Pendahuluan

959 Words
Rumah seolah tak berpenghuni. Tampak sepi meski lampu-lampu sudah dinyalakan. Arya langsung menuju kamar tidur untuk mandi dan berganti pakaian setelah seharian lelah bekerja di kantor dan barusan mampir ke studionya yang terletak di sebelah rumahnya. Di samping bekerja, Arya juga punya perusahaan kecil yang menerima desain rumah tinggal dan perumahan. Arya adalah seorang arsitek berumur 35 tahun. Sore hari setelah pulang dari kantor, dia selalu mampir ke studionya memeriksa pekerjaan tim kecilnya kalau sedang ada proyek. Meskipun jam kerja mereka hanya sampai pukul lima sore namun rata-rata mereka betah di studio dan baru pulang menjelang maghrib. Jam menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit. Di kamar tak nampak Vina, istrinya. Mungkin lagi di dapur menyiapkan makan malam, pikir Arya sambil meletakkan tas kerjanya di meja kerja dalam kamarnya. Ruangan yang cukup luas yang biasanya dijadikan Arya tempat untuk menghabiskan waktu saat sedang tidak ada kegiatan. Dia biasa menonton acara tv di smart tv atau menonton berbagai video dari Youtube. Kadang dia juga bekerja di meja kerjanya atau main gitar kalau mood seninya lagi muncul. Kucuran air hangat dari shower terasa sangat menyegarkan tubuhnya. Perlahan-lahan dia sabuni sekujur tubuhnya. Sensasi aroma sabun lelaki cukup semerbak di dalam kamar mandinya. Setiap lekuk tubuhnya tak lepas dari usapan tangannya sambil menggosok halus kulitnya dengan sabun cair. Ada sensasi berbeda ketika tangannya tiba pada bagian selangkangannya. Usapan lembut di bagian itu membuat hasratnya sedikit terbawa yang membuatnya betah menyabuninya agak lama. Pikiran nakalnya berfantasi seolah jemari Vera yang sedang bermain di sana. Terbayang Vera sahabat lama Vina yang tadi pagi sempat mampir ke rumahnya dan baru diperkenalkan Vina karena Vera memang baru dua minggu pindah ke kota ini. Bayangan perempuan manis yang sedikit lebih montok dari Vina itu menggoda hasrat kelelakiannya. Perempuan dengan tinggi badan sedang dengan d**a agak membusung yang sedikit lebih besar dari punya Vina. Kulitnya yang putih bersih dan senyumnya yang manis beberapa kali mampir dalam pikiran Arya seharian ini. Arya tak mau terhanyut lebih lama dan berakhir dengan m********i. Dia lanjutkan dengan menuangkan shampoo secukupnya di telapak tangannya lalu melumuri rambutnya sambil mengurut-urut kulit kepalanya perlahan. Aliran darah di kepalanya terasa lebih lancar dan ketegangan yang sempat terpicu di bagian tengah tubuhnya tadi teralihkan. Selanjutnya dia menikmati kucuran air hangat dari shower ke kepalanya lalu turun ke bagian tubuh lainnya. Setelah tak lupa menggosok giginya, dia keringkan tubuhnya dengan handuk putih yang sudah tersedia di kamar mandi lalu dia melilitkan handuk menutupi pinggangnya ke bawah sampai dengkul.   Udara sejuk AC di kamarnya membuat tubuhnya yang tadi hangat menjadi agak terasa dingin. Arya mencari celana dalam di dalam lemari, mengenakannya lalu mengambil celana pendek berbahan kaos dan t-shirt. Dia mengenakannya di depan kaca sambil memandangi tubuh sedangnya yang hanya berbalut celana dalam. Dipandanginya sejenak tubuh sedangnya yang tak tampak atletis. Wajar saja demikian karena dia memang jarang sekali berolah raga. Setelah dia mengenakan celana pendek dan t-shirt, Arya pun melangkah menuju ruang makan mencari Vina. Melihat Arya muncul di ruang makan, Vina yang baru selesai menyiapkan makan malam tersenyum lalu mendekati Arya dan menciumnya. "Mau langsung makan, Kak?" Vina membuka percakapan seperti biasanya.  "Iya, aku sudah lapar nih. Makan apa kita malam ini?", jawab Arya sambil mengamati makanan yang sudah tersaji di meja. "Itu tadi Inah masak malbi dan sayur lodeh kesukaan kamu, Kak." Inah adalah seorang gadis umur 19 tahun yang menjadi asisten rumah tangga mereka. Biasanya Vina menyuruh Inah pulang ketika Vina sudah pulang kerja dan semua pekerjaan Inah beres. Urusan menyiapkan makan malam memang biasa dilakukan Vina sendiri agar lebih terasa melayani suaminya meski Vina tidak masak sendiri karena seharian juga bekerja sebagai manajer pemasaran di salah satu perusahaan properti. Kalau tidak malas, atau ada acara di luar, di akhir pekan barulah Vina masak sendiri di dapur. "Kak, tadi pagi setelah kamu pergi ke kantor, Vera masih tinggal ngobrol-ngobrol sama aku sambil aku siap-siap ke kantor. Dia bilang kapan-kapan minta kamu ke rumahnya untuk melihat proses renovasi rumah mereka."  Vera lebih dulu pindah ke kota ini dibandingkan suaminya karena harus merenovasi dulu rumah yang baru mereka beli dan mengurus sekolah anaknya, Seno, yang baru masuk TK. Mereka pindah ke sini karena suaminya dipindahtugaskan ke sini. Kebetulan, orang tua Vera juga di kota ini dan memang Vera besar di sini sebelum menikah dan ikut suaminya bertugas di kota lain. Vina dan Vera sudah bersahabat sejak lama karena selalu bersekolah di sekolah-sekolah yang sama. Bahkan kuliah pun di universitas yang sama hanya saja beda fakultas. Vera kuliah di fakultas Hukum dan Vina di fakultas Ekonomi. Berbeda dengan Vina yang berkarir sesuai dengan latar belakang pendidikannya, Vera hanya jadi ibu rumah tangga dan mengurusi anak mereka yang baru satu orang. Vera menikah segera setelah tamat kuliah tapi Vina bekerja dulu sebelum menikah dengan Arya. Tiga tahun menikah, Arya dan Vina belum dikaruniai seorang anak. "Besok sebelum ke kantor aku bisa mampir kok ke rumah Vera. Kebetulan besok tidak banyak pekerjaan," jawab Arya setelah menyelesaikan kunyahan makanan di mulutnya. "Baguslah kalau begitu. Nanti aku minta Vera kirim lokasi rumahnya ke ponselmu ya, Kak." Arya cuma mengangguk sambil melanjutkan kunyahan makanan di mulutnya. "Vera itu manis dan seksi kan, Kak?" ucap Vina ingin tahu pendapat suaminya tentang Vera. Tadi pagi dia sempat memergoki Arya beberapa kali memandangi t***k Vera sambil ngobrol. Vina sudah hapal selera suaminya dan Vera memang tipe perempuan yang jadi selera suaminya. "Sama manisnya sama kamu tapi sedikit lebih montok," jawab Arya sambil tersenyum memandang istrinya. Vina tertawa mendengar pendapat suaminya. Mereka memang biasa blak-blakan kalau ngobrol urusan begitu. Arya tak pernah menutupi pada Vina kalau dia kebetulan suka melihat seorang perempuan. Vina pun sudah maklum dan memang membebaskan Arya kalau dia suka perempuan lain bahkan sampai berhubungan intim. Memang rasanya aneh tapi itu Vina lakukan karena dia sangat memahami Arya yang tak cukup dengan tubuhnya saja. Dia tahu kalau Arya memiliki hasrat seksual yang agak berlebih. Tidak sampai pada taraf hiperseks tapi lebih dibandingkan dengan lelaki pada umumnya.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD