Bermesra

968 Words
Sejak sebelum menikah, Arya telah berterus terang tentang kondisinya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Vina bisa memahami dan menerima keadaan Arya. Hanya saja Vina mengajukan syarat agar Arya tidak akan pernah memadu dirinya. Arya boleh suka dengan perempuan lain tapi tidak sampai terlibat hubungan cinta. Boleh berhubungan intim dengan perempuan lain asal jangan main perempuan nakal dan terus terang dengan Vina. Sejauh ini, Arya pernah beberapa kali tergoda dengan perempuan lain tapi belum sampai ke hubungan intim, hanya sebatas jalan bareng lalu berlanjut ke ciuman dan rabaan.  Bagaimanapun, Vina sudah berusaha keras untuk memuaskan hasrat seksual suaminya. Apa pun yang Arya inginkan selalu dituruti dan dijalankan Vina. Kalau sedang bernafsu, Arya bisa menyetubuhi Vina berkali-kali dalam sehari semalam. Sebenarnya Vina tidak memiliki hasrat sebesar hasrat Arya tapi dia tetap menuruti kemauan Arya agar suaminya terpuaskan. Kadang Vina terlalu lelah meladeni kemauan suaminya tapi tetap dijalaninya tanpa sedikitpun mengeluh. Hari ini dia merasa Arya sedang berhasrat. Entah bagaimana tapi Vina bisa merasakan jika Arya sedang berhasrat. Vina selalu bisa menggunakan nalurinya menghadapi Arya. Seringkali, Vina yang langsung memulai tanpa diminta karena dia yakin dengan nalurinya jika Arya sedang berhasrat. Vina tak pernah salah menebak kemauan suaminya. "Kak, malam ini aku oral saja ya, Kak? Menstruasiku sih sudah tinggal sisa-sisanya tapi belum bisa dipake." Arya agak kaget Vina ngomong begitu. Dia merasa seolah-olah Vina bisa menebak kalau sepanjang acara makan tadi pikirannya sangat berhasrat dan berfantasi tentang Vera. Arya mengisap rokoknya, "gimana enaknya ajalah."  Mereka berdua sedang duduk santai di teras belakang sambil ngopi, kebiasaan setiap habis makan malam kalau tidak ada acara lain. Biasanya mereka saling bercerita pengalaman yang masing-masing mereka lalui hari itu. "Eh, gimana proyek perumahanmu? Sudah kelar?" Vina menanyakan proyek perumahan yang sedang digarap studionya yang sudah berjalan dua bulanan ini. "Kemajuannya lumayan. Anak-anak ngerjakan pekerjaannya dengan baik. Kemungkinan besar bisa selesai tepat waktu. Kalau sudah selesai, tinggal bikin video untuk paparannya nanti. Aku sih sudah minta Tomo carikan anak buahnya di bagian multimedia untuk bantu bikin videonya." Arya nampak antusias menjelaskan kemajuan pekerjaan proyeknya. "Pekerjaan kantor gimana?" tanya Vina lagi. "Proyek yang terakhir sudah selesai. Masih belum ada proyek baru makanya aku agak santai." Arya kembali mengisap rokoknya setelah menyeruput kopi hitam buatan Vina. "Kamu gak merokok?" tanya Arya." Vina antara mau merokok dan tidak. Ada rasa ingin merokok tapi tidak terlalu kepingin. Vina kadang-kadang suka ikut merokok juga dengannya. Dia memang bukan perokok tapi sekali-sekali suka juga merokok sedikit. Biasanya Vina merokok kalau dia lagi tinggi nafsunya. Diambilnya sebatang rokok Arya lalu membakarnya. Dihisapnya dalam-dalam rokoknya dan membuat pikirannya agak melayang. Merokok bisa membuat Vina tambah bernafsu jika nafsunya sedang tinggi. Di ujung masa menstruasi seperti ini, nafsu Vina seperti biasanya mulai muncul. Vina memejamkan matanya sambil bersandar santai di kursi teras belakang. Pengaruh kopi hitam dan rokok membuat darah Vina berdesir lancar. Detak jantungnya bertambah cepat. Nafsunya perlahan bangkit. Sayang sekali, menstruasinya masih belum kelar. Itu membuatnya tak bisa berhubungan intim dengan Arya.  Mereka berdua saling diam. Hembusan angin malam yang belum terlalu malam terasa cukup enak menerpa tubuh. Arya masih membayangkan tubuh seksi Vera. Terasa ada yang menggoda yang lebih kuat dari biasanya. Bulu-bulu halus di tangan Vera dan kumis halusnya nampak jelas di kulit putihnya. Itu jadi daya tarik sensual bagi Arya. Selama ini Arya sering tertarik dengan perempuan lain tapi kali ini rasanya berbeda. Ada daya tarik sensual yang kuat yang seolah terpancar pada diri Vera. Arya mematikan rokoknya lalu bangkit dari duduknya dan mendekati Vina. Sambil menunduk dia kecup bibir Vina. "Kita pindah ke kamar, yuk!" Vina yang sedang melayang dalam pikirannya sendiri agak kaget dan sontak membuka matanya. Dihisapnya rokoknya sekali lagi lalu mematikannya di asbak di sampingnya. "Ayo, tapi gendong aku ya," kata Vina manja. Arya tersenyum mesra pada istrinya lalu membopong istrinya masuk ke kamar mereka. Setelah meletakkan Vina di kasur, Arya pamit sebentar untuk menutup pintu belakang yang tadi dibiarkan terbuka lalu menguncinya. Pintu kamarnya dibiarkan terbuka. Ketika Arya masuk ke kamar, Vina melepas kaos panjangnya lalu meletakkannya di kursi di dekat tempat tidur. Vina memakai kaos berupa t-shirt yang panjangnya sampai ke paha jadi sekali diloloskan dari tubuhnya langsung tampak keindahan tubuhnya yang seksi dan putih mulus. t***k montoknya yang kencang menggantung menantang. Vina sejak tadi tidak memakai BH jadi hanya celana dalamnya yang tersisa. Vina membiarkan celana dalamnya tetap terpasang karena masih menggunakan pembalut. Meski menstruasinya tinggal hanya sisa-sisa tapi Vina risih kalau masih ada darah menstruasi yang keluar menetes. Diloloskannya t-shirt Arya lalu juga sekalian celana pendek serta celana dalamnya ikut dipelorotkan. Arya berdiri menghadap Vina yang duduk di pinggir tempat tidur. Dengan sigap, Vina menggenggam p***s Arya  dengan tangan kanannya lalu mengelus-elusnya dengan lembut. p***s Arya semakin menegang karena kocokan lembut tangan Vina. Arya memejamkan mata menikmati rangsangan tangan Vina yang sudah lihai melakukannya.  Pikiran Arya mulai nakal berfantasi. Membayangkan Vera yang sedang melayaninya. Fantasi itu membuatnya semakin terangsang. Ada sensasi tersendiri dengan membayangkan Vera yang melakukannya meski Vina, istrinya tak kalah cantik dan seksinya. Vina mulai memainkan lidahnya di p***s Arya, menjilatinya mulai dari skrotum dan perlahan menuju kepala penisnya. Setelah melakukannya berulang-ulang, kini p***s itu dimasukkannya ke dalam mulutnya. Vina memainkan lidahnya di permukaan p***s Arya yang dimaju-mundurkan di dalam mulutnya. p***s itu semakin menegang dan Arya pun semakin hanyut dalam permainan Vina. Tangan Arya pun tergoda untuk ikut bermain. Kedua tangannya yang semula diletakkan di pundak Vina, perlahan merayap turun ke t***k montok Vina. Kedua belah t***k montok ukuran 36B itu diremas-remas dengan lembut. Tubuh Vina menggelinjang menikmati sensasi rangsangan Arya di teteknya. Jemari Arya meremas dan memainkan p****g Vina yang membuat Vina terangsang hebat. Vina memiliki t***k yang sangat sensitif dan rangsangan di teteknya bisa membuatnya sampai o*****e. Rangsangan di teteknya membuat Vina makin menggila mengoral p***s Arya. Itu membuat nafsu Arya semakin memuncak. Vina merasakan cairan pelumas mulai mengalir keluar dari lubang p***s Arya bercampur dengan ludahnya. Dicabutnya p***s Arya dari mulutnya lalu dilanjutkan dengan mengocoknya. Kocokan Vina terasa lebih nikmat bagi Arya dengan adanya pelumas yang bercampur ludah Vina.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD