlihat kasar, dengan badan tegak, postur atletis, mungkin dibalik kemeja hitamnya itu penuh tato, yang memang terlihat sedikit tato di balik kerah bajunya, sedikit otot-ototnya tercetak dari kemeja hitam yang digunakan agak ketat. “dia lebih terlihat seperti bodyguard dari pada sekedar supir” Nata membatin. . . . “Selamat pagi nona sapa supir itu, hari ini saya yang bertugas mengantar nona kemanapun, ucapnya seraya tersenyum” namun yang terlihat di mata Nata lebih ke mengerikan senyum itu. . . . “Ayuk ucap Nata cepat tidak sabaran ingin meninggalkan rumah ini. pertama antar aku ke mall terdekat aku mau mencari Hp baru ucap Nata. “ siap nona semua permintaan nona akan saya kabulkan hari ini”. ucap supir itu penuh semangat. Ketika berucap banyak seperti ini supirnya terlihat seperti lelaki normal, tidak ada ketakutan dalam ucapanya. “ah aku tadi berpikir berlebihan” batin Nata. . . . Rangki yang mengamati dari balkon kamarnya, kepergian Nata membatnya sedikit bersedih, rasa takut kehilangan kembali mengusiknya. . . Nata duduk di kursi penumpang dengan angun dan merapikan bajunya yang sempat berantakan karena pelukan terakhir Rangki. Melirik sekekeliling rumah seraya mengucapkan selamat tinggal pada rumah mewah itu. . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD