Bagian 3. Tak sadarkan diri

843 Words
“ahh kau nikmat sekali Permata Nata, Terima kasih’ ucap Rangki mengakhiri permainan nya sambil mencium kening Nata, lalu berguling lemas kesamping Nata, Masih dengan posisi memeluknya. Rangki melewatkan sesuatu, dia tanpa sadar menghujam Nata dengan gila sehingga tidak sadar Nata sudah tidak beraksi lagi, pinsan di atas ranjangnya. Detik berikutnya Rangki tersadar, melihat Nata tidak bereaksi apa-apa. Lalu bangkit dan memangil Permata Nata, Permata Nata, terus diulanginya sambil menepuk-nepuk pipinya. Tidak ada tanda-tanda akan bangun. Rangki mulai Panik, ahh s**t,, kenapa ini harus terjadi. Permata nata, Permata nata bangun, ucapnya lagi sambil mengoyangkan tubuhnya, namun tetap tidak ada reaksi apa-apa. Rangki segera bangkit, mengenakan pakaian nya, lalu bergegas keruang kerjanya, untuk mencari HP…, lalu mengesekan layar dengan jemari dengan begitu cepat lalu menemukan sebuah nama Alando dan segera menghubunginya. Tu..tu..tu.. suara dering terdengar, tidak ada yang mengangkatnya,, shyitt gumam Rangki dengan kepanikanya. Dititik ini kesadaranya sudah kembali. Membiarkan hpnya terus memanggi Alando, lalu bersegera ke ruang istirahanya, melihat kembali kondisi Permata Nata. Merapikan pakaiannya, menutupinya dengan selimut, membersikan beberapa bagian tubuh Nata, lalu merapikan kamar yang terlihat berantakan akibat perlawanan Nata tadi. Hpnya terus menghubungi Alando diseberang sana, sampai terdengar suara, “hallo, ada yang bisa aku bantu tuan Rangki, terdengar suara ceria diseberang sana”. “cepat kesini aku membutuhkan bantuan mu, aku ada di kantor, Ada seorang gadis pinsan diruang kerja ku “ ucap rangki jelas dengan nada penuh kekawatiran. Tut lalu tampa mendengarkan seruan diseberang sana langsung mematikan ponselnya dan Rangki menghampiri Nata. Rangki mencoba melakukan pertolongan pertama sambil menunggu cemas kedatangan dokter Alando. Rangki memberi gosokan pada telapak kaki Nata, mengosok sambil berharap Permata Nata akan segera bangun. Memberi minyak angin di hidungnya masih tetap mencoba menyadarkanya, walau usah yang dilakukan seperti nya tidak ada hasil. Mengenggam tangan Nata, mulutnya terus berucap, Sadarlah Permata Nata, Permata Nata, sambil mengosok-gosok tangan Nata. Rangki terus menunggui Nata, tidak melepaskan tanganya, hingga berselang beberapa saat terdengar suara ketukan, Tok.. Tok,. Tok.. Masuk lah, terlihat dokter Alando membawa koper yang berisi beberapa obat pertolongan pertama dan alat pemeriksaan pasien. Langkah Alando cepat, dengan segera disamperin wanita yang berbaring di atas ranjang itu. “apa yang terjadi? Tanya Dokter Alando. Dokter Alando adalah dokter keluarganya Rangki, namun karena mereka tumbuh bersama dan seusia satu permaina maka dia sangat tau apa yang terjadi tanpa harus menanyakan pada Rangki. Rangki hanya diam tidak menjawab, dia sangat tau apa yang dilakukanya salah. “sudah sadarkan saja dia, aku tidak mau hal buruk terjadi padanya”. “sudah begini masih bilang tidak mau hal buruk terjadi padanya, Rangki sadarkan dirimu, sampai kapan kamu terus dikuasi emosi birahimu” peringatan dokter Alando. dr. Alando segera memeriksa, dan yang dilihat cukup mengerikan, “ memangnya kamu Anj*ng, sampai mengigit nya seperti ini. Ucap dr. Alando dengan nada keras. Rangki tidak menjawab pertanyaan itu dan tidak juga marah pada dr. Alando “ kamu bangun kan saja dia’ ucapnya lagi. dr. Alando melakukan beberapa pemeriksaan,saat ingin membuka bagian bawanya, “stop, jangan buka kau juga laki-laki, jangan lihat dia miliku’. “kau gila ya, aku hanya ingin memeriksanya tidak akan menjamah sembarang wanita sepertimu” tambah dr.Alando keras. “setidaknya aku bisa mengolesin obat pada luka-lukanya. “tidak perlu, sini obatnya aku yang akan memeriksan, membersihkan dan mengolesinya” kamu fokus bangunkan saja dia ucap Rangki lagi. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan dr. Alando menyimpulkan bahwa, dia akan baik-baik aja, ini hanya pinsan syok dan juga kelelahan. “Kamu melakuakn berapa lama padanya”, lain kali pilih gadis lebih kuat, jangan yang terlihat rapuh begini, setidaknya sama butuhnya dengan kamu, ucap dr Alando. Aku berikan beberapa vitamin di infus ini, nanti juga sembuh. Kamu cukup tungguin saja setengah hari ini, nanti juga sadar. dr. Alando juga memberikan obat oles untuk penyembuh memar akibat gigitan kecil yang dilakukan Rangki, kemudian memberi obat kusus untuk dapat digunakan pada bagian miss v yang terlukan. dr. Alan sudah mempersiapkan semuanya saat bergegas berangkat tadi, karena cukup hafal dengan kelakuan temanya, walau ini pertama kali ada gadis pinsan sampai tidak sadarkan diri. “Rangki, kamu harunya cukup dewasa mengontrol emosi birahi mu, atau bila perlu kamu harus ke piskiater untuk berobat, yang kamu lakukan ini tidak lah norma, kamu sakit kawan” aku merekomendasi mu dokter piskiater yang bisa membantu kamu, dr Alando menyodor kan sebuah kartu nama. Rangki dengan muka geram mengambil kartu nama itu, mengengamnya lalu dibuang sembarang dengan emosi yang meledak. Tidak terima dibilang sakit. “Aku cukup sehat dan aku pria normal” ucapnya. “Pria normal dapat mengendalikan dirinya tidak akan terjadi hal begini, dan kamu cukup tau apakah ini normal dan tidak, tanyakan pada dirimu” Nasehat dr. Alando. “Aku teman mu, bukan sekedar dokter disini, aku hanya ingin membantu seorang teman, tidak ingin kamu terlibat kedalam jurang yang lebih jauh lagi “ucap dr. Alando sambil menepuk-nepuk pundak Rangki yang duduk meratapi Nata. Aku pamit, dulu, nanti jika ada hal yang mendesak segera hubungi aku. Aku akan segera kesini. Tungguin saja dia akan segera sadar. Lalu dr. Alando membereskan perkakasnya dan permisi keluar dari ruang CEO itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD