IMMDH XVI: Keajaiban Kedua

1153 Words
Benar. Aku belum menemukan cinta yang baru ... karena aku memang belum mau menemukannya. Wanita yang ada di hatiku selain Ibu, hanya Dara. Seakan wanita lain tak lagi menarik di mataku, karena hatiku sudah dipenuhi oleh dua wanita yang menurutku sangat istimewa.        "Apa pun yang terjadi, pada akhirnya Dara tetap akan jadi milik kamu, Ta. Kamu melihat dia duluan, mungkin karena itu kamu jadi lebih berhak memiliki dia. Aa emang menikahi dia terlebih dahulu, tapi Aa nggak bisa lama - lama bersamanya. Tetap kamu yang akan jagain dia sampai akhir hayatnya."        "A ...."       "Kamu mau ngomong apa lagi, Ta? Kamu pasti mau ngomong Aa mendahului takdir dengan yakin bahwa umur Aa nggak lama lagi. Aa bukannya mandahului takdir. Tapi semuanya udah jelas. Kecuali ada keajaiban. Aa udah mendapat keajaiban pertama saat tumor muncul pertama kali. Aa dioperasi lalu sembuh. Sekarang kamu mikir ... Aa ini manusia biasa. Aa nggak sespesial itu untuk layak mendapat keajaiban kedua. Saat ini ... Aa hanya sedang berusaha mempercayakan istri Aa pada seseorang yang tepat."        Aku masih diam seribu bahasa. Aku ingin membantah ucapan Aa. Namun lidahku kelu.       "Aa udah berusaha selalu berpikir positif. Bahkan Dara bilang Aa ini overdosis pemikiran positif." Aa tertawa kecil. Tawa yang terlihat begitu miris di mataku. "Tapi sekarang udah saatnya Aa bersifat realistis." Aa mengulurkan tanganya, menggenggam jemariku.        Kusadari Aa - ku telah berubah menjadi sangat kurus. Tangan ini dulunya terlihat sangat kokoh tiap kali menggenggam jemariku. Tapi kini yang tersisa hanya jemari kurus. Seakan hanya tulang yang dibalut kulit.        "Janji sama Aa, ya, Ta ... kamu bakal jagain Dara sama Haidar setelah Aa pergi nanti."         Aku menatap raut pucat Aa - ku. Airmataku lolos tak terkontrol. Ya Allah ... kenapa semua jadi seperti ini? Hamba tahu Engkau punya rencana. Namun yang kami hadapi saat ini terasa amat sulit.         "Ta ... janji sama Aa!" Aa mempertegas nada bicaranya.        Aku mengemam bibir, memejamkan kedua mataku. Jika memang harus seperti ini ....        "Tahta ...."        Panggilan Aa itu seakan memohon, memberiku dorongan untuk juga berpikir realistis seperti yang Aa lakukan.        Kemudian aku mengangguk.        Meski sebenarnya aku pun tak yakin.         Dan masih mengharapkan datangnya keajaiban kedua.          ~~~~~ IMMDH - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~       Assalamualaikum. Ini Dara. Tiga tahun setelah kepergian Mas Hasbi. Tiga tahun setelah lahirnya Haidar. Ya ... aku tetap pada pendirianku untuk tidak meninggalkan Kediri. Aku memutuskan untuk tidak ikut Ayah dan Ibu ke Bandung. Aku memutuskan untuk hidup bersama putraku di rumah kami -- rumahku, Haidar, dan Mas Hasbi.         Haidar ... usianya baru tiga tahun. Saat ini ia bersekolah di PAUD Kusuma Mulia, dekat rumah kami. Aku memilih sekolah itu agar tetap bisa mengawasi putraku, pun juga tetap bisa menjalankan bisnis rumahan yang menjadi sumber pendapatan kami.          Haidar - ku masih sangat kecil. Bicaranya saja masih cadel tak keruan. Namun pemikirannya ...  sangat dewasa. Gurunya kadang melapor padaku tentang kata - kata tak terduga yang diucapkan oleh Haidar saat pelajaran di kelas. Bukan hal yang negatif, justru membanggakan.        Namun kadang aku berpikir, kira - kira apa yang membuat Haidar tumbuh dewasa di usia yang masih sangat belia?        Sekarang sudah jam 10, saatnya aku menjemput Haidar ke sekolah. Sebelum itu, aku memastikan semua bahan di atas meja sudah lengkap. Aku mengelap beberapa tetes air, agar saat aku dan Haidar pulang nanti, outlet bisa segera buka.        "Jemput Haidar, Mbak Dara?" tanya Bu Indah -- tetangga sebelah -- saat aku berjalan keluar dari pelataran rumah.         "Iya, Bu," jawabku. "Mari ...."         "O iya, mari - mari ...."        Hanya sekitar 50 meter, aku sudah sampai di sekolah Haidar. Sekolah sangat ramai, dipenuhi oleh motor dan mobil milik orang tua lain yang menjemput. Untung lah rumahku dekat sini saja, tinggal jalan kaki. Sekalian olahraga.        "Bunda!" seru seorang bocah laki - laki yang kemudian berlari memelukku.        Aku menyambutnya dengan senyuman hangat, membuka kedua lengan lebar - lebar untuk menerima pelukan putraku.       "Gimana sekolah hari ini, Sayang?" tanyaku.       "Baik, Bun. Tadi Bu Gulu bawa buku mewalnai banyak thekali. Alhamdulillah, Aidal bawa klayon. Kathihan Thaka tadi lupa nggak bawa klayon. Aidal pinjemin." Haidar menceritakan apa yang terjadi hari ini di sekolah dengan antusias. Dalam setiap ceritanya, Haidar memang tak pernah melewatkan Saka, teman sebangkunya yang sering lupa bawa alat tulis dan krayon. Tapi Haidar tak pernah keberatan berbagi dengannya.         Aku tersenyum bangga mendengar rentetan cerita putraku. Kuelus pelan rambutnya yang lurus dan hitam. "Masyaa Allah. Pinternya anak Bunda. Anak sholeh, ahli Surga. Kita memang nggak boleh pelit berbagi, Sayang. Tapi ingat, setelahnya kita juga nggak boleh sombong dan riya'."        Haidar mengangguk. "Aidal udah ngelti, Bunda." Ia tersenyum kemudian. Senyumnya selalu mengingatkanku pada Mas Hasbi. Mereka terlihat benar - benar identik. Allah sudah menjemput suamiku. Sebagai gantinya, Ia mengangar Haidar untukku. Seperti yang tertera dalam surat Ar-Rahman, nikmat Tuhan-mu mana lagi yang kau dustakan?        Aku memang tak bisa memeluk Mas Hasbi dan Haidar sekaligus. Tapi hal itu tak menjadikanku lupa untuk bersyukur dengan bersikap serakah, meminta apa yang bukan hak - ku pada Allah.        Masa-masa sulit itu telah berakhir. Aku sering merindukan suamiku. Kurasa itu manusiawi. Namun aku sudah mengikhlaskannya. Benar - benar ikhlas dari dasar hatiku yang paling dalam.        ~~~~~ IMMDH - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~         Masya Allah Tabarakallah.        Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Murmuring. Mau tahu kenapa dikasih judul Murmuring? Ikutin terus ceritanya, ya.         Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.   Mereka adalah:          1. LUA Lounge [ Komplit ]                   2. Behind That Face [ Komplit ]              3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]              4. The Gone Twin [ Komplit ]         5. My Sick Partner [ Komplit ]        6. Tokyo Banana [ Komplit ]                7. Melahirkan Anak Setan [ Komplit ]         8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]          9. Asmara Samara [ Komplit ]        10. Murmuring [ On - Going ]        11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]        12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]        13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]        14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]         Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.       Cukup 1 kali aja ya pencetnya.    Terima kasih. Selamat membaca.         -- T B C --          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD