Ayah Tidak Bertanggungjawab

698 Words
Ponsel di atas meja terus bergetar kemudian berdering nyaring. Gino mengulurkan tangannya ke meja dengan sepasang mata yang memejam. Belum genap sepuluh menit dirinya merebahkan badan setelah disibukkan di ruang operasi selama berjam-jam, istirahatnya malah diganggu dengan telepon entah dari siapa. Ario. Gino berdecak malas kemudian melemparkannya kembali ke meja. Jika lelaki itu menelponnya hanya untuk menasihatinya mengenai Ganesha, maaf saja, Gino tidak memiliki banyak waktu hanya untuk mendengarkan seberapa banyak kenakalan yang dilakukan pemuda itu di sekolahnya. Lelaki itu bersedekap dalam tidurnya. Sebelum suasana hatinya tambah memburuk karena panggilan Ario, terlebih karena Ganesha, Gino sengaja menonaktifkan ponselnya. Paling tidak sampai jam istirahatnya selesai. Omong-omong soal Ganesha, putranya, waktu sehari tidak akan cukup untuk menceritakan kenakalan-kenakalan yang dilakukan pemuda itu. Mulai dari merokok, membolos, bertengkar dengan teman sekelas hingga Kakak kelas, dan paling parahnya ikut tawuran dengan sekumpulan anak SMA. Gino mendengus kasar, memiringkan badannya dengan kedua mata setengah memejam berat. Ada banyak teman-temannya yang akan mengurus Ganesha. Kenapa mereka masih mencarinya? Sedangkan selama ini dia dianggap sebagai orang tua yang buruk bagi anaknya. Gino benar-benar mengabaikan panggilan dari Ario. Tanpa dia ketahui panggilan yang datang bukan hanya dari Ario saja. Tapi juga beberapa temannya yang dia anggap sangat memanjakan Ganesha. Biarkan saja mereka pusing karena pemuda itu. Supaya mereka tahu betapa melelahkannya memiliki anak seperti Ganesha yang susah diatur! *** Di tempat lain, tampak dua orang lelaki sedang panik di dalam mobil. Salah satu dari mereka baru saja mendapat panggilan dari guru di sekolahnya Ganesha. Ario, orang yang paling sering dihubungi guru pemuda itu langsung mendesah. Tidak perlu bertanya lagi kenapa dia mendapatkan telepon. Bisa jadi Ganesha berbuat ulah. Entah merokok atau adu jotos seperti yang sudah-sudah. "Kalau sampai rawat inap di rumah sakit, berarti parah dong?" Kasa berbicara dengan mata membulat. "Gurunya Gaga bilang apa lagi, Bang?" Ario menyudahi usahanya menghubungi Gino. Hanya ada dua kemungkinan kenapa lelaki itu tidak segera menerima panggilannya. Pertama, bisa jadi Gino sedang berada di dalam ruang operasi. Dan kedua, yang paling mendekati positif. Gino sengaja mengabaikan panggilannya. "Gue harus ke sana." Ario meraup wajahnya sambil menghela napas kasar. "Orang tua dari murid yang dihajar Gaga dateng ke sekolah dan marah-marah." Kasa mengangguk memaklumi tindakan si orang tua. Sudah menjadi hal wajar jika ada orang tua yang marah setelah tahu anaknya dipukul sampai dirawat di rumah sakit. Cuma Gino saja yang aneh. Apa pun yang berhubungan dengan Ganesha, Gino akan membalikkan badan lalu mengangkat kedua tangannya seolah tidak peduli. Sampai kapan hubungan Gino dan Ganesha akan buruk? Di usia Ganesha yang ketiga belas justru hubungan mereka masih saja buruk. Tidak ada satu di antara keduanya mau memulai. Seharusnya memang si berengsek Gino! Dia kan ayahnya Ganesha. Dia orang tua pemuda itu, seharusnya Gino menyadari perbuatannya selama ini. Kenapa Ganesha nakal, kenapa Ganesha selalu berbuat onar, kenapa Ganesha selalu melakukan tindakan buruk. Bukankah Gino harus lebih peka ketimbang teman-temannya? Kasa bersedekap. Merasa kasihan kepada Ario. Lelaki itu hanya teman ayahnya Ganesha. Tapi jauh lebih peduli dan perhatian. Padahal selama ini Ganesha seringkali bersikap kurang ajar. Namun Ario masih memaklumi dan menganggap kalau Ganesha cuma butuh orang yang berada di pihak pemuda itu. Kalau orang tuanya saja tidak mau tahu tentang anaknya. Bagaimana bisa Ario diam saja saat semua orang menjauhi Ganesha? "Apa gue aja yang ke sekolahnya Gaga?" Kasa menawarkan diri. Ario menggeleng dan mendesah. "Lo cari Gaga aja. Gue yang ke sekolahnya." Kasa menunduk ke arah ponsel di pangkuan. Sementara jari-jarinya tidak berhenti mengutak-atik ponselnya. Berharap pemuda itu mau mengangkat telepon atau minimal membalas pesannya. Gino, ya Tuhan! Ingin sekali rasanya membenturkan kepala temannya agar segera sadar. Bisa-bisanya Gino secuek itu terhadap anak kandungnya sendiri! "Oke deh. Gue cari Gaga, lo pergi ke sekolahnya." Kasa mengantongi ponsel kemudian membuka pintu mobil Ario. "Sa." Ario memanggil Kasa sebelum lelaki jangkung itu turun. "Jangan kasih tahu Anjas dulu soal ini ya." Butuh lima detik Kasa untuk menjawabnya. "Oke." Lelaki itu memberi tanda hormat sebelum menutup pintunya kembali. Mobil hitam Ario meninggalkan kafe miliknya. Sedangkan Kasa masih berusaha menghubungi nomor Ganesha walaupun hasilnya nihil. Dia masuk ke dalam kafe untuk mengambil kunci dan jaketnya. Seperti tugas yang telah dibagikan. Ario pergi menemui gurunya Ganesha, dan Kasa memiliki tugas mencari pemuda itu untuk dibawanya pulang.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD