My Ghost Partner

PROLOG

"Aaarrgghh!” Laki-laki itu merintih.

Merasakan sakit teramat sangat pada punggung layaknya sedang dipukuli oleh banyak orang menggunakan besi. Terasa remuk redam. Entah kenapa, tiba-tiba saja orang berjaket hitam itu menarik kasar bantalnya. Sebenarnya apa yang akan dilakukan orang itu kepadanya? Berulang kali, ia mencoba untuk memerintahkan otak supaya mau menggerakkan tubuh, sayangnya seakan lumpuh, sehingga hanya jari-jemari saja yang bisa digerakkan.

“Apa tadi menyakitkan? Haha. Sebentar lagi, aku akan menghilangkan semua rasa sakitmu.” Orang berjaket hitam itu terdengar menjeda ucapannya, “sekaligus nyawamu! Hahaha,” tambahnya kemudian diiringi oleh tawa yang menakutkan.

Laki-laki itu tergemap. Apa? Orang itu ingin membunuhnya? “To-tolooong!” Ia berusaha untuk berteriak sekeras mungkin, tapi sayang bibirnya terasa kelu, sehingga mungkin terdengar seperti sebuah dengungan saja. Jujur, jika saat ini rasa panik sekaligus takut mulai mendekapnya secara bersamaan. Ke mana perginya ibu dan ayah? Kenapa ruangan rawat inap ini sepi sekali? Sialnya, kenapa tubuhnya tidak kunjung mau mendengarkan titahnya? Sungguh, jika bisa ia ingin berlari dan pergi dari tempat ini sekarang juga!

“Aaaarrgghh!” Laki-laki itu terperanjat dan menjerit histeris, ketika tiba-tiba saja orang berjaket hitam itu menekan wajahnya menggunakan bantal sekuat tenaga. Namun, sepertinya sia-sia, karena suaranya pasti teredam oleh benda tersebut.

Laki-laki itu merasakan sakit luar biasa, saat mencoba menggerakkan tubuh untuk melawan orang itu. Sakit sekali. Sialnya, tenaganya terlalu lemah, sehingga orang berjaket hitam itu bisa lebih leluasa untuk menindih tubuh dan semakin kuat menekan bantal. Oh, Tuhan, apa yang harus ia lakukan? Ia sulit untuk bernapas, tenggorokannya terasa tercekat, dan dadanya begitu sesak.

Seberapa kuat, laki-laki itu berusaha melawan, hanya rasa sakit pada sekujur tubuh yang dirasakannya. Sungguh, ia tidak mau mati sekarang. Akan tetapi, kenapa dadanya terasa begitu sakit?

“Kau harus mati! Mati! Mati! Hahaha ...."