(n.) penghuni setiap doaku. Kadang ku doakan bahagia, kadang ku doakan cepat pulang ke neraka.
-(at)commaditya
***
Melody yang terhitung baru sebulan berpindah tugas ke kantor pusat di ibukota karena mendapatkan promosi jabatan, sedang menikmati sekaligus beradaptasi dengan tempat barunya tersebut. Meskipun Yogya masih menjadi kota favoritnya, tapi Jakarta juga tidak terlalu buruk menurutnya.
Seperti saat ini, dirinya mulai beradaptasi dengan ruang dan rekan kerja yang baru. Meskipun tidak sedikit yang menatap sinis pada dirinya, karena fisiknya yang membuat kaum adam sampai tidak berkedip. Tapi tenang saja, masih ada yang mau berteman baik dengannya. Melody sudah terbiasa dengan atmosfer seperti itu, kehadirannya menjadi pro dan kontra, khusunya bagi kaum hawa. Namun, Melody tetaplah Melody. Dia tidak akan melawan kecuali ada yang mengusiknya, terutama dalam hal pribadi.
Selama berpindah ke Jakarta, Melody tinggal di sebuah apartemen dekat kantornya. Berbeda dengan Nada yang lebih memilih tinggal di kos-kosan. Sedangkan kakak sulungnya, Aluna, membeli rumah berdesain minimalis sebagai tempat tinggalnya. Aluna juga telah mengajak kedua adiknya, Melody dan Nada, untuk tinggal bersamanya karena rumah tersebut cukup untuk ditinggali oleh mereka bertiga, tapi jawaban mereka berdua "ya, nanti saja".
Di kantor, Melody berteman dengan staff dari divisi yang berbeda, tanpa memandang jabatan. Wulan dan Rio, temannya dari divisi yang sama. Ada pula Reta dari divisi HR. Hanya tiga orang tersebut yang menjadi teman dekatnya di kantor. Wulan dan Reta seumuran dengannya, sedangkan Rio lebih tua 2 tahun darinya.
Berteman dekat dengan Rio membuat Melody memiliki musuh dimana-mana, karena Rio yang memang good looking dengan paras rupawan dan terkesan cuek, apalagi jika mengenakan kemeja slim fit dengan lengan yang tergulung hingga siku. Maka tak heran jika dirinya sampai memiliki fan club di kantor.
Rio juga tergolong satu diantara sekian banyak staff yang lebih memilih kendaraan roda dua dibanding roda empat. Tapi jangan salah, roda duanya bukan kaleng-kaleng loh. Motor sport yang harganya nggak murah. Oleh sebab itu, banyak kaum hawa termasuk fans fanatiknya berharap dibonceng oleh Rio.
Setelah kepindahannya ke ibukota, Melody belum sempat bertemu dengan dua saudarinya karena kesibukan yang menumpuk. Ia hanya sempat bertukar kabar melalui video call. Aneh memang, padahal mereka hidup dalam satu kota yang bisa dibilang dekat.
Beruntungnya hari ini pekerjaannya tidak terlalu banyak sehingga ia bisa menikmati makan siang di luar kantin kantor. Karena dirinya tidak mau dianggap 'ngenes', akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi adiknya, Nada, agar mau menemaninya makan siang sekaligus meet up di salah satu foodcourt Sency.
Nada (Sumbang)
last seen at 07.00
Dek, lo sibuk nggak hari ini?
08.00✔✔
Nggak. Kenapa?
Gue mencium aroma-aroma kakak ipar
08.03
Kampret lu. Mau lunch bareng nggak?
08.04✔✔
Tumben banget dah lu.
Oh, atau mau traktiran promosi naik jabatan lu ya?
08.05✔✔
Duh, terserah apa kata lu deh.
Mau kagak? Gw tunggu di Sency ya
08.06✔✔
Kak Luna ikut?
08.07
Gw chat tapi dia kagak bisa.
Banyak deadline katanya.
Biar gw pesenin pake ojol aja deh.
08.08✔✔
Oke deh. Gretong kan tapi?
08.09
Ribet banget deh lu.
Udah deh, tinggal dateng doang
08.10✔✔
Ay ay captain!
08.12
Disaat menunggu kedatangan sang adik, Melody memesan minuman lebih dulu karena hari ini siang cukup terik. Tak lama setelah pesanannya datang, terlihat Nada dari kejauhan berjalan bergandengan tangan dengan laki-laki asing menurutnya.
"Dek," teriak Melody ketika menemukan sosok adiknya. Nada yang mendengar suara kakaknya, lantas mencari sumber suara tersebut dan langsung menghampirinya.
"Kak Mel," sahut Nada riang sambil berlari dan memeluk kakaknya.
"Apa kabar dek?" tanya Melody ketika membalas pelukan Nada.
"Fine. Kak Mel sendiri sehat?" tanya Nada ketika mengurai pelukannya.
"Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat," sahut Melody.
"Oh ya, ini siapa?" lanjutnya ketika menemukan sosok laki-laki asing yang berdiri disamping adiknya.
"Oh, ini, emm, te-"
"Halo, kak. Saya Andra, pacarnya Nada," sahut laki-laki tersebut memotong ucapan Nada yang terbata sambil mengulurkan tangannya.
"Oh, hai. Saya Melody, kakak kedua Nada," sahut Melody ramah seraya membalas uluran tangan Andra.
"Tapi, kok kayak familiar ya?" gumamnya yang masih terdengar oleh sang adik dan kekasihnya.
"Jelaslah. Siapa yang nggak kenal Kenandra Erlangga," gumam Nada yang terdengar oleh Melody.
"Oh, Kenandra Er-, wait. What?" Melody terkejut. Masalahnya, siapa yang tidak kenal dengan sosok kekasih adiknya. Gila, adek gue cari cowok nggak tanggung-tanggung, batinnya. Tak lupa matanya menyorot tajam ke arah Nada seolah menuntut penjelasan.
"Lo utang cerita sama gue," bisiknya pada sang adik. Sedangkan Nada hanya menyengir sebagai balasan.
"Saya boleh gabung kan kak?" suara Andra menginterupsi perhatian dua kakak beradik tersebut.
"Boleh kok, santai aja. By the way, nggak peelu seformal itu sama gue, biar nggak terkesan kaku kayak atasan dan bawahan," ucap Melody. Palingan nih cowok sepantaran si Nada, batinnya.
Setelah berbasa-basi sebentar, mereka bertiga mulai memesan makanan. Tak peelu menunggu lama, makanan sudah tersaji didepan mereka. Mereka mulai makan diselingi obrolan ringan. Disela acara makan mereka, terdengar nada dering telepon yang ternyata berasal dari ponsel milik Andra. Andra pun pamit mengangkat panggilan tersebut pada kekasihnya sekaligus calon kakak iparnya.
Ditempat yang berbeda, salah satu most wanted yang tak kalah dari Kenandra Erlangga, seorang pimpinan dari salah satu stasiun tv, sahabat sekaligus teman seperjuangan di kampus yang sama dengan Kenandra Erlangga. Dirinya yang sedang memiliki waktu luang merasa bingung mengisi kekosongannya dengan kegiatan apa. Mengingat jika ia memiliki sahabat yang jarak kantornya cukup dekat dengan stasiun tvnya, akhirnya ia memutuskan untuk mengajak sahabatnya tersebut lunch bersama.
Kenandra Erlangga
Calling
"..."
"Bro. Posisi?"
"..."
"Ngapain lo disana? Gue otw kantor lo nih,"
"..."
"Wah, kebetulan yang sangat tepat waktu nih. Gue nyusul lo deh. Eh, tapi lo bilangin ke pacar lo ya, kalo gue gabung. Kan nggak enak,"
"..."
"Das-"
Tut.
Panggilan diputus sepihak oleh Andra. s**t, temen lucknut emang, batinnya. Setelahnya, ia pun melajukan mobilnya menuju lokasi dimana Andra beserta kekasih dan kakak kekasihnya lunch.
Setelah menerima telepon, Andra kembali ke tempat duduk yang berada disamping kekasihnya.
"Siapa?" tanya Nada saat Andra mendudukkan dirinya lagi.
"Oh, temen. Dia mau ketemu aku cuma kan hari ini aku nggak ngantor. Ya udah, aku suruh kesini aja," sahut Andra.
Jangan tanyakan Melody yang duduk berhadapan dengan mereka. Demi klarinet Squidward, miris banget gue jadi nyamuk disini, batinnya.
"Eh, tapi nggak apa-apa kan kak, gue suruh temen gue gabung sama kita?" tanya Andra meminta izin kepada Melody, mengingat jika lunch kali ini berasal dari ajakannya dan Andra tidak ingin menunjukkan first impression yang buruk karena dirinya yang tergolong orang baru.
"Bolehlah, ini juga bukan acara formal kok," sahut Melody terkekeh. Andra yang mendapati respon Melody pun merasa lega.
Tak lama kemudian, sosok yang Andra bicarakan akhirnya datang juga. Memiliki perawakan yang sama dengan Andra, dengan kemeja hitam yang lengannya digulung sampai siku melekat ditubuhnya, dasi abu-abu polos, celana kain warna hitam dan sepatu fantofel yang berwarna senada dengan celana yang dipakainya. Jam tangan branded melingkar dipergelangan tangan kirinya, sedang tangan kanannya menempelkan ponsel ke telinganya. Bisa dipastikan jika ia sedang menghubungi sahabatnya.
Melihat sebuah lambaian dari sahabatnya, membuat dirinya teralihkan dan menghampiri sumber lambaian tersebut.
"Sorry, sorry, ganggu lunch kalian," ucap lelaki tersebut setelah berhasil mendudukkan dirinya di kursi kosong yang bersebelahan dengan Melody.
"Loh, Mas Damar? Jadi, temen yang kamu maksud tadi Mas Damar, atasanku di kantor?" tanya Nada terkejut mengetahui jika atasannya adalah teman kekasihnya. Andra menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Ya, dia ada Damar Eka Wiratama, pemilik stasiun tv tempat Nada bekerja, sahabat dan teman sekampus Andra sekaligus salah satu most wanted yang dieluk-elukkan kaum hawa.
"Jadi, kalian udah official nih?" goda Damar pada Andra dan Nada.
"As you see," bukan, itu bukan suara Nada, melainkan Andra. Ditambah dengan gerakan Andra yang merengkuh pinggang Nada sebagai bukti kepemilikan. Nada terkejut dan was-was akan hubungannya yang diketahui Damar sebagai atasannya.
"Emm, Mas Damar, jangan bilang siapa-siapa tentang hal ini," pinta Nada.
"Santai aja, Nad. Andra juga udah bilang kok sebelumnya. Lo tenang aja, rahasia kalian aman di gue," sahut Damar meyakinkan. Nada menghela nafas lega dan tersenyum sebagai tanda terima kasih.
"Sayang, kamu nggak perlu senyumin dia," ucap Andra sinis.
"Dasar posesif," cibir Damar. Jangan lupakan seseorang yang duduk disamping Damar, siapa lagi kalau bukan Melody, yang sejak tadi diam mendengarkan percakapan tiga orang tersebut tanpa berani mengangkat kepalanya.
"Oh ya, kenalin kakak keduaku yang disamping Mas Damar," ucap Nada yang menunjuk Melody dengan dagunya.
"Sorry, gue terlalu fokus sama dua sejoli ini," Damar menyengir. Sesaat, ia menoleh ke samping dan terbelalak.
"O-ody? Melody?" ucap Damar terbata setelah melihat seseorang yang telah lama tidak dirinya jumpai. Melody yang merasa terpanggil pun mendongak dan tatapannya bertubrukan langsung dengan manik hitam milik Damar.
"H-hai," sahut Melody gugup. Demi kerang ajaib, kenapa gue harus ketemu cowok kampret ini sih, batinnya. Sedangkan Andra dan Nada bingung melihat keduanya. Mereka terlihat sangat canggung.
"Kalian berdua saling kenal?" tanya Nada memastikan.
"Nggak," / "Ya," sahut Damar dan Melody bersamaan.
"Loh? Jadi?" tanya Nada kembali karena masih merasa bingung.
"Ya, kita kenal. Dulu teman sekampus," tegas Damar. Disisi lain, Melody diam seribu bahasa. Tidak menyangkal kalimat yang keluar dari mulut Damar. Mungkin dulu kamu ada di setiap doaku. Betapa beruntungnya aku bisa menjadi kekasihmu. Jika dulu ku doakan bahagiamu, tapi kini ku doakan agar kamu cepat pulang ke neraka, batinnya miris.