Bagian 22 Bercinta kembali Part 2

984 Words
… .. . Rangki terus mencumbunya, sambil memaju mundur bokonya, menekan Nata, mengubah posisi Nata, membuatnya berhasil mengakses bagian itu dengan sempurana sambil teru memompa Nata dan mulut mereka saling berciuman, sesekali meremas payu*daranya, dengan intesitas goyonagan dibawah sana terus dipercepat. Ahhh, ahh, ahhh, suara desahan kembali terdengar saat Rangki tidak melakukan ciuman melainkan melakukan penyatuan dibawah sana sambil meremas dan menjilati put*ing Nata. . . . Tubuh Nata mulai menikmatinya, percintaan mereka kesekian kalinya, membuat Nata mulai bisa menyeimbang ritme dan irama yang diberikan Rangki. Kini Nata kembali menerima beberapa kali hujaman Rangki yang membuatnya mendesah ,,, “ahhh,,, ahhh,, ya,, begitu,,, ucap Nata. . . . Ya,,, “mendesah lah Sayang aku menyukai desahan mu,”,,,, Rangki terus melakukan penyatuan mereka hingga Pagi tiba keduanya bergulat seakan tiada hari esok. . . . Pagi ini mereka masih berpelukan dibalik selimut yang menjadi saksi bisu percintaan mereka yang sempurna malam ini, tanpa banyak perlawanan dari Nata dan Rangki menyentuhnya dengan lembut, keduanya saling bertautan seperti pasangan yang sesungguhnya membagi cinta dan hasrat rasa tanpa sisa, keduanya saling menerima satu dan lainya. . . . Rangki masih memeluk Nata saat tersadar, mendengar gemuruh petir dipagi ini. semakin mempererat pelukanya, berharap permata Natanya tidak terbangun karena gemuruh petir seperti sedang berperang dilangit sana. “Permata Nata ku kau sungguh luar biasa malam ini, aku tidak bisa melupakan penyatuan yang luarbiasa semalam”, kau akan selalu jadi milik ku, Terima kasih menerima ku ucap Rangki sambil mempererat pelukan nya, dan mencium leher dan telinga Nata. . . . Suasana Pagi ini semakin dingin dengan hujan turun begitu lebat, Rangki tidak juga beranjak dari tempat tidurnya, masih terus ingin menghanatkan Permata Nata. . . . Sesaat kemudian J*unior nya kembali berulah, dia kembali bereaksi saat pelukan Rangki semakin menguat, tonjolan di bawah sana mulai menusuk b****g Nata. . . Shitt,, astaga Rangki,,,, meneriaki dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol hawa nafsunya jika berdekatan dan seintim ini bersama Nata. . . Nata yang merasakan sentuhan Rangki mulai tersadar dan terbangun , lalu membuka pelukan Rangki, bangkit duduk dan berucap, “jangan mulai lagi aku masih lelah, tepati janjimu semalam, membiarkan ku bebas kekampur. Lalu dia beranjak segera dari tempat tidur langsung masuk kekamar mandi. . . . Nata tidak memperdulikan reaksi Rangki yang dia mau saat ini juga menghilang dihadapan Rangki, dia sangat j*ijik dengan dirinya dan juga kehidupanya saat ini. . . Dikamar mandi Nata bersegera mandi tanpa menyalakan penghangat, lalu menyalakan shower dan air turun dengan deras, dingin air tersa menusuk tulangnya, Nata sengaja menyiksa dirisendiri karena tanpa tau malu semalam menikmati persetubuhanya dengan tuan Rangki si b*ajingan gila itu. Nata mengosok tubuhnya, merasa tubuhnya bukan lagi miliknya, saat ini hanya akal sehatnya yang terus dapat menolak Rangki, namun jika tubuh nya bersentuhan dengan Rangki maka tubuhnya menjadi sangat gila, dirinya sangat malu pada diri sendiri. . . . Nata kembali tersadar saat dirinya mengunakan handuk melilit tubunya, dengan rambut setengah basah yang hanya di keringkan dengan handuk, masih dapat terlihat tetesan air di ujung rambutnya. “ah aku lupa membawa baju ganti karena terburu-buru masuk”, “jika aku keluar begini aku tidak yakin akan selamat,” namun dirinya tidak punya pilihan lain, tidak mungkin juga meminta Rangki mengambil bajunya, dengan melihat pribadinya tentu itu tidak akan bisa diperintahkan sembarangan. . . Permata Nata kembali mengeringkan rambutnya dengan handuk, sambil menungu dan memikirkan cara keluar, kini ketakutan nya kembali, saat melihat betapa gilanya Rangki saat menyentuhnya. . . Tidak punya pilihan selain menghadapi kenyataan pikir Nata, lalu kembali melilit handuk ditubunya, dengan rambut di gerai, sudah lebih mengering. . . Saat pintu dibuka betapa terkejutnya Nata saat melihat Rangki sudah ada di depan pintu. “kenapa lama sekali?. “aku pikir kamu pinsan disana hampir saja ini pintu aku dobrak ucap Rangki dengan nada terdengar khawatir. . . Nata tidak menjawab hanya ingin segera berlalu, sambil memiringkan tubunya dia berencana melewatkan Rangki tanpa ada gangguan, setidaknya dia berpikir akan terlepas dari cekraman singa. . . Namun ternyata dirinya salah, dengan ekpresi diamnya membuat Rangki kesel, merasa diabaikan lalu saat Nata akan melewatinya begitu saja saat itu juga Rangki menariknya dalam pelukanya. . . “kamu,, ucap Rangki sambil meperlihatkan senyuman bak iblis di mata Nata, sudah sangat tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentu posisi paling bahaya untuk Nata. . . . Kita lanjut ronde selanjutnya sayang ucap Rangki berbisik ditelinga Nata, yang membuatnya merinding, seketika bulu kuduknya terlihat sangat jelas. . . “cuaca sangat mendukung untuk kita ucap Rangki, yang memang saat ini diluar sana masih terdengar suara hujan cukup deras, suasana begini sangat nikmat jika kita saling menikmat ucap Rangki sambil mengendus-gendus leher Nata, dan melihat beberapa tanda yang dibuatnya semalam. . . . “Aku tidak ingin ucap Nata, sambil berusaha melepaskan pelukan itu, tentu itu tidak akan mudah, Rangki tidak akan membiarkanya. “kamu sudah berjanji padaku semalam, ingat janji mu tuan, kamu lelaki jika janjimu tidak dapat di pegang apa lagi yang bisa diharapkan sama lelaki yang tidak bisa memegang perkataanya” ucap Nata sangat cepat. . . . Ternyata ucapan Nata itu dapat memberi efek untuk Rangki, lalu perlahan melepasnya, dan hanya mengecup pipinya dan berucap , segera pakai bajumu dan jangan berkeliaran begini lagi didepan ku jika tidak ingin aku menidurimu setiap saat. Ucapan Rangki itu terdengar seperti perintah untuk Nata, segera berlari, mencari bajunya yang ada di lemari secara asal dan memakai segera. . . . Rangki mengabaikan Nata, lalu masuk ke kamarmandi segera. . . . Menguyukan air dingin ketubuhnya, untuk menghilangkan birahinya, mencoba mengontrol seperti saran temanya. . . Nata yang sudah rapi dengan baju yang cukup sopan, tak lupa memasukan baju lain kedalam tasnya, memilih tas yang kecil diantara tas yang tersedia untuknya, sengaja mengambil yang kecil agar Rangki tidak curiga dengannya. ‘kali ini aku harus benar-benar kabur “ atau kalau aku tidak kabur harus berani mati, Nata membatin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD