Petualangan Pertama

985 Words
Arya sudah selesai berpakaian rapi untuk berangkat ke kantor. Dicangkingnya tas kerjanya ke ruang tengah lalu dia menuju ruang makan untuk sarapan. Setiap pagi Arya biasa pergi kerja pukul tujuh pagi sementara Vina biasanya berangkat lebih telat karena jam kantornya memang sedikit lebih siang. Pagi-pagi begini biasanya Vina menyiapkan sarapan pagi buat Arya lalu menemaninya sarapan pagi. Setelah Arya berangkat kerja, barulah Vina berganti pakaian dan bersiap pergi ke kantornya. Mereka berdua sudah biasa seperti itu. Berangkat kerja masing-masing dengan mobil masing-masing. Selagi bersiap ke kantor, Vina sibuk memikirkan apa yang bakal terjadi antara suaminya dan sahabatnya pagi ini. Dia bertanya-tanya apakah Vera bisa menggoda Arya. Apakah mereka berdua akan bermesraan seperti yang dia rencanakan? Vina sangat penasaran akan apa yang bakal terjadi pagi ini. Sementara itu, Arya sudah sampai di rumah Vera. Vera baru saja turun dari mobilnya ketika Arya menepikan mobilnya di depan rumah Vera. "Kak Arya, mobilnya masukin aja ke sini," kata Vera mengarahkan Arya untuk memarkirkan mobilnya di samping mobil Vera. Garasi Vera memang muat dua mobil secara berdampingan. Halaman depan rumahnya cukup luas. Arya menaksir lebar tanahnya kira-kira 20 meter. Arya memarkirkan mobilnya di samping mobil Vera. Sahabat istrinya itu nampak cantik pagi ini dengan blus biru muda dipadu dengan rok agak mini rimpel-rimpel warna krem. Arya terpesona dengan pandangan matanya. Vera sama manisnya dengan Vina dengan daya tarik mereka masing-masing. Keduanya sama-sama menarik dan menggairahkan. d**a montok Vera menyembul dari balik blusnya yang berbahan lembut. Tonjolan itu nampak cukup jelas. "Mari, Kak," sambut Vera. Tangannya menarik sejenak tangan Arya untuk mengikutinya menuju garasi rumahnya. Garasi itu tidak memiliki dinding belakang. Bagian belakang itu terbuka ke arah lahan cukup luas di belakangnya. Di sana terlihat empat orang tukang yang sedang mempersiapkan peralatannya untuk mulai bekerja. Dari ujung garasi tampak bangunan baru yang belum selesai dikerjakan. Dinding bangunan itu belum lagi berdiri. Baru nampak pondasinya di sekeliling bangunan baru itu. "Aku mau nunjukkin renovasi rumah kami dan minta masukan dari kak Arya," seru Vera di tengah pikiran Arya menerka-nerka renovasi rumah itu. "Kami membangun dapur dan tempat makan di belakang rumah. Di dalam ada ruang makan tapi tempat makan di luar itu untuk tempat makan kalau lagi pingin makan di udara terbuka," lanjut Vera. Arya mulai memahami arah rencana Vera. Dari pintu belakang rumah nampak jalan menuju dapur yang baru dibangun dan tempat makan itu. "Tempat makannya dibiarkan terbuka?" tanya Arya. "Rencananya sih gitu," jawab Vera. "Menurut aku, sebaiknya diberi atap meskipun itu dibiarkan terbuka. Kalau mau terang, beri atap yang transparan. Dengan begitu, meja makannya gak basah kalau kehujanan." Arya mulai memberikan pendapatnya sambil mengamati lahan belakang rumah Vera yang berukuran kira-kira sepuluh kali dua puluh meter persegi itu. Arya agak kaget ketika t***k Vera menekan lengan kanannya. Vera yang berdiri di sisi kanannnya menunjuk ke arah belakang garasi dengan tangan kanannya sementara t***k kirinya menekan lengan kanan Arya. "Di belakang garasi itu akan dibuat tempat jemuran. Tempat cuci akan dibuat sejajar dengan dapur tadi di sisi belakang garasi. Sisa tanah yang ada akan ditanami rumput dan diberi pot-pot bunga biar agak segar." Vera menerangkan rencananya lebih rinci sementara Arya manggut-manggut sambil membayangkan apa yang Vera terangkan. Sebagai seorang arsitek, Arya tentu bisa dengan mudah merancang apa yang Vera mau. "Begini, aku bisa bantu rancangkan kalau kamu mau. Beri aku dua hari. Sementara nanti aku arahkan tukang tentang apa yang harus mereka kerjakan dalam dua hari ini." Arya bicara sambil menatap mata Vera. Vera seakan tersihir dengan tatapan Arya yang seakan menusuk ke hatinya. Dia hanya mengangguk mengiyakan apa yang Arya usulkan. "Kamu setuju?" Pertanyaan Arya itu mengagetkan Vera yang pikirannya sempat terbang entah ke mana. "Iya, aku setuju." Lalu Arya melangkah menuju ke arah para tukang dan dengan sigap dia menjelaskan apa yang harus mereka kerjakan dalam dua hari ini sementara dia merancang apa yang diinginkan Vera. Vera menarik tangan Arya sejenak mengarahkannya untuk mengikutinya masuk ke rumah dari pintu belakang ketika Arya kembali mendekatinya. "Aku mau ngajak kak Arya melihat renovasi yang sudah selesai di dalam rumah. Mari, Kak." Arya mengikuti Vera dari belakang dan tatapan matanya memandang b****g Vera yang montok bergoyang wajar ke kanan dan ke kiri mengikuti gerakan tubuhnya yang sedang berjalan. Setengah paha serta betis putih mulusnya nampak dari bagian bawah roknya. Sungguh pemandangan yang indah di mata Arya yang menggiring hasratnya kembali terusik. Dia membayangkan betapa indah tubuh itu jika tanpa busana. Pikiran itu membuatnya mulai terangsang. Vera membawa Arya masuk ke rumah. Pintu belakang itu menuju ruang makan yang berukuran sedang. Cukup untuk menampung meja makan dengan enam kursi di sekelilingnya. Ruangan makan itu tertata rapi dan bersih. "Kak Arya sudah sarapan?" "Sudah tadi sebelum berangkat," jawab Arya singkat. "Aku bikinin kopi ya? Kak Arya gak sedang buru-buru kan?" Vera menanya secara beruntun. Dia masih ingin Arya tinggal lebih lama. "Oke. Aku gak buru-buru kok." "Silahkan duduk, Kak. Aku bikinin kopi dulu," kata Vera sambil menuju dapur yang terletak dekat ruang makan. Arya menarik kursi makan. Dia duduk di sana sambil memandangi Vera yang dengan tangkas memanaskan air di teko lalu menakar kopi dan gula ke cangkir yang sudah disiapkannya. Vera memiliki gerakan tubuh yang menarik di mata Arya. Perempuan itu nampak mengerjakan pekerjaannya dengan telaten. Tak lama kemudian Vera sudah meletakkan secangkir kopi panas di hadapan Arya. Kopi itu tentu masih terlalu panas untuk langsung diminum. "Oh iya. Aku hampir lupa. Aku mau menunjukkan Kakak renovasi yang sudah selesai di sini. Ayo Kak, aku tunjukin," ajak Vera. "Kamar kami dan kamar Seno, anakku, yang sudah direnovasi. Cuma renovasi ringan, ganti plafon, ganti keramik kamar mandi, juga ngecat. Vera mengajak Arya ke kamarnya lalu membuka pintu kamar mandi di dalam kamar itu. Dia menjelaskan apa yang dikatakannya tadi. Arya melihat-lihat sambil mendengarkan penjelasan Vera. Suasana kamar itu nampak sejuk dan menentramkan. Sebuah tempat tidur empuk dengan seprai warna krem tertata rapi. Lantai kamar ditutup karpet dengan warna senada. Di sisi lain kamar ada lemari dan meja rias dengan beberapa kosmetik perempuan tertata rapi di atasnya. Ada dua jendela kaca besar yang ditutup vetrase warna krem membuat penerangan kamar cukup memadai dan terkesan romantis. Vera nampaknya pandai menata rumah.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD